Seorang aparatur sipil negara (ASN) Pemerintah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, meninggal setelah terkonfirmasi positif Covid-19. Tes usap pun dilakukan di lingkungan Pemkab Majalengka.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Seorang aparatur sipil negara Pemerintah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, meninggal setelah terkonfirmasi positif Covid-19. Puluhan pejabat dan camat di Majalengka pun mengikuti tes usap tenggorokan untuk mencegah penyebaran virus korona baru.
Berdasarkan data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Majalengka, pria berusia 57 tahun tersebut meninggal pada Kamis (13/8/2020) malam dan dimakamkan sesuai dengan protokol Covid-19. Warga Kecamatan Leuwimunding itu bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) di Kecamatan Sumberjaya.
Sebelumnya, yang bersangkutan dirawat di RSUD Majalengka sejak Sabtu (8/8/2020) dengan keluhan demam dan batuk kering. Pasien sempat menjalani tes usap. Namun, hasilnya keluar setelah pasien meninggal dunia.
Dinas kesehatan setempat masih melacak riwayat perjalanan dan kontak yang bersangkutan. Adapun Kantor Kecamatan Sumberjaya, yang berjarak 22 kilometer dari pusat Majalengka, ditutup selama 14 hari.
Kasus tersebut menambah jumlah ASN di Majalengka yang tertular Covid-19. Sebelumnya, tiga ASN di Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Majalengka juga terkonfirmasi positif Covid-19, pada akhir Juli.
Kasus tersebut bermula dari salah satu kepala seksi di DP3AKB yang kembali dari Kota Medan, Sumatera Utara, setelah menghadiri acara keluarga. Setelah dilakukan tes usap terhadap 63 pegawai dinas terkait, dua orang di antaranya tertular Covid-19.
Untuk mencegah kasus positif Covid-19 di lingkungan pemda, 63 kepala organisasi perangkat daerah dan camat se-Majalengka menjalani tes usap massal, Jumat (14/8/2020). ”Jika ada yang terindikasi (Covid-19), jadikan itu peringatan untuk lebih disiplin menaati protokol kesehatan,” kata Bupati Majalengka Karna Sobahi dalam keterangan tertulis.
Setelah lingkungan pemkab, tes usap massal juga akan dilakukan pada masyarakat. Namun, pihaknya belum mengetahui pasti kapan tes tersebut digelar. Pihaknya masih memetakan wilayah yang rawan penyebaran Covid-19.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Kabupaten Majalengka, tercatat 37 kasus positif di daerah tersebut. Dua orang di antaranya meninggal dan 18 orang lainnya dinyatakan sembuh.
Setelah lingkungan pemkab, tes usap massal juga akan dilakukan pada masyarakat.
Sembilan orang lainnya yang diduga terpapar Covid-19 (probable) meninggal sebelum menjalani tes usap. Adapun suspect Covid-19 yang masih menjalani isolasi tercatat 17 orang.
Kasus positif paling banyak tersebar di Kecamatan Palasah (5 orang), Leuwimunding (4), Sumberjaya (4), Malausma (3), dan Kasokandel (3). Sebagian besar kasus Covid-19 berawal dari pelaku perjalanan.
Kepala Dinas Kesehatan Majalengka Alimudin mengatakan, pihaknya sudah melakukan tes usap terhadap 2.041 warga. Jumlah ini setara dengan 0,17 persen dari total penduduk Majalengka yang berkisar 1,2 juta jiwa. Majalengka tercatat sebagai daerah dengan tes usap terendah di Jabar bagian timur.
Sebagai perbandingan, Kota Cirebon, misalnya, sudah mengetes lebih dari 2.600 warga. Adapun cakupan tes usap di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Indramayu sekitar 3.000 orang. Kabupaten Cirebon bahkan telah melakukan tes usap kepada lebih dari 10.000 warga.
Kepala Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Gunung Jati Cirebon Donny Nauphar mengatakan, semakin banyak orang yang menjalani tes usap, penyebaran Covid-19 dapat segera dikendalikan. ”Kalau tidak dites, adanya negatif palsu. Idealnya, 1 persen dari total penduduk menjalani tes,” katanya.
Semakin banyak orang yang menjalani tes usap, penyebaran Covid-19 dapat segera dikendalikan.
Apalagi, lanjutnya, kapasitas pemeriksaan sampel tes usap di Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) terus meningkat. Saat ini, Lab FK UGJ dapat memeriksa 600 sampel per hari. Sebelumnya, hanya 300 sampel.
”Daerah lain tidak seberuntung Ciayumajakuning. Ada daerah yang punya dana, tapi enggak mau tes. Ada yang mau tes, tetapi enggak punya dana,” ungkapnya.