Kupang Siapkan Sekolah Tatap Muka pada September 2020
Pemerintah Kota Kupang menyiapkan kegiatan belajar-mengajar sistem tatap muka pada awal September 2020. Saat ini belajar-mengajar sebagian dibantu dengan ”handy talky”.
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Kota Kupang menyiapkan kegiatan belajar- mengajar sistem tatap muka pada awal September 2020. Butuh persiapan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan protokol kesehatan secara lengkap di sekolah. Persetujuan dari orangtua siswa juga diperlukan.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Kota Kupang Adonia Frans Olamauk mengatakan, kondisi kegiatan belajar-mengajar (KBM) di Kota Kupang saat ini tidak berjalan optimal. Hal itu ia katakan pada peresmian penggunaan pesawat radio antarpenduduk (Rapi) bagi sistem pembelajaran di SD Inpres Liliba, Kota Kupang, Sabtu (15/8/2020).
KBM dalam jaringan (daring) mengalami banyak kendala. Gangguan jaringan internet, keterbatasan paket data, keterbatasan ponsel pintar atau laptop, dan penguasaan sistem belajar daring belum diketahui siswa dan orangtua.
”Kondisi ini berlangsung sejak 15 Juni 2020 sampai hari ini. KBM daring tetap jalan, tetapi tidak optimal. Karena itu, kami putuskan untuk memulai KBM tatap muka pada awal September 2020. Tetapi, itu tidak mudah sehingga butuh analisis, kajian, dan dukungan dari semua pihak,” kata Olamauk.
Pemkot tidak ingin ada kluster penularan Covid-19 di sekolah seperti terjadi di beberapa sekolah di luar Nusa Tenggara Timur (NTT). Siswa SD dan SMP sangat rentan tertular Covid-19. Memulai KBM di sekolah butuh persiapan matang untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti penggunaan masker, tempat mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Baca juga : Pendidikan Karakter Nasional Siswa Sulit dibentuk dari Rumah
Ia mengatakan, kegiatan KBM tatap muka awal September 2020 dimulai bagi siswa SMP. Tatap muka hanya dilakukan bagi sekolah yang sudah benar-benar siap, kemudian mendapat persetujuan orangtua dan pihak terkait.
Untuk itu, surat edaran dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang telah dikirim ke 44 kepala SMP di Kota Kupang. Isi surat ini tentang persiapan pemberlakukan KBM tatap muka dimulai awal September 2020. Persiapan itu mengatur jumlah pengurangan rombongan belajar, jarak tempat duduk siswa, guru, ketersediaan air cuci tangan, masker bagi siswa, jaga jarak, dan hindari kerumunan.
”Selesai KBM, siswa langsung dipulangkan ke rumah masing-masing. Kantin sekolah tidak diaktifkan, juga jajanan kuliner lain di sekolah. Ruang kelas selalu disemprot disinfektan sebelum dan setelah KBM berlangsung,” katanya.
Selesai KBM, siswa langsung dipulangkan ke rumah masing-masing. Kantin sekolah tidak diaktifkan, juga jajanan kuliner lain di sekolah.
Bagi SMP yang tetap memilih KBM secara daring atau luar jaringan (luring) didorong untuk menjalankan secara teratur, melibatkan semua siswa. Berbagai kekurangan terkait pembelajaran dalam jaringan dan luar jaringan agar segera diperbaiki bersama, seperti kesulitan ponsel pintar atau laptop, paket data, dan jaringan internet.
Kota Kupang memiliki 44 unit SMP dengan jumlah siswa sekitar 8.000 anak. SMP yang berada di pinggiran Kota Kupang perlu mendapat perhatian khusus karena sekolah ini sering mengalami gangguan jaringan internet. Mayoritas siswa juga berasal dari keluarga miskin yang tak memiliki ponsel pintar serta tidak bisa membeli paket data internet. Saat ini sekolah-sekolah di pinggiran Kota Kupang jarang memberlakukan KBM secara daring karena keterbatasan tersebut.
Baca juga : Kelulusan ditentukan Sekolah Mutu Pendidikan NTT Menurun
Ia mengajak semua pihak yang peduli terhadap pendidikan Kota Kupang memberi perhatian terhadap kondisi ini, seperti dilakukan Radio Antar Penduduk Indonesia atau Rapi 01 Kota Kupang. Rapi Kota Kupang saat ini sedang membantu siswa kelas VI SD Inpres Liliba untuk melakukan KBM jarak jauh dengan bantuan pesawat radio, handy talky (HT).
