“Enlightenment Now” dan Optimisme Makin Membaiknya Kondisi Dunia
Capaian kemajuan dunia pada abad ke-21 membuat Steven Pinker menyebut abad ini sebagai era pencerahan. Optimisme makin membaiknya dunia tersebut ditopang dari pencerahan nalar, sains, humanisme, dan kemajuan.
Pembangunan peradaban global yang ditunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat dunia makin membaik. Indikator-indikator kualitas pembangunan manusia seperti usia harapan hidup, ketimpangan sosial, dan kualitas pengetahuan semakin menunjukkan perbaikan selama 450 tahun terakhir. Dunia juga makin nyaman dihuni karena jauh dari peperangan.
Jika era sebelumnya masyarakat dunia lebih banyak mengalami peperangan dan konflik yang mematikan, pada abad ke-21 perang yang melibatkan kekuatan besar menjadi lebih jarang terjadi. Energi konflik warga dunia dapat dialihkan warga dunia untuk mengembangkan sumber daya alam dan pengetahuan untuk kemajuan kualitas hidup.
Walau masih terjadi di beberapa wilayah, konflik bersenjata dan perang besar yang makin minim membuat dunia kian damai. Usia harapan hidup yang sebelumnya hanya 29 tahun pada abad ke-18, kini dapat mencapai 70 tahun.
Bumi yang makin tenang dari konflik membuat peradaban dunia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Penemuan mesin dan teknologi kian banyak membantu hidup manusia menjadi lebih mudah sehingga mampu meningkatkan kemakmuran. Dari sisi kesejahteraan warga, ketimpangan menurun tajam dan kemiskinan ekstrem anjlok dari sekitar 90 persen pada 1820 menjadi 9 persen pada 2015.
Kemajuan teknologi tersebut didukung seiring makin tingginya tingkat intelektualitas manusia. Tingkat pendidikan manusia makin tinggi dan terjamin. Tingkat literasi terus meningkat seiring makin tingginya tingkat intelektualitas individu (skor IQ). Berkembangnya kualitas pendidikan manusia mendorong pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perjalanan umat manusia dengan segala kemajuannya pada abad ini disebut Steven Pinker, profesor psikologi di Universitas Harvard, Amerika Serikat, sebagai abad pencerahan. Era pencerahan tersebut ditandai dengan pesatnya kemajuan teknologi dan persebaran informasi.
Berbagai pencapaian ini bermula dari kemauan untuk mengerti dan memahami. Implikasi dari kemauan tersebut adalah munculnya pencerahan bagi seorang individu, yang kemudian berkembang menjadi runtutan pola pikir sistematis, dan berbuah penemuan besar.
Buku Enlightenment Now menggambarkan sebuah keyakinan bahwa nalar, sains, humanisme, serta kemajuan mampu membawa manusia pada perkembangan yang sangat pesat. Bukan tanpa dasar sebab semua fakta di dalamnya didasarkan data yang meyakinkan bahwa keadaan dunia saat ini lebih baik dibandingkan satu atau dua abad lalu.
Sudut pandang optimistik menjadi kekuatan yang ditekankan buku ini. Optimisme ini menjadi gambaran tekad menyajikan kembali cita-cita besar umat manusia dalam membangun peradaban, yang diimbangi sikap mengalihkan pandangan pesimistis dan ramalan tentang kehancuran dunia.
Sebuah pencerahan
Ada tiga tema besar yang diulas dalam buku ini, yaitu dialektika pandangan pencerahan dan anti-pencerahan, dimensi kemajuan manusia, serta dimensi nalar, sains, serta humanisme itu sendiri.
Ulasannya dilengkapi dengan beragam data berbasis sains, termasuk bagaimana membangun pola pikir optimistik yang menghasilkan sebuah pencerahan.
Pola pikir tersebut berpijak dari pemikiran filsuf Immanuel Kant tentang pencerahan dan relasinya dengan keberanian. Lebih lanjut ditegaskan, tuntutan dari keberanian tersebut adalah kebebasan berpikir dan berbicara.
Dalam perkembangannya, pencerahan menarasikan empat hal yang saling terkait dan menajamkan definisinya, yaitu nalar, sains, humanisme, dan kemajuan. Keempatnya mampu menggambarkan perkembangan manusia secara multidimensi.
Sebuah pencerahan diyakini selalu mendatangkan rasa optimis dalam diri manusia. Saat seseorang yakin terhadap sesuatu, ia mampu menyusun rangkaian tahapan rumit dan terukur untuk mencapai tujuannya.
