Guru di Surabaya Dibekali Kesadaran Menghadapi Covid-19
›
Guru di Surabaya Dibekali...
Iklan
Guru di Surabaya Dibekali Kesadaran Menghadapi Covid-19
Guru sekolah dasar di Kota Surabaya dibekali kesadaran menghadapi penyakit Covid-19. Para pendidik itu juga diimbau selalu berhati-hati di tengah pandemi dan mengurangi keluar rumah jika tidak ada keperluan mendesak.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Guru sekolah dasar di Kota Surabaya dibekali kesadaran menghadapi penyakit Covid-19. Para pendidik itu juga diimbau selalu berhati-hati di tengah pandemi dan mengurangi keluar rumah. Jika terpaksa keluar rumah, mereka wajib menerapkan protokol kesehatan, yakni memakai masker, membawa hand sanitizer, memakai kacamata goggle, dan sering cuci tangan pakai sabun.
Di tengah kesibukan menangani pandemi Covid-19 dan mempersiapkan berbagai infrastruktur penyelenggaraan Piala Dunia U-20, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada Kamis (13/8/2020) menyempatkan diri untuk memberikan pembekalan melalui telekonferensi video kepada kepala sekolah dan guru sekolah dasar (SD).
Pada kesempatan itu, Risma berharap agar guru selalu mematuhi protokol kesehatan untuk menangkal penularan virus SARS-CoV-2. ”Jika di luar rumah, pakailah sarung tangan. Setelah pulang, langsung membersihkan diri, mulai tangan, rambut, muka, dan kalau perlu langsung mandi,” katanya.
Jika di luar rumah, pakailah sarung tangan. Setelah pulang, langsung membersihkan diri, mulai tangan, rambut, muka, dan kalau perlu langsung mandi.
Selain itu, Wali Kota Risma juga meminta supaya tidak ada lagi pembagian makanan di sekolah dan tidak boleh berjabat tangan. Sebab, virus korona sangat mudah menular sehingga perlu hati-hati. ”Kalau tidak membagi makanan dan tanpa berjabat tangan bukan berarti tidak sopan, justru semua cara dan tindakan selama ini untuk saling melindungi secara bersama-sama,” lanjutnya.
Presiden Asosiasi Pemerintah Daerah Asia Pasifik (UCLG-ASPAC) juga meminta kepada guru agarmenyampaikan apabila ada yang memiliki penyakit penyerta, untuk izin tidak masuk sekolah. Bahkan, mereka yang memiliki penyakit penyerta agar mengirim surat kepada Kepala Dinas Pendidikan Surabaya untuk memohon izin tidak masuk kerja. ”Tidak perlu datang ke kantor, tidak apa-apa, saya izinkan karena ini bahayanya besar,” ucapnya.
Oleh karena itu, Wali Kota Risma berkali-kali meminta kepada mereka untuk selalu menjaga kesehatan, dengan cara sering cuci tangan dengan sabun, selalu memakai masker, kalau keluar rumah pakai kacamata, dan mengurangi keluar rumah kalau tidak terpaksa. ”Memang sangat tidak nyaman kalau pakai masker terus, tapi lebih tidak enak jika terpapar Covid-19,” ujar Risma.
Di samping itu, Risma juga meminta guru tidak ragu untuk melakukan isolasi apabila sudah terpapar Covid-19. Bahkan, Pemkot Surabaya sudah menyiapkan asrama haji sebagai tempat isolasi. ”Masalah biaya selama menjalani isolasi jangan dipikirkan karena semua gratis. Jadi, saya mohon kepada semuanya untuk selalu menjaga diri supaya tidak ada lagi yang tertular virus korona,” kata Risma.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo mengatakan, pembekalan bagi guru untuk memberikan penekanan supaya guru siap menghadapi normal baru. ”Dengan penuh kesadaran, mereka diharapkan dapat membekali dirinya di tengah pandemi ini yang kelak akan mengalami perubahan perilaku,” ujarnya.
Supomo menyebutkan, pembekalan secara dalam jaringan (daring) kali ini diikuti 500 kepala sekolah dan guru. Namun, yang mengikuti telekonferensi itu dipastikan lebih banyak lagi karena beberapa sekolah memfasilitasi layar lebar sehingga bisa diikuti oleh banyak guru.
Sedang dicek
Terkait rencana pelaksanaan pembukaan sekolah di 21 SMP swasta dan negeri di Surabaya, Kepala Bidang Guru dan Bidang Pendidikan Dispendik Surabaya Mamik Suparmi mengatakan, saat ini tim dari kesehatan sedang melakukan pengecekan kelengkapan protokol kesehatan di sekolah-sekolah tersebut.
Dengan pengecekan ke sekolah-sekolah tersebut, menurut Mamik, seluruh sarana dan prasarana serta semua aturan di sekolah sudah sesuai protokol kesehatan. ”Jika kondisi sudah memungkinkan, kapan saja sekolah sudah siap, termasuk melakukan deteksi riwayat kesehatan siswa, guru, keluarga pada semua sekolah,” ujarnya.
Jadi, saat ini setiap sekolah sudah mempersiapkan segala protokol kesehatan dan mendata riwayat kesehatan dari siswa, wali murid, hingga guru. Simulasi sekolah tatap muka juga sudah dilakukan dengan melibatkan guru dan karyawan di sekolah.
Simulasi tatap muka
”Simulasi atau manajemen risiko dilakukan sebelum siswa memasuki pintu gerbang, berjalan menuju kelas wajib cuci tangan dengan sabun di wastafel, dan ketentuan lain, hingga siswa kembali di gerbang sekolah untuk pulang ke rumah,” katanya.
Siswa yang tidak bisa mengikuti sekolah tatap muka karena alasan tertentu tetap sekolah secara daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Jika masuk sekolah, jumlah siswa dibatasi 25-50 persen.
Semisal di satu kelas ada 32 orang, yang tatap muka hanya 16 orang karena bangku dibuat berjarak minimal 1 meter. Jadi, siswa masuk sekolah dilakukan secara bergantian, bisa empat hari sekali atau dua hari sekali.
Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya Brahmana Askandar, riwayat orangtua atau orang serumah (saudara) perlu diketahui sejak awal. Barangkali ada yang memiliki penyakit komorbid, seperti obesitas, hipertensi, diabetes, kanker, asma, dan penyakit paru.
”Riwayat penyakit komorbid itu penting diketahui karena anaknya bisa menularkan ke keluarga di rumah. Jika anaknya kena bisa tanpa gejala, tapi saudaranya di rumah bisa fatal jika tertular,” ujarnya.
Jika keluarga siswa memiliki penyakit komorbid, kemungkinan lebih baik dilakukan pembelajaran secara daring. Hal ini penting agar angka kematian akibat positif Covid-19 di Surabaya terkendali.