Ketua Rapi 01 Kota Kupang Simon Pelokila mengatakan, setelah Rapi 01 mengamati proses KBM siswa SD dan SMP secara daring di rumah-rumah, kondisinya sangat memprihatinkan. KBM tidak jalan optimal, bahkan setiap hari siswa SD dan SMP hanya bermain di rumah, padahal harus sekolah. Ini tidak hanya satu atau dua siswa, tetapi juga mayoritas siswa SD dan SMP. Alasan hampir sama, yakni tidak ada ponsel android, tidak ada pulsa data, tidak ada jaringan internet, dan orangtua tidak bisa mendampingi siswa.
Baca juga : Guru Butuh Solusi Konkret untuk Pembelajaran Jarak Jauh
”Jika kondisi ini terus berlanjut sampai dengan akhir Desember 2020, kualitas pendidikan anak-anak di kota ini seperti apa. Sementara Kota Kupang menjadi ukuran tingkat kecerdasan sumber daya generasi muda NTT ke depan,” kata Pelokila.
Karena itu, ia bersama rekan-rekan Rapi 01 Kota Kupang memutuskan membantu siswa kelas VI SD Inpres Liliba dengan lima stasiun pesawat di sekolah, yang digunakan oleh siswa kelas satu sampai dengan kelas enam. Satu dari lima stasiun ini dipakai guru kelas I dan II secara bergiliran.
Siswa berkumpul di lima titik dengan jumlah setiap kelompok enam sampai delapan orang. Mereka mengenakan masker dan tetap menjaga jarak. Satu titik kumpul diberikan satu pesawat radio HT. Guru mengajar dari sekolah, semua siswa mendengar melalui HT itu karena suara yang disampaikan guru dari sekolah melalui stasiun pesawat itu kedengaran sangat jelas.
Kepala SD Inpres Liliba, Yoseph Djogo Tukan, mengatakan, KBM melalui pesawat HT ini sangat membantu. Setiap kelompok siswa yang belajar di rumah mendapatkan kesempatan belajar 30 menit, termasuk tanya jawab antara siswa dan guru, setelah guru memberikan materi pelajaran dari sekolah.
”Proses KBM interaktif ini lebih efektif, hemat biaya, dan tidak membebani siswa dan guru di tengah pandemi Covid-19. Saya sebagai kepala sekolah pun bisa memantau proses KBM dengan pesawat HT saat sedang dinas di luar sekolah, apakah guru hadir di sekolah atau tidak. Jangkauan komunikasi melalui pesawat HT ini bisa sampai 120 kiometer,” tutur Tukan.
Pesawat HT yang dimiliki siswa di setiap kelompok merupakan bantuan dari Rapi untuk mendukung proses KBM selama pandemi Covid-19. Bagi siswa dari orangtua yang mampu, mereka bisa mengadakan HT sendiri setelah mendaftar sebagai anggota. Guru-guru sekolah pun dianjurkan menjadi anggota Rapi agar bisa miliki HT guna mengikuti KBM dari sekolah atau rumah tinggal.
Ia mengatakan, para siswa SD sudah paham memanfaatkan HT tersebut. Sebelum KBM berlangsung jarak jauh, mereka sudah diajari bagaimana memanfaatkan pesawat HT tersebut dari rumah. Penguasaan penggunaan HT jauh lebih cepat di kalangan siswa SD dibandingkan dengan menggunakan sistem belajar daring dengan menggunakan ponsel android.
Baca juga : Normal Baru di Kota Kupang, Warga Masih Mengabaikan Protokol Kesehatan
Hesty Perada (11), siswa kelas VI SD Inpres Liliba, mengatakan sangat terbantu dengan KBM jarak jauh melalui HT. Selama masa normal baru di NTT, 15 Juni 2020, ia belajar secara daring, tetapi tidak jalan karena keterbatasan ponsel android.
”KBM dengan pesawat HT ini sangat membantu. Meski hanya satu pesawat HT, kami semua di dalam kelompok itu bisa mendengar dengan jelas penjelasan dari bapak dan ibu guru. Kami juga bisa bertanya balik kalau materi itu belum kami pahami. Jika KBM seperti ini dijalankan sejak 15 Juni 2020, pasti kami tidak ketinggalan bahan pelajaran. Sistem ini baru digunakan pada hari Senin, 10 Agustus 2020,” kata Perada.