Kasus Covid Tembus 600, Enam Atraksi Wisata Banyuwangi Ditutup
›
Kasus Covid Tembus 600, Enam...
Iklan
Kasus Covid Tembus 600, Enam Atraksi Wisata Banyuwangi Ditutup
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menutup enam atraksi wisata setelah melonjaknya kasus Covid-19 di Kabupaten Banyuwangi. Sementara Ponpes Darussalam akan dikarantina lokal guna memutus rantai penularan Covid-19 di sana.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengambil langkah tegas untuk menutup enam atraksi wisata setelah melonjaknya kasus Covid-19 di Kabupaten Banyuwangi. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Banyuwangi dan Pondok Pesantren Darussalam Blokagung juga tengah menyiapkan karantina lokal guna memutus rantai penyebaran Covid-19 yang kian tak terkendali.
Hingga Sabtu (29/8/2020) jumlah kasus konfirmasi Covid-19 di Banyuwangi mencapai 687 kasus. Jumlah tersebut bertambah 346 kasus dalam satu hari. Adapun kluster pondok pesantren menyumbang 539 kasus positif Covid-19.
Ditemui di Banyuwangi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuarto Bramuda mengatakan, guna mencegah penularan, pihaknya menutup enam destinasi atraksi wisata. ”Ada enam destinasi atraksi wisata yang kami tutup sementara. Semuanya merupakan destinasi pasar tematik tradisional yang ada di sejumlah desa di Banyuwangi,” ujarnya.
Keenam destinasi atraksi wisata tersebut ialah Pasar Rujak dan Jajanan di Desa Paspan, Arabian Street Food di Kelurahan Lateng, Kuliner Bengi lan Lunggu Ngopi di Desa Olehsari, Pasar Kampung Osing di Desa Kemiren, Wisata Belanja Syariah di Kelurahan Taman Baru, dan Dodolan Bengi Nong Kampungan di Desa Glagah.
Ada enam destinasi atraksi wisata yang kami tutup sementara. Semuanya merupakan destinasi pasar tematik tradisional yang ada di sejumlah desa di Banyuwangi.
Bramuda mengatakan, penutupan destinasi wisata atraksi tersebut dilakukan secara parsial. Pasalnya, di lokasi tersebut teridentifikasi ada potensi penularan.
”Destinasi wisata atraksi tersebut kami tutup karena di lokasi tersebut teridentifikasi ada santri dari kluster pondok pesantren yang pulang dan tinggal di sana. Penutupan dilakukan sembari menunggu tracing yang dilakukan dinas kesehatan rampung,” katanya.
Secara terpisah, Juru Bicara Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Nihayatul Wafiroh mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Banyuwangi dan Kementerian Kesehatan. Sejumlah langkah telah disepakati guna memutus rantai penularan Covid-19 di lingkungan Pondok Pesantren Darussalam.
Karantina lokal
”Salah satu yang akan dilakukan ialah karantina lokal. Nantinya akan ada dapur umum sehingga semua kebutuhan santri akan dipasok dari sana. Langkah ini kami rasa tepat sehingga tidak ada lagi santri maupun orang luar yang keluar masuk (lingkungan pondok pesantren),” ujarnya.
Nihayatul juga mengungkapkan akan ada penambahan ruang isolasi. Alasannya, saat ini ruang isolasi yang ada kapasitasnya tidak sebanyak santri yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Pondok Pesantren Darussalam semula menyiapkan bangunan empat lantai, dengan jumlah kamar 13 unit di setiap lantai. Tiap kamar tersedia 2 hingga 3 tempat tidur. Artinya, kapasitas maksimal cukup untuk 156 orang. Padahal, saat ini jumlah santri yang terkonfirmasi Covid-19 sudah mencapai 539 orang.
”Kami akan menambah ruang isolasi. Ruang-ruang kelas nantinya akan dijadikan ruang isolasi. Pihak TNI berencana menyediakan kasur untuk ruang isolasi tersebut,” tutur Nihayatul.
Komprehensif
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Widji Lestariono mengatakan, pihaknya telah memulai langkah penanganan komprehensif sesuai yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan. Dikatakan, Dinas Kesehatan bersama TNI/Polri dan Kantor Karantina Pelabuhan telah berkoordinasi untuk melakukan karantina lokal.
Beberapa langkah yang dilakukan, antara lain, memetakan kawasan pondok, membuat alur keluar masuk santri, dan melakukan pengecekan sarana serta prasarana apa yang dibutuhkan oleh pondok. Pemetaan menjadi salah satu langkah awal penting karena dilakukan untuk menentukan area-area dalam pondok yang digunakan untuk penanganan para santri.
Menurut Widji, ke depan semua orang tidak boleh seenaknya keluar masuk pondok karena akan dilakukan screening yang sangat ketat. Arus keluar dan masuk akan dibedakan. Makanan yang akan dikonsumsi para santri juga akan disupervisi oleh petugas khusus untuk meningkatkan daya tahan tubuh. ”Semua memang harus dilakukan dengan ketat dan disiplin karena ini bagian dari ikhtiar untuk memutus mata rantai penyebaran di sana,” ujarnya.
Kawasan pondok, lanjut Widji, juga akan dilengkapi sarana dan prasarana serta peralatan penunjang selama penanganan. Beberapa di antaranya pembukaan dapur umum selama masa karantina oleh Dinas Sosial dan BPBD Banyuwangi serta penambahan petugas kesehatan khusus yang akan berdinas di sana selama masa karantina.
”Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Pekerjaan Umum Pengairan juga akan diturunkan. Selain menambah puluhan toilet portabel di sana, kami juga akan memperbaiki sanitasi dan aliran air yang akan disupervisi oleh tim gabungan dari Kementerian Kesehatan,” tutur Widji.