Pelabuhan Kuala Langsa Ekspor Cangkang Sawit ke Jepang
›
Pelabuhan Kuala Langsa Ekspor ...
Iklan
Pelabuhan Kuala Langsa Ekspor Cangkang Sawit ke Jepang
Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, Aceh, bersama PT Sultana Biomas Indonesia secara bertahap melakukan ekspor cangkang sawit sebanyak 40.000 ton ke Jepang. Ekspor diharapkan menyuntik energi baru bagi pelabuhan itu.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, Provinsi Aceh, bersama PT Sultana Biomas Indonesia secara bertahap melakukan ekspor cangkang sawit sebanyak 40.000 ton ke Jepang. Tahap pertama, 7.060 ton lebih cangkang sawit telah diekspor pada pekan lalu. Ini menjadi langkah awal mendorong aktivitas ekspor di pelabuhan itu.
Direktur Utama PT Pelabuhan Kota Langsa Muhammad Zulfri, Kamis (13/8/2020), menuturkan, nilai ekspor 7.060 ton cangkang sawit mencapai Rp 10 miliar lebih. Cangkang sawit itu untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar briket pengganti batubara di Jepang. ”Bulan September kami akan ekspor sebanyak 12.000 ton. Pengiriman kami lakukan empat tahap, totalnya 40.000 ton,” kata Zufri.
Ekspor cangkang sawit yang dilakukan pada pekan lalu diharapkan menyuntik energi baru bagi Pelabuhan Kuala Langsa dan eksportir di Aceh. Pembeli di luar negeri mulai menaruh kepercayaan kepada eksportir di kawasan itu dan pada Pelabuhan Kuala Langsa.
Selama ini cangkang sawit yang terdapat di Aceh bagian timur itu diekspor melalui Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. ”Padahal, ketersediaan cangkang sawit di Aceh cukup besar. Namun, kami kesulitan mencari pembeli di luar negeri,” kata Zulfri.
Zulfri menuturkan, selain cangkang sawit, masih banyak komoditas di Aceh yang layak diekspor. Saat ini pihaknya sedang membangun komunikasi dengan beberapa calon pembeli di India, Iran, dan Pakistan. Komoditas yang ditawarkan pala, pinang, dan cengkeh.
Pembeli di luar negeri mulai menaruh kepercayaan kepada eksportir di kawasan itu dan pada Pelabuhan Kuala Langsa.
Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Aceh Muhammad Thanwier mengatakan, ekspor cangkang sawit lewat Pelabuhan Kuala Langsa adalah hasil kerja keras pengelola pelabuhan dan eksportir melobi pembeli di luar negeri. Thanwier berharap kepercayaan pembeli dapat dijaga dengan baik agar kerja sama bisnis itu terus berlanjut.
Selama ini banyak komoditas asal Aceh diekspor dari Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. Menurut Thanwier, pelaku ekspor memilih mengirimkan barang lewat Belawan karena di sana kapal selalu tersedia. Sementara di pelabuhan Aceh kapal jarang masuk.
Menurut Thanwier, kapal enggan masuk ke pelabuhan Aceh karena tidak ada jaminan ketersediaan komoditas yang mencukupi untuk ekspor. ”Tidak mungkin kapasitas kapal 100 kontainer, sementara barang tersedia hanya 10 kontainer,” kata Thanwier.
Kondisi itu menyebabkan banyak komoditas asal Aceh keluar melalui Pelabuhan Belawan. Sebagian besar komoditas yang diekspor lewat Belawan tidak dicatat dalam surat keterangan asal (SKA) barang. Karena itu pula, Dinas Perdagangan dan Industri Aceh tidak memiliki data konkret besaran dan komoditas ekspor Aceh.
”Kami meminta kepada eksportir untuk mencatat asal barang supaya daerah pemilik komoditas mendapatkan insentif dari kementerian keuangan. Tidak masalah dikirim bukan lewat Aceh, tetapi harus dicatat barang itu asalnya dari Aceh,” kata Thanwier.
Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai Aceh Safuadi menuturkan, peluang ekspor di Aceh belum dikelola secara serius. Padahal, Aceh memiliki banyak komoditas yang layak ekspor, di antaranya ikan segar, sayur-sayuran, lobster, kopi, nilam, pala, dan hasil hutan bukan kayu.
”Barangnya ada, tetapi tidak ada yang memfasilitasi eksportir dengan calon pembeli,” kata Safuadi.
Menurut Safuadi, aktivitas ekspor memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Bea dan Cukai Aceh berusaha memfasilitasi dan memberikan kemudahan pengurusan administrasi agar aktivitas ekspor di Aceh bergerak. Safuadi mengajak pemerintah daerah dan eksportir bersinergi mendorong ekspor komoditas asal Aceh melalui pelabuhan di Aceh.