Pencerahan juga dibangun dari pola pikir optimistik. Perspektif optimistik merupakan pandangan yang menjelaskan bahwa semua kegagalan dan kejahatan muncul disebabkan kurangnya pengetahuan. Kegagalan dan kejahatan menggambarkan masalah besar, di mana setiap masalah tidak dapat dihindari sebab pengetahuan kita memang selalui jauh dari sempurna.
Namun, tidak semua orang memiliki gagasan yang sama dengan konsep pencerahan dan optimistik. Pinker memahami ada pandangan lain terutama dari golongan otoriter dan kritikus ahli yang berpijak pada nostalgia masa lalu yang indah daripada berharap untuk masa depan yang lebih baik.
Selain dari golongan-golongan tersebut, terdapat juga kelompok yang terikat kuat melalui kepercayaan, etnis, ras, dan kebangsaan, yang turut menjadi sorotan penulis. Namun untuk golongan ini, sorotan yang ditujukan bukan karena perbedaaan latar belakangnya, tetapi terkait fase penerimaan dan penetrasi ilmu pengetahuan dan teknologi baru.
Beragam argumentasi hingga perlawanan diberikan terhadap sikap optimisme dan munculnya pencerahan. Namun, karena disadari menjadi bagian dari perkembangan peradaban, tantangan tersebut harus dihadapi sebagai bagian dialektika. Pinker sekaligus menekankan bahwa optimis juga berarti selalu terbuka serta bertumpu pada tradisi kritik.
Keterbukaan dan tradisi kritik ini dalam banyak kesempatan justru membantu munculnya inovasi-inovasi baru yang makin mendorong kemajuan dunia. Kritik ini sekaligus juga menjadi media pengingat bahwa kemajuan akibat pencerahan harus digunakan untuk memperbaiki kualitas kehidupan makhluk hidup, bukan malah menghancurkannya. Misalnya eksporasi berlebihan pada sumber-sumber daya alam dan hutan yang justru mengancam ekosistem kehidupan.
Kemajuan manusia
Aktualisasi sebuah pencerahan dapat terlihat dari seberapa signifikan kemajuan yang tercapai. Namun, ukuran kemajuan tidak hanya sebatas pada perbaikan indikator-indikator kualitas hidup manusia. Gagasan pencerahan yang diangkat Pinker mencoba menjawab tahapan yang lebih dalam, yaitu sejauh mana berdampak pada kualitas hidup manusia.
Karena itu, buku ini juga memberikan gambaran tentang apa makna dari kata kemajuan dengan melihat dari aspek perbandingan dan pilihan. Ukuran-ukuran yang diperbandingkan dapat memperlihatkan kecenderungan tujuan yang hendak dicapai.
Secara umum orang setuju bahwa lebih baik hidup daripada mati, kesehatan lebih baik dari penyakit, rezeki jauh lebih didambakan daripada kelaparan, serta kelimpahan lebih baik dari kemiskinan.
Refleksi perbandingan dan pilihan yang sama juga diajukan pada situasi lain, seperti orang akan lebih memilih kedamaian daripada peperangan, keamanan daripada bahaya, atau kebebasan daripada sebuah tirani. Dari sisi pengetahuan, pilihan kecerdasan akan lebih baik daripada kebodohan. Semua indikator tersebut dapat diukur, dan apabila meningkat seiring waktu, maka hal itu dapat disebut sebagai kemajuan.
Memang tidak semua orang akan setuju dengan perbandingan dan pilihan yang diajukan. Namun, Pinker juga meyakinkan seluruh perbandingan tersebut memiliki implikasi terhadap hal lain yang dapat dilakukan. Dengan perbaikan kesejahteraan warga dunia, misalnya, dapat membuka kesempatan lebih luas bagi masyarakat untuk berbagi dan menolong sesamanya yang masih membutuhkan.
Lepas dari kontroversi tersebut, sebenarnya dunia juga telah mengadopsi nilai-nilai dalam definisi kemajuan tersebut. Buktinya, seluruh anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui 17 poin pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang memuat nilai antikemiskinan, kelaparan, serta kedamaian dan keadilan.
Memperkuat tesis kemajuan, Steven Pinker memberikan bukti yang relevan menggunakan data berbasis sains. Total ada 15 dimensi kemajuan peradaban manusia yang secara keseluruhan menunjukkan perubahan signifikan positif.
