Kehangatan Virtual Mahasiswa Baru
Menjadi mahasiswa baru memberikan rasa bangga sekaligus deg-degan memasuki dunia perkuliahan. Banyak tuntutan yang membutuhkan kesiapan diri. Apalagi, kini, mahasiswa harus bisa beradaptasi dengan kuliah secara daring.
Dunia perkuliahan membutuhkan kesiapan diri yang matang. Masa orientasi mahasiswa baru biasanya membekali para mahasiswa baru beradaptasi dengan kehidupan kampus yang dinamis. Sayangnya, saat ini banyak kampus yang menggelar pengenalan kampus secara daring. Berbagai topik persiapan mahasiswa baru secara virtual diikuti dari rumah masing-masing di daerah-daerah.
Felisitas Yessy Octaviana (17), mahasiswa baru (maba) Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta belum pernah menjejakkan kaki ke kampus pilihannya. Akhir tahun lalu, Felis datang ke kampus Semanggi untuk tes masuk universitas. Namun, dia belum pernah ke Kampus FK Atma Jaya di kawasan Pluit yang jadi tempat kuliahnya beberapa tahun ke depan.
Di pengujung bulan Juli, Felis mengikuti pengenalan kampus di fakultas. ”Nanti ada juga untuk pengenalan kampus yang universitas, mulai 17 Agustus. Kelompok sudah dibagi, cuma belum ada info lebih lanjut lagi,” ujar Felis yang dihubungi dari Bekasi, Minggu (9/8/2020).
Felis mengikuti pengenalan kampus daring selama tiga hari. Pukul 07.00, dia bersiap diri mengenakan atasan putih dan bawahan hitam lalu registrasi ke kakak pendamping. Pada pukul 08.00-12.00, sesi virtual lewat Zoom atau MS Teams dibuka dengan menghadirkan pembicara dari dosen, alumni, ataupun para senior yang memimpin unit kegiatan mahasiswa di fakultas.
”Pas lagi online, video harus diaktifkan. Kalau suara, kan, di-mute gitu. Nah, selama online itu aku duduk aja di meja belajar di kamar dan memandangi laptop. Pokoknya gerak-gerik maba dipantau supaya tetap fokus selama sesi,” cerita Felis tertawa.
Meskipun terpaku di layar monitor, Felis tetap menyimak berbagai penjelasan sistem perkuliahan di Fakultas Kedokteran hingga berbagai kisah alumni tentang cara menggapai sukses dalam kuliah dan karier. Ada juga sesi berbagai kegiatan yang ada di lingkungan kampus.
Sementara itu, Mesya Naila Safa (18) menyandang status sebagai mahasiswa Sastra Perancis, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, sejak awal April 2020. Mesya diterima lewat jalur undangan karena punya banyak prestasi, termasuk meraih juara 3 lomba story telling di ajang Festifrance yang digelar di Sastra Perancis, UI.
”Emang, sih, status maba UI. Tapi belum pernah, nih, menginjakkan kaki di kampus. Cuma pernah saat kelas XI SMA karena ikut lomba. Dari daftar ulang saja sudah online, rasanya gimana, ya, sudah enggak sabar ingin bisa ke kampus dan merasakan kuliah di UI,” cerita Mesya.
Menurut Mesya, Orientasi Kehidupan Kampus (OKK) UI 2020 belum dimulai karena proses seleksi mahasiswa baru masih berjalan. Hatinya terhibur karena kehangatan yang ditunjukkan kakak tingkat meskipun bertemu di dunia maya. Mesya cukup terhibur karena kakak tingkat (kating) sudah menyambut di grup Line FIB. Kini, Mesya tergabung di grup maba Sastra Perancis bersama sekitar 15 orang dan empat kating.
”Sudah ada welcoming maba juga lewat Google Meet. Seru, bisa ketemu dengan banyak kating Sastra Perancis. Ada banyak cerita OKK UI yang seru kalau offline. Kami jadi bisa iri saja, sedih rasanya tidak bisa merasakan keseruan yang sama. Tapi mau gimana lagi? Kami cuma bisa membayangkan saja serunya OKK maba UI dari cerita kating,” ujar Mesya.
