Kunjungan Guru Jadi Pelengkap Pembelajaran Daring di Pekalongan
›
Kunjungan Guru Jadi Pelengkap ...
Iklan
Kunjungan Guru Jadi Pelengkap Pembelajaran Daring di Pekalongan
Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Jawa Tengah, menjadikan kunjungan guru ke rumah siswa sebagai pelengkap pembelajaran daring. Melalui kunjungan guru, kendala siswa dalam pembelajaran daring dapat dideteksi.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Selama pandemi Covid-19, kunjungan guru ke rumah-rumah siswa menjadi salah satu pelengkap dalam proses belajar-mengajar di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Kunjungan guru ke rumah siswa dilakukan untuk mendeteksi kendala siswa dalam mengikuti pembelajaran daring.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan Soeroso mengatakan, program kunjungan guru ke rumah siswa ini sudah dilakukan oleh sejumlah taman kanak-kanak (TK) dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Kendati demikian, Soeroso mengaku belum mendapatkan rincian terkait berapa jumlah sekolah yang menerapkan program ini.
Soeroso menyebut, kunjungan guru ke rumah siswa dilakukan untuk mengevaluasi, sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru melalui pembelajaran daring. Program ini juga bisa menjadi alternatif bagi siswa yang selama ini terkendala dalam proses pembelajaran daring.
”Dalam penerapannya, home visit (kunjungan guru ke rumah siswa) ini akan menjadi pelengkap pembelajaran daring. Program ini dilakukan setelah ada kesepakatan antara pihak sekolah dan orangtua siswa,” kata Soeroso melalui siaran pers, Kamis (13/8/2020).
Soeroso memaparkan, guru akan mendatangi satu per satu siswanya secara bergiliran. Dalam satu minggu, setiap siswa mendapat satu kali kunjungan dari guru.
Guru akan mendatangi satu per satu siswanya secara bergiliran. Dalam satu minggu, setiap siswa mendapat satu kali kunjungan dari guru.
Pada saat berkunjung ke rumah siswa, para guru diwajibkan menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, memakai mika pelindung wajah, menjaga kebersihan tangan, dan membawa surat tugas dari sekolah. Guru juga harus dalam keadaan sehat, tidak sedang demam, batuk, flu, atau sakit-sakit lain yang mengarah ke gejala Covid-19.
Sementara para siswa juga diminta tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker dan menjaga kebersihan tangan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan risiko penyebaran Covid-19.
Menurut Soeroso, pihaknya sudah menawarkan program kunjungan guru ke rumah siswa tersebut kepada seluruh sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Pekalongan. Kendati demikian, keputusan untuk menjalankan program tersebut berada di tangan sekolah dan orangtua siswa.
Sejak akhir Maret, seluruh kegiatan belajar-mengajar di Kota Pekalongan dilakukan secara daring. Selama pembelajaran daring, Dinas Pendidikan Kota Pekalongan banyak mendapat keluhan dari orangtua siswa yang merasa keberatan mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli kuota internet. Sejak pembelajaran daring, kuota internet menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi orangtua.
Berdasarkan catatan Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, ada 5.263 siswa yang orangtuanya kesulitan untuk membeli kuota internet. Dari jumlah tersebut, 1.750 orang merupakan siswa SD dan 3.513 orang merupakan siswa SMP.
”Kami sudah mengusulkan anggaran bantuan kuota internet bagi peserta didik tidak mampu di Kota Pekalongan kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah Kota Pekalongan. Kami berharap usulan ini bisa diterima agar tidak ada lagi siswa yang terkendala dalam proses pembelajaran daring,” ucap Soeroso.
Soeroso menambahkan, jika disetujui, Dinas Pendidikan Kota Pekalongan akan memberikan bantuan berupa uang Rp 25.000 per bulan untuk setiap siswa. Bantuan tersebut akan diberikan setiap bulan hingga empat bulan ke depan.
Di Kota Tegal, sekolah-sekolah dibebaskan mengalokasikan dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk memberikan bantuan kuota internet bagi siswa. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal Ismail Fahmi mengakui, selain kendala kuota internet, keterbatasan perangkat untuk pembelajaran daring juga masih menjadi kendala.
”Sekarang ini, kami masih menginventarisasi jumlah siswa yang memiliki kendala terkait perangkat pembelajaran. Kalau sudah, kami akan mengusulkan bantuan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” kata Fahmi.
Sejak Senin (3/8/2020), 29 SMP di Kota Tegal mulai melakukan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring. Adapun tiga SMP memilih untuk hanya belajar daring karena orangtua siswa menolak pembelajaran tatap muka.
Sementara itu, siswa tingkat SD masih belajar daring, sesuai dengan anjuran pemerintah pusat. Kendati demikian, seluruh sekolah di Kota Tegal sudah menyiapkan alat-alat penunjang protokol kesehatan.
Inovatif
Menyampaikan materi pembelajaran secara daring menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Guru dituntut kreatif agar siswa tidak bosan dan bisa memahami materi dengan baik.
”Agar pembelajaran tidak monoton dan siswa tidak bosan, guru disarankan untuk membuat video pembelajaran yang inovatif, kreatif, bervariatif, dan menarik,” kata Kepala Seksi Kurikulum dan Kelembagaan PAUD Dinas Pendidikan Kota Pekalongan Sherly Imanda Hidayah.
Selain tuntutan untuk kreatif dan inovatif, guru juga diharapkan bisa berkoordinasi dengan orangtua siswa. Koordinasi dengan orangtua penting dilakukan untuk memantau perkembangan proses belajar siswa dan sejauh mana siswa mampu memahami apa yang disampaikan guru melalui pembelajaran daring.