Akhir Antiklimaks Saga Tiktok
Satu bab besar pergulatan antara Pemerintah Amerika Serikat, Bytedance, dan Pemerintah China terhadap media sosial Tiktok akhirnya usai pada awal pekan ini. Oracle mengumumkan telah berhasil mencapai kesepakatan.
Satu bab besar pergulatan antara Pemerintah Amerika Serikat, perusahaan teknologi Bytedance, dan Pemerintah China terhadap media sosial Tiktok akhirnya usai pada awal pekan ini.
Oracle, perusahaan perangkat lunak enterprise—yang memiliki sedikit pengalaman di bidang media sosial—mengumumkan telah berhasil mencapai kesepakatan dengan Bytedance pada Senin (14/9/2020) malam.
Namun, akhir dari perselisihan ini justru antiklimaks. Kesepakatan Oracle dan Bytedance malah menelantarkan isu yang selalu didengungkan sedari awal, privasi dan kedaulatan data masyarakat.
Baca juga : Di Balik Rencana Larangan Tiktok di Amerika Serikat
Bagi pemerintahan Presiden Donald Trump, konfrontasinya terhadap Tiktok tampaknya hanyalah upaya untuk terlihat ”tangguh” di hadapan China jelang pemilu yang akan dihadapinya pada November.
Berdampak minimal
Rumor Oracle berhasil mencapai kesepakatan ini muncul setelah Microsoft pada Minggu (13/9/2020) mengumumkan bahwa penjajakan pembelian operasi Tiktok di AS, Selandia Baru, Australia, dan Kanada ditolak Bytedance. Perusahaan China tersebut menyatakan tidak akan menjual operasi Tiktok di AS kepada raksasa teknologi AS tersebut.
”Padahal, kami yakin bahwa proposal yang kami ajukan akan berdampak baik bagi pengguna Tiktok sekaligus melindungi keamanan nasional. Sejak awal rencana, kami akan mengubah Tiktok secara signifikan untuk memenuhi standar keamanan dan privasi sekaligus melawan disinformasi,” kata Microsoft dalam keterangan resminya.
Padahal, rencana Microsoft dapat berdampak besar pada Tiktok dan lanskap media sosial secara umum. Microsoft sempat dikabarkan berniat membeli Tiktok global seluruhnya dari Bytedance.
Keesokan harinya, Senin, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengonfirmasi bahwa pihaknya sudah menerima proposal terhadap Tiktok AS dari Oracle, menandakan Bytedance telah setuju dengan proposal Oracle. Kini tinggal menunggu proses review dari Komite Penanaman Modal Asing (CFIUS) dan Presiden untuk menyetujui rencana Oracle tersebut.
Beberapa jam kemudian, Oracle pun mengonfirmasi pernyataan Mnuchin. Namun, ada yang menarik dari keterangan Oracle. Oracle tidak mengakui telah mengakuisisi operasi Tiktok di AS. Oracle hanya akan menjadi sekadar technology provider atau penyedia teknologi.
”Oracle akan menjadi penyedia teknologi bagi Tiktok. Oracle memiliki pengalaman 40 tahun menyediakan solusi teknologi yang aman dan handal,” bunyi keterangan Oracle.
Wall Street Journal melaporkan, kesepakatan yang diraih Oracle dengan Bytedance lebih tepat disebut sebagai partnership, bukan akuisisi. Artinya, tidak ada perpindahan aset penting seperti algoritma dan source code Tiktok.
Baca juga : Komoditas Politik Itu Bernama Tiktok
Pakar keamanan siber yang juga mantan Chief Security Officer Facebook Alex Stamos menilai, kesepakatan Oracle-Bytedance tidak akan menyelesaikan persoalan isu privasi dan sensor yang lekat dengan Tiktok jika Oracle sekadar menjadi penyedia infrastruktur Tiktok di AS dan tidak menguasai kode pemrograman dan algoritma Tiktok.
Tanpa hubungan langsung dengan source code dan operasional sehari-hari, Oracle tidak akan menangani dugaan Tiktok yang menyensor kritik terhadap Pemerintah China.
”Sebuah kesepakatan di mana Oracle mengambil alih hosting tanpa source code dan operasional tidak akan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi Tiktok,” kata Stamos melalui akun Twitter-nya.
Baca juga : Bytedance Diduga Menyensor Pemberitaan Anti-Pemerintah China di Tiktok
Kesepakatan ini pun bahkan mendapat reaksi negatif dari kubu Republikan. Senator Josh Hawley meminta Kementerian Keuangan menolak rencana Oracle-Bytedance. Menurut dia, kesepakatan yang membuat Oracle sekadar penyedia teknologi tidak memadai untuk memastikan keamanan nasional. Ia meminta Pemerintah AS untuk menolak rencana Oracle tersebut.
