Satgas Covid-19: Empat Pekan Terakhir 64 Daerah Tak Membaik
›
Satgas Covid-19: Empat Pekan...
Iklan
Satgas Covid-19: Empat Pekan Terakhir 64 Daerah Tak Membaik
Satgas Covid-19 menyebut persentase kasus aktif di Indonesia cenderung turun beberapa pekan terakhir. Namun, 64 kabupaten dan kota di 22 provinsi dengan status risiko sedang tak membaik selama empat pekan terakhir.
Oleh
FX LAKSANA AS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 64 kabupaten dan kota di 22 provinsi dengan status zona oranye atau risiko sedang tidak mengalami perbaikan selama empat minggu terakhir. Untuk itu, pemerintah daerah bersama masyarakat setempat harus meningkatkan upaya bersama guna mengurangi penyebaran Covid-19.
”Mohon pemerintah kabupaten dan kota dapat meningkatkan testing, tracing, dan isolasi. Untuk masyarakat, pastikan menjalankan protokol kesehatan, yakni pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Kalau dua pihak betul-betul menjalankan dengan baik, kami yakin daerah ini akan berubah membaik,” kata juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (13/8/2020).
Daerah yang dimaksud tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Di Jawa Timur ada 13 daerah zona oranye, antara lain Bangkalan, Kediri, Kota Probolinggo, Malang, Pasuruan, dan Ponorogo. Di Sulawesi Selatan ada lima daerah zona oranye, antara lain Bulukumba, Maros, dan Sopeng. Di Sumatera Utara ada sembilan daerah oranye. Selain itu juga termasuk Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta, Bekasi dan Kota Bekasi di Jawa Barat, serta Kota Sorong dan Manokwari di Papua Barat.
Laporan tren zonasi mingguan selama 24 Mei-9 Agustus dari Satgas Covid-19 tersebut juga menunjukkan bahwa daerah dengan risiko sedang dan ringan masih terus berfluktuasi dengan jumlah kasus yang masih banyak. Hal ini terkonfirmasi dari daerah zona hijau yang menurun dan daerah zona merah makin sedikit.
Situasi itu, menurut Wiku, perlu menjadi perhatian di tengah data makro untuk jumlah kasus aktif di Indonesia selama 30 hari, 13 Juli-12 Agustus, yang terus menurun. Berdasarkan data Satgas Covid-19, kasus aktif per 13 Juli mencapai 47,59 persen dari total kasus. Saat itu, kasus aktif rata-rata dunia adalah 30,51 persen. Artinya, kasus aktif di Indonesia masih di atas rata-rata kasus aktif dunia.
Per 20 Juli, kasus aktif di Indonesia turun menjadi 41,94 persen. Ini berlanjut di hari-hari kemudian, yakni 37,18 persen per 27 Juli dan 33,23 persen per 3 Agustus. Pada 12 Agustus, kasus aktif di Indonesia turun lagi menjadi 29,85 persen atau sudah di bawah rata-rata kasus aktif dunia sebesar 30,51 persen.
”Kasus aktif di Indonesia sudah cenderung menurun dan ini harus kita pertahankan. Tetap, kita harus waspada bahwa jumlah kasus aktif bisa meningkat jika kita lengah dalam menangani kasus dan apabila masyarakat lengah untuk tidak menjalankan protokol kesehatan,” kata Wiku.
Total jumlah kasus aktif per 12 Agustus adalah 39.290 kasus atau 29,5 persen dari total kasus positif Covid-19. Tambahan baru 2.098 kasus. Adapun kasus sembuh 87.558 orang atau 65,9 persen dan meninggal dunia 5.968 orang atau 4,49 persen.
Dari aspek zonasi risiko, 35 kabupaten dan kota tidak terdampak. Sebanyak 47 kabupaten dan kota tidak memiliki tambahan kasus baru selama empat minggu terakhir dengan tingkat kesembuhan 100 persen. Kedua kelompok daerah ini termasuk zona hijau.
Sementara itu, 177 kabupaten dan kota lainnya berisiko rendah alias zona kuning. Adapun 222 kabupaten dan kota berisiko sedang atau zona oranye serta 33 kabupaten dan kota berrisiko tinggi atau zona merah.
Wiku juga menambahkan, pemerintah bertekad secepatnya menyedikan vaksin Covid-19 untuk seluruh masyarakat. Dengan pengembangan vaksin yang telah memasuki uji klinis ketiga diharapkan penemuan sekaligus produksi vaksin makin dekat. Sejalan dengan itu sekaligus sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam pengembangan vaksin, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo telah mendaftarkan diri sebagai sukarelawan uji klinis vaksin Covid-19.
Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo berharap produksi vaksin Covid-19 bisa dilakukan mulai Januari 2021. Harapan ini didasarkan atas progres pengembangan vaksin yang sejauh ini telah memasuki uji klinis tahap ketiga.
”Kita harapkan nanti, insya Allah pada bulan Januari, kita sudah bisa memproduksi. Kalau produksinya sudah siap, langsung diberikan vaksinasinya kepada seluruh masyarakat di Tanah Air,” kata Presiden seusai meninjau pelaksanaan uji klinis tahap ketiga calon vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (11/8/2020).
Uji klinis tahap ketiga itu merupakan kerja sama Bio Farma dengan lembaga Sinovac asal China. Ini merupakan tahap terakhir sebelum vaksin Covid-19 diproduksi massal.
Selain kerja sama tersebut, pemerintah juga berupaya mengembangkan vaksin sendiri yang dikembangkan dari isolat virus Covid-19 yang ada di Indonesia. Vaksin tersebut diharapkan dapat diselesaikan pada pertengahan 2021.
”Jadi kita mengembangkan full sendiri oleh Lembaga Eijkman, BPPT, LIPI, BPOM, Menristek, dan universitas-universitas yang kita miliki. Tetapi, selain itu kita juga membuka diri untuk bekerja sama, misalnya dengan Sinovac, Uni Emirat Arab di G-20, dan dengan Korea Selatan,” kata Presiden.