Harga Produk Pertanian Anjlok, Donasi Jadi Bentuk Sindiran bagi Pemerintah
›
Harga Produk Pertanian Anjlok,...
Iklan
Harga Produk Pertanian Anjlok, Donasi Jadi Bentuk Sindiran bagi Pemerintah
Universitas Muhammadiyah Magelang berupaya terus rutin menyerap hasil panen petani. Upaya ini salah satunya dilakukan untuk membantu petani di tengah anjloknya harga panen komoditas pertanian.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Harga panen sejumlah komoditas pertanian di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, anjlok. Petani enggan memanen dan pilih menyumbangkannya kepada warga sebagai bentuk sindiran bagi pemerintah. Meski mulai ada perhatian dari swasta, petani tetap menanti atensi pemerintah untuk membantu situasi ini.
Dari pantauan, dua komoditas pertanian yang harganya paling anjlok adalah kubis dan tomat. Harga tomat yang pada kondisi biasa mencapai Rp 7.000 per kilogram kini sekitar Rp 300 per kg. Adapun harga kubis bahkan sempat hanya Rp 200 per kg. Padahal, petani baru bisa mendapatkan keuntungan saat harga kubis minimal mencapai Rp 1.000 per kg.
”Dengan kondisi harga sayuran di pasaran yang sangat rendah dan tidak prospektif, banyak petani enggan memanen dan menjual ke pasar. Mereka meminta kami membagi-bagikan sayuran tersebut secara gratis supaya sayuran tersebut lebih bermanfaat bagi orang lain,” ujar salah seorang anggota tim SAR Grabag, Kabupaten Magelang, Haryo Sadewo, Jumat (18/9/2020).
Sebagian petani yang merasa putus asa karena hasil panen dihargai sangat rendah memutuskan memberikannya secara gratis kepada pihak lain, yang kemudian membantunya mendistribusikan panen tersebut kepada masyarakat luas.
Aksi donasi sayuran tersebut sudah dilakukan tim SAR Kecamatan Grabag sejak 20 hari lalu di lebih dari 50 lokasi. Dengan volume sayuran yang didonasikan setiap kali kegiatan berkisar 2-3 ton sayuran. Pengambilan hasil panen sayuran sudah dilakukan di lebih dari delapan lokasi di Kabupaten Magelang.
Hal serupa dilakukan Forum Merapi Merbabu Hijau. Sejak awal September lalu, organisasi ini telah melakukan tiga kali donasi sayuran, dengan volume sayuran yang dibagikan secara gratis mencapai sekitar 1,5 ton. Donasi tersebut dilakukan ke sejumlah pondok pesantren serta dibagikan di tepi jalan, di sejumlah ruas jalan di Kabupaten Magelang hingga Kabupaten Semarang.
Donasi sayuran ini sekaligus sebagai bentuk aksi protes kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib petani saat kondisi harga sayuran terpuruk seperti sekarang ini.
Sulistyowadi, salah seorang anggota Forum Merapi Merbabu Hijau, mengatakan, upaya donasi sayuran ini sekaligus sebagai bentuk aksi protes kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib petani saat kondisi harga sayuran terpuruk seperti sekarang ini.
”Saat harga sayuran melejit, pemerintah langsung melakukan operasi pasar. Namun, kenapa ketika harga sayur anjlok, pemerintah seolah bersikap seperti tidak terjadi apa-apa?” ujarnya.
Sebagai upaya membantu petani, Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) berupaya menyerap dan membeli sebagian produk pertanian. Dimulai pada Jumat (18/9/2020), program penyerapan produk pertanian ini akan terus dilaksanakan sebagai program rutin bulanan.
Ketua Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Unimma Retno Rusdjijati mengatakan, dalam kegiatan penyerapan ini, pihaknya memastikan tidak akan menekan harga pembelian. MTCC adalah salah satu lembaga dari Unimma yang menjadi penyelenggara program pembelian produk pertanian dari petani.
”Kami tidak menetapkan harga tertentu. Agar bisa membantu petani, sebisa mungkin kami pun berupaya mengikuti harga sesuai permintaan mereka,” ujarnya.
Upaya ini, menurut dia, sengaja dilakukan untuk membantu petani yang saat ini nasibnya makin terpuruk karena terkendala pemasaran. Banyak hasil pertanian dihargai sangat murah dan bahkan sebagian hasil panen tidak terjual.
”Saat kami mulai mengunggah rencana tentang program ini di aplikasi percakapan telepon seluler, kami langsung mendapatkan banyak permintaan, penawaran dari petani, yang ingin agar hasil panennya dibeli,” ujarnya.
Dalam kegiatan pertama ini, MTCC membeli sekitar 2 kuintal sayuran, terdiri dari kubis, labu siam, wortel, terong, seledri, tomat, dan cabai. Hasil pertanian tersebut dibeli dari para petani di Kecamatan Grabag, Windusari, dan Sawangan. Sebanyak 2 kuintal sayuran tersebut dibeli dengan harga sekitar Rp 5 juta.
Sebanyak 2 kuintal sayuran tersebut dikemas dalam plastik menjadi 300 paket. Satu paket atau plastik tersebut berisi sekitar 5 kg sayuran. Pada program selanjutnya, pembelian akan dilanjutkan ke petani di kecamatan lain.
Hasil panen yang dibeli dari petani juga akan bervariasi tergantung dari ketersediaan komoditas. ”Jika hari ini kami membeli dan menawarkan sayuran, pada kesempatan lain kami mungkin bisa membeli dan menawarkan bawang putih atau ubi,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, pihaknya memerintahkan aparatur sipil negara (ASN) memborong hasil sayur petani dengan harga pantas. ”Saya minta ada gerakan dan langsung ditindaklanjuti teman-teman ASN dengan memborong hasil pertanian,” katanya.
Para ASN membeli hasil petani dengan harga pantas, cabai rawit merah misalnya seharga Rp 10.000 per kg, cabai rawit keriting Rp 10.000 per kg, tomat Rp 5.000 per kg, serta kubis dan labu siam masing-masing Rp 5.000 per kg. Aneka sayuran itu dikemas dalam dua paket, yakni paket 1 seharga Rp 25.000 dan paket 2 seharga Rp 45.000. Hingga kini sudah ada 2.424 paket yang dipesan oleh ASN Pemprov Jateng.