Ribuan Virus Korona Bisa Menyebar di Ruangan Tertutup
›
Ribuan Virus Korona Bisa...
Iklan
Ribuan Virus Korona Bisa Menyebar di Ruangan Tertutup
Kalangan peneliti memprediksi jumlah replikasi virus penyebab Covid-19 bisa mencapai ribuan hanya dalam hitungan jam. Hal itu membuat risiko penularan antarorang di ruangan tertutup semakin tinggi.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyebaran virus korona baru penyebab Covid-19 lewat udara berpotensi menjadi masif saat seseorang berbicara di ruangan tertutup. Kalangan peneliti memprediksi jumlah virus yang tersebar dapat mencapai ribuan hanya dalam hitungan jam.
Julian Wei-Tze Tang, Associate Professor Bidang Ilmu Respirasi dari University of Leicester, Inggris, menyebutkan, risiko pandemi makin tinggi setelah adanya bukti virus penyebab Covid-19 menular melalui udara. Hal itu bisa jadi semakin parah saat orang-orang yang berkumpul di suatu ruangan tidak pakai masker dan tidak jaga jarak.
”Sebelumnya ilmuwan meyakini potensi (penularan) tersebut. Saat ini, ada dua faktor yang memengaruhi, yakni kecenderungan intensitas bicara seseorang dan fasilitas sirkulasi udara di dalam ruangan. Intensitas bicara, misalnya, menjadi sangat menentukan karena turut mengeluarkan percikan droplets yang membawa virus,” jelas Tang, seperti dilaporkan oleh Express and Star, Kamis (13/8/2020).
Dalam ruangan tertutup, Tang menyebut kalau Covid-19 juga bisa menular lewat droplet yang keluar saat orang bernapas. Tang menyimulasikan orang dewasa menarik napas 12-15 kali dalam semenit. Saat mengembuskan napas, sekitar 10 liter udara keluar pada waktu yang sama.
Apabila dihitung selama satu jam, ada sekitar 600 liter yang diembuskan. Total udara terembus itu turut disertai droplet yang menyebar ke dalam ruangan. ”Bayangkan jika ruangan seperti kafe berukuran sekitar 150 meter kubik atau 150.000 liter, maka hampir separuh ruangan telah terisi droplet dari sisa udara yang diembuskan pengunjung,” ucap Tang, seperti dilaporkan USA Today.
Sementara itu, Tang juga mengacu pada studi tentang flu tahun 2013. Setiap 30 menit dari embusan napas diperkirakan mengandung sekitar 1.000 hingga 10.000 virus. Apabila virus SARS-CoV-2 menyebar seperti virus penyebab flu lainnya, berarti seseorang yang berdiam selama satu jam di ruangan tertentu bisa menyebarkan sekitar 10.000 virus.
Karena potensi itu, Tang sangat mewanti-wanti aktivitas kerumunan yang terjadi di kafe dan bar. Sebab, sering kali orang-orang lupa menerapkan protokol kesehatan saat berkumpul di dua tempat tadi.
Tang menambahkan, apabila ada 20 orang terinfeksi Covid-19 di ruangan yang sama, berarti ada sekitar 200.000 virus yang diproduksi dalam satu jam. Virus akan tetap berada di ruangan dan bisa berlipat ganda jika tidak ada sirkulasi udara. ”Jumlah itu bisa bertambah sekitar 200.000 virus setiap jam,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan, virus itu tidak sepenuhnya terbawa lewat udara. Sebagian virus hanya berputar pada radius 1 sampai 2 meter atau berputar di sekitar ruang orang-orang yang bernapas.
Waspada
Sejak awal Juli 2020, Tang bersama sejumlah kolega akademisi menyampaikan surat terbuka kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Surat yang ditulis Lidia Morawska untuk mewakili sekitar 239 akademisi lain menyuarakan agar WHO mewaspadai potensi penularan yang terjadi secara aerosol di sejumlah tempat. Beberapa lokasi, seperti fasilitas transportasi umum, kafe, dan bar, dianggap menjadi lokasi berisiko.
Benedetta Allegranzi, Ketua Teknis untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi WHO, dalam konferensi pers pada 7 Juli 2020, telah mengakui adanya bukti-bukti penularan virus korona baru melalui udara. ”Kemungkinan penularan melalui udara dalam pengaturan publik, terutama dalam kondisi yang sangat spesifik, padat, tertutup, pengaturan berventilasi buruk tidak dapat dikesampingkan,” katanya.
Lebih lanjut, ia menyatakan, bukti-bukti pendukung perlu dikumpulkan dan ditafsirkan. ”Kami terus mendukung ini,” katanya.
Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Supolo Sudoyo sebelumnya mengingatkan penularan Covid-19 lewat aerosol tadi. ”Pada akhirnya, ini seperti avian flu (flu burung), yang juga airborne, walau tetap dari tetesan dan aerosol. Yang membedakan dengan flu, kematian akibat Covid-19 lebih tinggi,” ujarnya (Kompas, 9/7/2020).
Risiko penularan Covid-19 melalui udara bisa lebih tinggi bagi tenaga kesehatan dan petugas laboratorium yang menganalisis spesimen. Sebagai langkah antisipatif, Lembaga Eijkman sudah menerapkan kehati-hatian dalam pemeriksaan spesimen SARS-CoV-2 pemicu Covid-19. ”SOP kami sudah untuk virus airborne. Karena itu, analisis spesimen dilakukan di ruang isolasi BSL (level keamanan hayati)-3,” kata Herawati.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menuturkan, potensi penularan virus lewat udara bukan mustahil terjadi di Indonesia. Sejumlah perkantoran yang belakangan menjadi kluster penularan kemungkinan besar menyebarkan virus dengan cara yang sama.
”Apabila melihat kasus di sejumlah kantor yang terus bermunculan, bisa jadi karena penularan berlangsung secara aerosol. Saya berharap dugaan ini bisa diteliti lebih lanjut oleh tenaga medis di lapangan,” tuturnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta menutup 56 perusahan selama 6 Juni 2020 hingga 11 Agustus 2020. Alasan tersebut karena sejumlah kantor yang beroperasi tidak menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
Terkait itu, Ari mengingatkan penggunaan masker dan jaga jarak sangat penting. Begitu juga di ruangan tertutup, penggunaan masker dapat mencegah paparan droplet ke orang lain. Sebaiknya juga jangan lupa untuk menyiapkan sirkulasi udara di ruangan tertutup sehingga udara dalam ruangan berganti.