Pelepasliaran tukik atau anak penyu jenis lekang kembali dilakukan di Pantai Kalibuntu, Kebumen. Pelestarian penyu ini penting untuk keseimbangan ekosistem serta berpotensi dikembangkan jadi kawasan wisata edukasi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
KEBUMEN, KOMPAS — Sebanyak 180 ekor anak penyu atau tukik jenis lekang dilepasliarkan di Pantai Kalibuntu, Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Jumat (14/8/2020). Pelestarian penyu menjadi salah satu cara meningkatkan kesadaran masyarakat sekaligus mengembangkan potensi wisata edukasi.
”April-Agustus ada sekitar 1.000 telur penyu yang dikumpulkan. Sebanyak 200 ekor sudah menetas dan 180 ekor lainnya siap dilepaskan,” kata Kastam (49), pegiat konservasi serta anggota Kelompok Penangkaran Penyu Lekang dari Kelompok Sadar Wisata Gajah Gunung, di Kebumen, Jumat.
Kastam menyampaikan, telur penyu diselamatkan dari biawak hingga pemburu untuk diperjualbelikan. Kastam bersama 40 orang di kelompoknya bergantian ronda di Laguna Jogosimo untuk menjaga dan menyelamatkan telur itu.
”Alhamdulillah, sekarang kesadaran masyarakat mulai meningkat. Kalau ada nelayan atau warga yang menemukan telur penyu diserahkan kepada kami. Kami hanya memberi uang lelah Rp 1.000 per butir. Dulu bisa sampai Rp 5.000 per butir,” ujarnya.
Kastam bersama anggota kelompok mulai mengonservasi penyu sejak 2016. Ratusan penyu telah dilepasliarkan dari kelompok ini. Di penangkaran, terdapat 11 ekor penyu berusia dua tahun dan dimanfaatkan untuk pengenalan satwa dilindungi ini pada anak-anak. ”Anak-anak bisa melihat dan ikut melepaskan tukik. Harga per paket per orang Rp 50.000 itu sudah termasuk makan siang,” ujarnya.
Menurut Kastam, penyu berperan penting menjaga ekosistem dan rantai makanan. Penyu suka memakan ubur-ubur. Ubur-ubur sama seperti ikan, memakan plankton di laut. Jika penyu langka dan punah, maka ikan akan bersaing dengan ubur-ubur memburu plankton. Akibatnya, nelayan bisa kesulitan mendapatkan ikan.
Yusuf (31), warga Pejagoan, Kebumen, bersama istri dan dua anaknya datang berkunjung melihat tukik di muara Sungai Luk Ulo ini. Mereka senang dan mengapresiasi pelepasliaran tukik tersebut. ”Ini edukasi yang bagus untuk melestarikan alam, ada unsur hewani dan hayati. Jadi ini semacam teladan agar kita bisa lebih melestarikan alam,” kata Yusuf.
Selain pelepasliaran 180 tukik, ditanam pula secara simbolis 100 pohon cemara laut oleh jajaran Pemerintah Kabupaten Kebumen bersama TNI/Polri di sana dalam rangka Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional 2020. Program CSR dari PT Pertamina (Persero) sebesar Rp 300 juta dikucurkan untuk pelestarian kawasan Laguna Jogosimo yang rencananya akan ditanami 20.000 pohon cemara laut.
”Kami tadi menanam cemara laut supaya tidak abrasi dan menghasilkan oksigen yang baik. Kami juga melepas 180 tukik atau anak penyu,” kata Wakil Bupati Kebumen Arif Sugiyanto.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Kebumen Edi Rianto mengatakan, pihaknya mengapresiasi masyarakat yang serius dan tekun mengonservasi tukik di desanya.
”Harapan kami, ini nanti jadi kawasan wisata yang dikelola masyarakat. Diharapkan munculnya wisata baru ini dikembangkan bersama-sama dan masyarakat kian mandiri,” kata Edi.
Selain edukasi tentang pelestarian lingkungan, warga juga sedang mengembangkan kerajinan batik tulis motif penyu. Warna-warnanya cerah dan ada sekitar 20 ibu rumah tangga yang kini berlatih membatik. Harga batik tulis dijual Rp 200.000 per lembar.