Mesya mengingat cerita dari kating tentang saat pendaftaran ulang di kampus, maba harus datang dengan pakaian sesuai warna emblem di jaket mahasiswa. ”Kan, FIB emblemnya putih, pas datang seharusnya aku pakai warna putih. Seru, kan, kalau ke kampus melihat mahasiswa yang pakaiannya jadi warna-warni gitu. Belum lagi serunya ikut paduan suara maba untuk menyambut kakak kelas yang mau wisuda. Wah, jadi tambah sedih kalau mengingat cerita kating yang seru, tapi tidak bisa aku alami,” ujar Mesya dengan nada sedih.
Dhevanlie Tama Gozal (18), mahasiswa baru Prodi Teknik Industri Binus University Jakarta, memuaskan rasa ingin tahunya soal kampus barunya dari internet. Dhevan yang tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan, belum pernah mengenal secara langsung Kampus Binus di Jakarta.
”Aku merasa senang kemarin pas sudah dimulai First Year Program (FYP) untuk maba Binus. Berasa ada teman-teman yang mulai dikenal. Kami, kan, dimasukkan dalam kelompok oleh kakak Freshmen Leader, meskipun berjauhan tapi sudah mulai mengenal satu sama lain,” kata Dhevan.
Menurut Dhevan, dia sempat merasa tidak percaya diri karena anak daerah. Dia pun baru mengenal Zoom saat ikut FYP bagi maba. Namun, interaksi kelompok secara daring yang seru membuatnya mulai menikmati status baru sebagai maba. ”Ada materi di FYP yang tes psikologi dan mengenal diri. Terus ada tugas menulis reflektif. Jadi pemanasan sebelum mulai kuliah,” kata Dheva.
Bagi Dhevan, dia terkesan dengan proyek sosial di program seven days challenges yang diwajibkan untuk maba. Tiap orang harus mengunggah sebuah konten di Instagram sesuai tema, mulai kebaikan untuk diri sendiri, orang terdekat, masyarakat, hingga lingkungan.
”Aku posting penggunaan botol untuk minum demi menyelamatkan lingkungan. Terus, aku ada posting juga foto bersama teman dengan pesan terus menyebarkan energi positif,” cerita Dhevan.
Sapaan hangat
Mesya mengisahkan peran kating yang menyapa bersahabat lewat grup membuat dirinya punya gambaran jadi maba. ”Aku jadi semangat dapat cerita kalau kuliah di FIB serius, tapi santai. Jadi tahu bahwa FIB juga suka dipelesetin Fakultas Ilmu Berpesta. Soalnya kating bilang banyak konser kecil di kampus, kegiatan kuliah jadi bikin semangat,” kata Mesya sambal tertawa.
Mesya pun menikmati podcast tentang kehidupan kampus, termasuk wawancara dosen terkait pengalaman kuliah bersama mahasiswa yang dibahas ringan. Dia pun tahu istilah Segitiga Bermuda FIB, bahwa Prodi Sastra China, Jerman, dan Perancis yang dikenal jurusan lama lulus, dosennya pelit nilai dan galak.
”Cerita-cerita lucu di podcast yang berseri jadi informasi menghibur yang membuat aku makin suka dengan dunia kuliah. Ada rasa khawatir juga karena katanya susah dan dapat nilai baik perjuangannya super, tapi diingatkan semua itu tergantung dari semangat tiap orang, kok,” ujar Mesya.
Penyambutan maba di kampus tiap tahun melibatkan kakak tingkat atau senior. Mereka menjadi teman maba supaya tidak merasa asing dan bingung saat ke kampus dan berbaur dengan banyak maba lain.
Cerita-cerita lucu di podcast yang berseri jadi informasi menghibur yang membuat aku makin suka dengan dunia kuliah.
Nah, di masa orientasi maba online, kakak tingkat juga tetap melakukan perannya secara daring. Salah satunya Dara Qaisara Bathisyia, mahasiswa semester 3 Program Studi Teknik Industri Binus University Jakarta yang jadi freshmen leader untuk program FYP Binus.
”Aku merasa terkesan dengan kakak FYP tahun lalu, senang karena ada teman yang membimbing. Nah, aku juga jadi ingin bisa berbuat hal yang sama ke maba, apalagi ini, kan, lewat online. Wah, bakal jadi pengalaman seru,” ujar Thisyia.
Thisyia membimbing kelompok yang berisi 11 maba prodi teknik industri dan sistem komputer. Untuk memudahkan komunikasi, dia membuat grup Whatsapp.
”Maba baru atau Freshmen B24 harus ikut video conference yang sudah ditentukan. Ada banyak topik dari mengenal kampus, manajemen belajar, mengenal diri, hingga ke perkenalan UKM. Aku mesti mengingatkan mereka untuk hadir dan memantau mereka mengerjakan kuis dan tugas mandiri,” ujar Thisyia.
