Hujan Sepuluh Gol Jadi Saksi Kedigdayaan Bayern Muenchen
›
Hujan Sepuluh Gol Jadi Saksi...
Iklan
Hujan Sepuluh Gol Jadi Saksi Kedigdayaan Bayern Muenchen
Bayern Muenchen mempermalukan tim raksasa Spanyol, Barcelona, 8-2, di perempat final Liga Champions Eropa. Hasil fenomenal itu semakin menunjukkan kedigdayaan sang wakil Jerman sebagai kandidat juara musim ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LISABON, SABTU — Hujan gol membasahi Estádio da Luz di Portugal dalam laga perempat final Liga Champions Eropa antara Bayern Muenchen dan Barcelona, Sabtu (15/8/2020) dini hari WIB. Total sepuluh gol tercipta di pertandingan ini yang berujung dengan pembantaian Muenchen atas Barca, 8-2.
Sang wakil Jerman begitu superior sejak awal pertandingan. Di setiap babak, skuad asuhan Hans-Dieter Flick itu menciptakan masing-masing empat gol. Total delapan gol yang mereka hasilkan merupakan pertama kali terjadi sepanjang sejarah dalam babak gugur Liga Champions.
Muenchen seolah membuat Barca menjadi tim pesakitan. Serangan cepat dan eksplosif mereka sukses menghancurkan pertahanan lawan yang sangat rapuh. Total 26 kali tendangan dilakukan Muenchen, dibandingkan 7 kali tendangan dari Barca.
Megabintang Barca, Lionel Messi, tidak mampu berbuat banyak sepanjang pertandingan. Ruang geraknya sangat terbatas karena pertahanan ketat dan tinggi yang ditampilkan skuad Muenchen. Lini tengah yang diperkuat Frenkie de Jong pun tidak mampu memfasilitasi bola ke para penyerang.
Flick mengatakan, skuadnya memang sudah merencanakan menekan lawan hingga garis pertahanannya sendiri. Dengan cara itu, mereka bisa mendapatkan peluang lewat kesalahan pemain Barca.
”(Thomas) Mueller pantas meraih pemain terbaik di laga ini. Dia adalah pemain yang mengatur saat kami menekan lawan. Tekanan itu menghasilkan peluang bagi kami. Seluruh tim juga patut dipuji karena bisa menjaga intensitas selama 90 menit,” ucap Flick selepas laga itu.
Penyerang Muenchen, Thomas Mueller, dan pemain pengganti Philippe Coutinho menjadi penyumbang terbanyak lewat dua gol. Empat gol sisanya dicetak masing-masing oleh Robert Lewandowski, Serge Gnabry, Joshua Kimmich, dan Ivan Perisic.
Menyakitkan
Menurut Setien, kekalahan ini sangat menyakitkan karena timnya sempat mengimbangi di awal pertandingan. ”Kami memulai cukup baik, tetapi kekuatan lawan dalam banyak fase permainan mampu menguasai kami,” kata pelatih yang berada diambang pemecatan tersebut.
Pertandingan ini berlangsung intens dengan tempo sangat tinggi.Baru tiga menit laga berjalan, Muenchen langsung unggul 1-0 lewat serangan balik cepat. Mueller membuka keunggulan timnya melalui tendangan yang memantul ke rumput terlebih dulu.
Tidak mau kalah, Barca coba mengambil alih permainan. Agresivitas itu berbuah hasil. Laga imbang akibat gol bunuh diri oleh bek Muenchen, David Alaba. Pemain asal Austria itu ingin menghalau umpan silang Jordi Alba. Namun, bola justru memantul liar ke gawang sendiri.
Tim berjuluk ”Blaugrana” tersebut nyaris berbalik unggul lewat tendangan spekulatif Messi dari sisi kiri pertahanan Muenchen. Sayangnya, bola masih membentur tiang gawang.
Malapetaka menghampiri Barca di pertengahan babak pertama. Dalam sepuluh menit, Perisic, Gnabry, dan Mueller, bergantian mencatatkan namanya di papan skor. Tiga gol beruntun itu tercipta dari kegagalan pemain Barca membangun serangan.
”Kami sangat fokus di menit-menit awal. Kami memang berencana menyerang. Hasil yang luar biasa pada akhirnya,” sebut Kimmich yang menilai kesuksesan mereka berasal dari kerja keras di babak pertama.
Di awal babak kedua, Barca sempat menyalakan harapan. Aksi individu berujung tendangan kaki kiri keras dari penyerang Uruguay Luis Suarez membawa Barca menipiskan ketinggalan, 2-4. Namun, jarak dua gol itu hanya bertahan enam menit, sebelum Muenchen melebarkan lagi keunggulan lewat sontekan Kimmich.
Coutinho, pemain pinjaman dari Barca, justru memperburuk kenyataan tim asalnya tersebut. Di 10 menit jelang berakhirnya laga, penyerang sayap asal Brasil itu menciptakan dua gol dan satu assist. Dia memanfaatkan lini belakang lawan yang sudah kehilangan motivasi.
Hasil itu mengantarkan Lewandowski dan rekan-rekan lolos ke semifinal lagi, setelah sempat absen di semifinal tahun lalu. Mereka akan berhadapan dengan pemenang antara Olympique Lyon dan Manchester City.
Kekalahan ini amat menyakitkan. Kami semua sakit. Kami tidak bisa bersaing lagi dengan cara seperti ini. Tidak ada yang perlu dikatakan, klub ini perlu perubahan. (Gerard Pique)
Bagi Barca, kekalahan ini melanjutkan kutukan mereka dalam beberapa tahun terakhir di Liga Champions. ”Blaugrana” lagi-lagi gagal membawa terakhir trofi ”Si Kuping Lebar”. Adapun terakhir kali mereka juara pada musim 2014-2015.
Padahal, gelandang Barca Arturo Vidal sebelumnya sesumbar, Barca adalah tim terbaik sejagat saat ini. Realitasnya, malam ini, Vidal dan rekan-rekan adalah tim Barca terburuk setelah digilas Real Madrid dengan delapan gol pada 1935 silam.
Mereka juga menjadi tim pertama setelah Porto pada April 2015 silam yang kebobolan empat gol atau lebih pada babak pertama laga fase gugur Liga Champions. Saat itu, Porto juga dilibas Muenchen.
”Kekalahan ini amat menyakitkan. Kami semua sakit. Kami tidak bisa bersaing lagi dengan cara seperti ini. Tidak ada yang perlu dikatakan, klub ini perlu perubahan. Bukan hanya pemain, tetapi keseluruhan tim,” kata kapten Barca, Gerard Pique. (AP/REUTERS)