Dimensi tersebut memuat kehidupan manusia, kesehatan, keberlanjutan hidup, kesejahteraan, ketimpangan, lingkungan hidup, kedamaian, keamanan, terorisme, demokrasi, kesetaraan hak, dan pengetahuan.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Steven Pinker, seluruh dimensi tersebut memperlihatkan adanya peningkatan, tidak hanya di negara-negara bagian barat, tetapi ke seluruh dunia. Kemajuan tersebut tidak lepas dari pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Perkembangan teknologi di bidang kesehatan memungkinkan hadirnya peralatan kesehatan canggih, fasilitas kesehatan yang makin berkualitas, keberadaan dokter dan tenaga medis yang makin banyak, hingga ketersediaan obat dan imunisasi yang kian terjangkau.
Hasilnya? Selain angka harapan hidup manusia yang makin meningkat, kematian bayi dan ibu melahirkan juga terkendali. Dari sisi penyakit, penanganan wabah penyakit makin membaik sehingga kematian karena infeksi ikut turun.
Demikian pula dengan aspek kesejahteraan manusia. Kemajuan teknologi membuat tiap orang memiliki banyak pilihan pekerjaan dengan ragam pendapatan yang sesuai. Pemenuhan kebutuhan kalori harian juga membaik. Angka kemiskinan ekstrem juga turun menjadi sekitar 9 persen pada 2015, padahal pada 1820 mencapai 90 persen.
Dari sisi keamanan, selama 450 tahun terakhir peperangan yang melibatkan kekuatan besar turun drastis. Kemajuan teknologi informasi juga membuat dunia mudah terhubung untuk menyelesaikan masalah-masalah pelik. Para pemimpin dunia dapat menyepakati lebih banyak perjanjian damai dan kerjasama global untuk saling membantu menjaga kedamaian.
Nalar, sains, dan humanisme
Dari argumentasi yang diperlihatkan penulis, pencerahan membawa banyak kemajuan pada peradaban masyarakat. Namun perubahan ini tidak mudah dilakukan. Pinker mengingatkan munculnya kemauan untuk menjadi ’cerah” tidak dapat berdiri sendiri.
Ada tiga hal utama yang mendukung kemauan tersebut, yaitu nalar, sains, dan humanisme. Ketiga faktor tersebut bersama ukuran-ukuran kemajuan menjadi dasar pemikiran dan pemilihan tindakan untuk mencapai tahapan pencerahan.
Pencerahan menarasikan empat hal yang saling terkait dan menajamkan definisinya, yaitu nalar, sains, humanisme, dan kemajuan.
Nalar yang dimiliki manusia mendorongnya ke pola pikir rasional. Layaknya hukum fisika, hasil akhir dari pencerahan ditentukan oleh hukum sebab-akibat atau aksi-reaksi. Penyimpangan nalar akan merusak sentralitas akal manusia itu sendiri.
Bahasan tentang rasionalitas tidak akan pernah usai. Akan tetapi, apabila umat manusia diperhadapkan dengan satu pertanyaan untuk menyebutkan pencapaian paling membanggakan dari eksistensi manusia, jawabannya adalah sains.
Sains mampu menjelaskan siapa kita, darimana kita berasal, apa tantangan kita, dan bagaimana kita bisa menghadapi semua tantangan. Meskipun di sisi lain, ketidaktahuan masih sangat luas, tetapi sains akan terus berkembang tiap hari.
Dalam hubungannya dengan sikap optimis, sains memberikan kemajuan dalam kehidupan manusia, seperti kesehatan, pengetahuan, keamanan, kesejahteraan, kesetaraan hak, serta cara pengelolaan lingkungan dan kebebasan.
Sains masih belum cukup untuk membawa kemajuan sebab ada banyak celah penyalahgunaan sains di dunia, seperti senjata biologis. Oleh sebab itu, tiap individu harus kembali ke tujuan awal, yaitu memaksimalkan perkembangan manusia melalui pendekatan humanisme.
Humanisme mampu mendefinisikan apa yang harus kita lakukan menggunakan pengetahuan kita. Artinya, dalam usaha memperbaiki kondisi, humanisme menempatkan kepentingan umat manusia sebagai prioritas.
Baca juga: ”The Great Influenza” dan Menguak Wajah Asli Penyebab Wabah
Ketidakpastian situasi pasti akan menyerang manusia, siapa atau dimana pun ia tinggal. Pemikiran tentang buruknya kondisi saat ini pun tidak akan selesai apabila tidak melakukan terobosan penting. Saat inilah kemampuan sebagai seorang yang optimis sangat menentukan.
Steven Pinker berpegang teguh terhadap seluruhnya tesisnya di dalam buku Enlightenment Now. Sebuah pencerahan tidak akan berbicara selain tentang nalar, sains, humanisme, dan kemajuan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Hidup Sehat Pascapandemi