Menurut Thisyia, membuat maba untuk aktif dan antusias jadi tantangan tersendiri. Sebab, komunikasi hanya lewat chat dan sesekali bertemu online. ”Banyak membahas seputar tugas, sih, obrolannya. Ada masalah juga saat mereka kirim tugas online, nah aku membantu supaya tidak panik dan menyelesaikan tugasnya,” kata Thisyia.
Baca juga : Menanti Keseruan Orientasi Mahasiswa Baru Daring
Abigail Nicole, mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, terpilih jadi salah seorang co-fasilitator di acara Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Tahun 2020. Dia bertugas mendampingi mahasiswa baru UGM yang dijuluki Gadjah Mada Muda alias Gamada.
”Belum mulai, sih, kegiatan PPSMB UGM 2020. Tapi kami sudah pembekalan secara online. Aku baru tahun lalu merasakan PPSMB di kampus. Kakak senior baik-baik. Makanya, aku tertarik juga ikutan jadi panitia,” ujar Abigail.
Abigail mengatakan dirinya berusaha supaya maba memiliki kesan berbeda dalam mengikuti PPSMB daring. ”Saya tahu bagaimana perasaan maba 2020. Mereka aja sempat tidak merasakan hari terakhir sekolah. Tiba-tiba saja ujian dan lulus, jadi mahasiswa baru. Gak ada prom night, graduation. Jadi mahasiswa baru juga disambutnya online. Semoga mereka bisa menjadikan ini sebagai keunikan angkatan mereka, bukan untuk bersedih hati,” kata Abigail.
Lebih mandiri
Secara terpisah, Ifa Hanifah Misbach, psikolog pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung, mengatakan, masa orientasi maba tahun 2020 ini memang berbeda di semua kampus. Tak ada kerumunan maba yang melakukan masa orientasi yang jadi ajang mereka siap beradaptasi dengan kehidupan sebagai mahasiswa.
”Mahasiswa baru, kan, beralih dari remaja akhir ke awal dewasa muda. Mereka mulai diajarkan untuk mandiri dalam menjalankan belajar di kampus. Kalau dulu prosesnya dikawal secara langsung, tahun ini jadi mereka sendiri yang harus belajar untuk mandiri,” kata Ifa.
Menurut Ifa, masa orientasi maba di masa pandemi Covid-19 ini mesti menyiapkan mahasiswa untuk beradaptasi dengan kuliah jarak jauh dari rumah masing-masing. Termasuk mengenal teman baru dan dosen baru lewat interaksi daring.
”Mahasiswa mesti dibantu untuk bisa mandiri belajar dengan teknologi yang ada. Diajak juga untuk bertanggung jawab dengan jadwal kuliah dan memahami etika perkuliahan daring. Jangan asal left tanpa permisi, sama kayak di kuliah offline enggak bisa sembarangan keluar kelas,” ujar Ifa.
Sebagai mahasiswa baru, ujar Ifa, penting untuk membekali mereka dengan kemampuan manajemen stres. Para maba lebih dituntut untuk mampu belajar mandiri dengan tugas kuliah berbasis proyek dan menulis.
”Apalagi di masa kuliah online, mereka belum terlalu mengenal teman dan dosen, penyesuaiannya lebih berat karena pertemuan terbatas saat daring. Memang tuntutan belajarnya harus bisa berempati ke kondisi mahasiswa baru. Harus dibuat suasana yang cair supaya merasa tidak tertekan,” kata Ifa.
Selain itu, mahasiswa harus belajar manajemen waktu agar bisa mengatur jadwal kuliah dan tenggat menyelesaikan tugas dengan baik. Di masa kuliah online, motivasi untuk tetap semangat kuliah dengan cara daring banyak bergantung pada diri sendiri.
Ifa yakin setiap kampus sudah menyesuaikan masa orientasi daring untuk maba. Masa pengenalan melalui daring bisa membantu maba lebih nyaman kuliah bersama orang-orang baru. Menurut Ifa, maba bisa memanfaatkan kakak senior yang jadi pendamping untuk mengenal seluk-beluk keseharian kuliah. Ada pula dosen pembimbing akademik yang jadi orangtua di kampus untuk membahas rencana kuliah dan tempat meminta nasihat menjalani kuliah daring.