”Bytedance masih ada waktu untuk mencari perusahaan yang dapat membeli penuh Tiktok, termasuk source code dan algoritmanya, sehingga aplikasi itu bisa dibangun dari awal bebas dari pengaruh Partai Komunis China,” kata Hawley.
Pada 28 Agustus lalu, Pemerintah China mencantumkan algoritma media sosial sebagai komoditas yang dilarang untuk diekspor ke luar China. Artinya, misalnya Tiktok dibeli perusahaan asing, algoritma yang dianggap sebagai barang paling berharga tersebut tidak bisa dimiliki oleh perusahaan pembeli Tiktok.
Larangan ekspor inilah yang menutup jalan bagi perusahaan AS untuk bisa mendapatkan Tiktok beserta algoritmanya.
Bola kini ada di tangan pemerintah AS. Jika merestui kolaborasi Oracle-Bytedance, artinya tidak konsisten dengan sikap yang ditunjukkan dari awal: Tiktok dijual atau dilarang di AS.
Namun, pelarangan Tiktok di AS dapat berdampak pada raihan suara Trump pada Pemilu AS November kelak. Forbes melaporkan bahwa sebuah survei menunjukkan 33 persen masyarakat AS menolak pelarangan Tiktok. Bahkan pada kelompok usia 18-29, 52 persen menolak. Padahal, pemilih usia muda diperkirakan akan menentukan hasil pemilu.
”(Trump) ingin terlihat tegas terhadap China, jadi tentu ia tidak mau menelan ludah sendiri jika tidak jadi melarang Tiktok. Di sisi lain, Presiden China Xi Jinping pun tidak mau didikte oleh Washington,” kata Paul Triolo, analis geopolitik Eurasia Group kepada Politico.
Di sisi lain, besar dugaan Pemerintah AS akan merestui langkah Oracle. Sebab, salah satu pendiri Oracle, Larry Ellison, adalah pendukung Trump.
Pada akhir Februari 2020, Ellison, yang merupakan orang terkaya kedelapan dunia (73 miliar dollar AS), menggelar malam penggalangan dana untuk Trump di rumah pribadinya di California. CEO Oracle Safra Catz bahkan adalah anggota tim transisi, saat Trump terpilih jadi presiden.
Baca juga : Presiden Trump Dukung Langkah Oracle Membeli Tiktok
Pertengahan Agustus lalu, usai Oracle mengumumkan ketertarikannya untuk membeli Tiktok, Trump bahkan memberikan dukungannnya terang-terangan.
”Oracle adalah perusahaan yang bagus dan pemiliknya adalah orang yang hebat. Saya rasa Oracle adalah perusahaan yang cocok (membeli Tiktok),” kata Trump di sela-sela kampanyenya di Yuma, Arizona.
Tiktok sendiri sudah menyampaikan sejak lama bahwa selama ini, pihak mereka tidak pernah diminta oleh Pemerintah China untuk membuka data yang mereka olah. Tiktok juga memastikan bahwa pihaknya tidak akan bersedia untuk membuka data apabila kelak diminta Pemerintah China.
”Rumor bahwa kami di bawah pengaruh Pemerintah China itu benar-benar salah. Kami tidak akan bersedia terhadap permintaan data dari pemerintah China,” kata Head of Public Policy, Theo Bertram kepada BBC.
Sama saja
Tuduhan Pemerintah AS terhadap Tiktok juga semakin kehilangan alasan. Pada Agustus 2020, Badan Pusat Intelijen AS (CIA) memberikan laporan bahwa hasil investigasinya tidak menemukan bahwa Pemerintah China pernah mengambil data pengguna Tiktok.
CIA berpendapat, pemerintah China memiliki kemampuan untuk mengambil data dari Tiktok, tetapi sejauh ini, tidak ada tanda-tanda bahwa hal tersebut pernah dilakukan.
Baca juga : Serangan Balik Tiktok
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh peneliti keamanan siber independen. Kepada New York Times, Direktur firma keamanan siber Lookout, Christoph Hebeisen telah membongkar aplikasi Tiktok dan menemukan bahwa pemerintah China tidak memiliki akses terhadap pengguna Tiktok asal AS.
Pakar keamanan siber lain, Kristina Podnar, mengatakan kepada laman Bustle, data yang dikumpulkan oleh Tiktok, tidak jauh berbeda dengan apa yang direkam oleh Facebook maupun Twitter.
“Mau itu Tiktok, Facebook, Twitter, Wechat, atau platform lainnya, begitu data pribadi kita kirimkan ya sudah di luar kuasa kita,” kata Podnar.