Kerja sama tim menjadi salah satu daya tarik Pramuka hingga kini. Sebagian siswa menemukan keasyikan tersendiri dengan berkegiatan di Pramuka. Di sisi lain, masih ada siswa yang beranggapan kegiatan Pramuka menjemukan.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bagi sebagian siswa, Pramuka bukan hanya sekadar ekstrakurikuler wajib di sekolahnya. Pramuka juga mampu membuat mereka peka dengan masalah-masalah sosial, tak terkecuali di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang.
Chevi Herdiyansyah (16), siswa kelas XI SMK Negeri 24 Jakarta, mengaku banyak mendapatkan ilmu dari kegiatan Pramuka. Ilmu itu tidak bisa didapatkan dari mata pelajaran sekolah. Ia masih beranggapan bahwa banyak materi Pramuka yang relevan dengan kehidupan sosial di lingkungan masyarakat.
”Saat masuk SMK, saya lihat kegiatan yang paling aktif memang Pramuka. Makanya langsung pengen gabung. Banyak ilmu di luar pelajaran yang bisa didapatkan,” katanya saat dihubungi di Jakarta, Jumat (14/8/2020).
Ekstrakurikuler Pramuka diwajibkan bagi semua siswa kelas X dan XI di SMK Negeri 24 Jakarta. Namun, menurut Chevi, hanya ada 46 siswa kelas XI yang tertarik bergabung menjadi anggota tim inti bernama Ambalan Arjuna-Srikandi di sekolahnya.
Semua siswa wajib mengikuti kegiatan Pramuka setiap Rabu setelah jam pulang sekolah. Materi dalam kegiatan tersebut akan disampaikan oleh pembina Pramuka bersama Ambalan Arjuna-Srikandi.
”Setelah itu kami masih harus berlatih sendiri karena Ambalan Arjuna-Srikandi, kan, biasanya diikutkan lomba dan kegiatan di luar sekolah,” katanya.
Menurut Chevi, materi-materi yang diajarkan dalam Pramuka tidak melulu tentang morse, semafor, pioneering, atau baris berbaris. Lebih dari itu, Pramuka juga dapat melatih kepekaan sosial anggotanya melalui sejumlah kegiatan.
Sebagai contoh, kata Chevi, di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, Chevi dan teman-temannya sering melibatkan diri ke tengah-tengah masyarakat. Pada Juli lalu, misalnya, mereka membantu para petugas satuan polisi pamong praja (satpol PP) menyosialisasikan protokol kesehatan di kawasan Pasar Gardu, Cipayung, Jakarta Timur.
”Kami keliling ke titik-titik keramaian, seperti di dalam pasar atau jalan raya, untuk menegur orang-orang yang enggak pakai masker,” katanya.
Bukan hanya itu, Chevi dan teman-temannya juga membagikan masker kain kepada warga yang tidak memakai masker. Masker yang diberikan adalah masker kain buatan siswa Tata Busana SMK Negeri 24 Jakarta.
”Dari tim tata busana kemarin bikin sekitar 100 masker. Saat itu masih banyak yang belum taat protokol kesehatan,” ujarnya.
Jaringan pertemanan
Hazen Nabil Yudhanto (17), siswa kelas XII SMA Negeri 84 Jakarta, tertarik mengikuti ekstrakurikuler Pramuka di sekolahnya untuk memperluas jaringan pertemanan. Terbukti, ia sudah terlibat dalam beberapa kegiatan kepramukaan di tingkat sekolah, daerah, hingga provinsi.
”Di masa pandemi Covid-19 begini kami rajin ikut webinar atau kegiatan daring dengan ambalan-ambalan (rombongan) di kota atau pulau lain,” katanya.
Di SMA Negeri 84 Jakarta, Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib bagi siswa kelas X, XI, dan kelas XII. Kegiatan pramuka tersebut diadakan pada jam terakhir sekolah setiap hari Rabu.
Sementara Hazen tidak hanya mengikuti kegiatan Pramuka wajib. Ia juga bergabung dengan ambalan Pramuka di sekolahnya yang bernama Panji Asmara Bangun-Dewi Sri Tanjung.
”Jadi Pramuka di tempat kami, ada yang wajib, ada juga yang khusus. Yang khusus ini masuk ke ambalan dan jumlahnya hanya 15-20 orang per angkatan,” katanya.
Di saat pandemi seperti sekarang, kegiatan Pramuka di sekolah Hazen hanya dilakukan secara daring. Setiap Rabu sore, biasanya para anggota melakukan diskusi melalui panggilan video. Namun, tidak ada satu pun kegiatan yang mereka lakukan pada peringatan Hari Pramuka ke-59 pada Jumat ini.
”Dua hari lalu kami hanya menyaksikan upacara Hari Pramuka di istana negara secara virtual. Tahun sebelumnya kami biasanya ikut upacara di Monumen Nasional,” katanya.
Setengah hati
Sementara itu, Aulia (17), siswa kelas XII SMA Negeri 1 Blora, Jawa Tengah, mengaku masih setengah hati mengikuti kegiatan Pramuka di sekolahnya. Sebab, tidak seperti di SMP-nya dulu, ia menganggap materi dan kegiatan Pramuka di sekolahnya saat ini cenderung monoton.
”Soalnya pengurusnya sedikit, jadi kegiatannya membosankan. Kalau pas SMP, kegiatannya dibikin seru,” katanya.
Kegiatan Pramuka yang paling Aulia gemari adalah kegiatan perkemahan dan permainan-permainan kelompok. ”Yang bikin seneng di Pramuka, ya, keseruannya itu bareng teman-teman kelompok,” ujarnya.