Uni Emirat Arab-Israel Membangun Koalisi Dirham-Shekel
›
Uni Emirat Arab-Israel...
Iklan
Uni Emirat Arab-Israel Membangun Koalisi Dirham-Shekel
Setelah menjalin hubungan rahasia hampir 20 tahun, UEA-Israel meresmikan relasi itu lewat hubungan diplomatik. Motif UEA berbeda dari Mesir-Jordania saat berhubungan dengan Israel.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·4 menit baca
Uni Emirat Arab mengikuti jejak dua negara Arab lain, yakni Mesir dan Jordania, menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Israel. Terjalinnya hubungan diplomatik UEA-Israel diumumkan Presiden AS Donald Trump di Washington DC, Kamis (13/8/2020). Seperti dirilis kantor berita UEA, WAM, Israel akan menghentikan rencana deklarasi kedaulatan atas tanah pendudukan di Tepi Barat.
UEA memilih meresmikan secara terang-terangan hubungannya dengan Israel karena Abu Dhabi semakin yakin membangun hubungan dengan Israel sudah menjadi keniscayaan di tengah perubahan di kawasan Timur Tengah ataupun internasional.
UEA sebenarnya sudah menjalin hubungan kuat secara rahasia dengan Israel sejak awal tahun 2000-an atau sudah hampir 20 tahun. Keterpautan masa yang sangat jauh membuat hubungan UEA-Israel berbeda dari segi motivasi dan substansi dengan hubungan Mesir-Israel dan Jordania-Israel.
Mesir dan Jordania terpaksa berdamai dengan Israel dengan motif mengembalikan wilayah yang diduduki Israel pada Perang Arab-Israel tahun 1967. Kedua negara itu memiliki perbatasan langsung dengan Israel, terlibat perang dengan Israel tahun 1948, 1967 dan 1973.
Mesir melalui kesepakatan damai dengan Israel di Camp David, AS, tahun 1979 berhasil mendapatkan kembali Semenanjung Gurun Sinai. Jordania pun melalui kesepakatan damai dengan Israel tahun 1994 juga berhasil memperoleh wilayah di lembah Araba dari Israel.
Namun, UEA berada jauh dari perbatasan Israel, terpisah oleh jarak sekitar 2.580 kilometer. UAE-Israel juga tak pernah terlibat perang langsung. Tentu bagi UEA, bukan lagi isu wilayah dan perbatasan, melainkan isu perubahan luar biasa yang diciptakan revolusi teknologi 4.0 hingga mendorong UEA mengulurkan tangan bergandengan tangan dengan Israel.
Visi Abu Dhabi 2030
UEA telah menangkap perubahan luar biasa itu dengan meletakkan megaproyek ”Visi Ekonomi Abu Dhabi 2030”. Visi besar ini untuk mengurangi ketergantungan Abu Dhabi terhadap minyak, serta membangun ekonomi yang berbasis teknologi dan pasar uang.
Di antara program dalam Visi Abu Dhabi 2030 itu adalah membangun ekosistem bisnis yang terbuka, efisien, efektif, dan terintegrasi secara global. Selain itu, juga mengembangkan infrastruktur yang cukup kuat dan fleksibel yang mampu mendukung dan menciptakan pertumbuhan ekonomi, serta menjadikan pasar uang sebagai kunci bagi para pemodal dalam mengembangkan proyek ekonominya.
Putra Mahkota Abu Dhabi Pangeran Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan--populer dengan sapaan inisial namanya, MBZ—-mengambil keputusan berdamai dengan Israel. Ia berpandangan bahwa UEA harus melakukan integrasi dengan dunia global, termasuk Israel, dalam upaya mewujudkan visi Abu Dhabi 2030.
MBZ dikenal sebagai sosok yang ambisius dan berani mengambil kebijakan yang keluar dari kelaziman (of the box). Iamemandang harus melalui jalur Tel Aviv untuk bisa memaksimalkan Visi Abu Dhabi 2030. MBZ tentu sudah mempunyai kalkulasi yang matang untuk berdamai dengan Israel itu.
Peran pengusaha Yahudi
Beberapa media lokal di Timur Tengah melansir, pengusaha Yahudi di AS, Haim Saban, berperan besar meyakinkan MBZ untuk berdamai dengan Israel. Saban adalah pengusaha berdarah Yahudi di sektor media, properti, industri film, dan pasar uang yang—menurut majalah Forbes—memiliki kekayaan 2,8 miliar dollar AS.
Keterlibatan Saban dalam proses kesepakatan damai UEA-Israel itu semakin menunjukkan bahwa kalkulasi motif teknologi dan ekonomi memegang peran sentral yang mengantarkan terjalinnya hubungan diplomatik resmi UEA-Israel Media menyebut terjalinnya hubungan diplomatik UEA-Israel semacam koalisi dirham-shekel. Dirham adalah mata uang lokal UEA, sedangkan shekel adalah mata uang lokal Israel.
Kebetulan pula UEA-Israel memiliki banyak titik temu dalam isu persaingan geopolitik di Timur Tengah. UEA-Israel sama-sama anti-Iran dan memiliki hubungan buruk dengan Turki. Dalam konteks tersebut, UEA telah mengumumkan memilih menjalin kerja sama dengan Israel dalam melakukan riset untuk mengembangkan vaksin Covid-19.
Kantor berita UEA, WAM, pada 26 Juni lalu melansir bahwa dua perusahaan swasta UEA telah bekerja sama dengan dua perusahaan Israel di sektor medis, termasuk riset untuk mengembangkan vaksin Covid-19.
Kerja sama ekonomi UEA- Israel itu secara rahasia telah terjalin sejak 2004 ketika Israel membantu Dubai menjadi anggota bursa berlian internasional. Israel kemudian berperan atas berdirinya toko berlian kelas atas, Levant, milik pengusaha berdarah Palestina-Maroko yang telah memiliki 11 cabang di UEA. Dari toko berlian itu, hubungan Israel-UEA berkembang ke berbagai sektor hingga masuk ke kerja sama teknologi dan keamanan.
Harian Israel, Haaretz pada 20 Agustus 2019 melansir bahwa Israel dan UEA telah mencapai megatransaksi di sektor kerja sama intelijen senilai 3 miliar dollar AS yang dicapai sejak satu dekade lalu.
Dengan terjalinnya hubungan diplomatik UEA-Israel saat ini, maka dapat dimulai pula hubungan lebih transparan kedua negara tersebut. Selain itu, hubungan resmi Israel-UEA tersebut diharapkan bisa meningkatkan peran UEA dalam mewujudkan perdamaian Israel-Palestina. Apalagi, MBZ mengungkapkan bahwa dibukanya hubungan resmi Israel-UEA berandil pada dibekukannya keputusan Israel menganeksasi wilayah di Tepi Barat.