Kaltim Genjot PAD dari Pundi-pundi Pajak dan Ekspor
›
Kaltim Genjot PAD dari...
Iklan
Kaltim Genjot PAD dari Pundi-pundi Pajak dan Ekspor
Di tengah lesunya perekonomian selama pandemi, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menargetkan pendapatan asli daerah hingga Rp 12 triliun pada akhir tahun ini. Pundi-pundi pajak dan ekspor jadi andalan.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
Di tengah lesunya perekonomian selama pandemi, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menargetkan pendapatan asli daerah hingga Rp 12 triliun pada akhir tahun ini. Pundi-pundi pajak dan ekspor menjadi andalan untuk meraih target itu. Pada saat yang sama, pengendalian Covid-19 tetap menjadi fokus utama karena diyakini akan turut membantu perbaikan ekonomi.
Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengatakan, sektor pajak dan ekspor membantu pendapatan asli daerah (PAD) sejak pandemi Covid-19 muncul di Kaltim pada Maret. Hingga Agustus 2020, dua sektor itu memberi andil Rp 8,9 triliun.
”Sampai akhir tahun ini, kami targetkan mencapai Rp 12 triliun,” kata Isran ketika dihubungi dari Balikpapan, Minggu (6/9/2020).
Ia mengatakan, pihaknya berupaya menekan angka penyebaran kasus Covid-19 dengan mempercepat pelacakan dan uji laboratorium. Saat ini, Kaltim memiliki alat reaksi berantai polimerase (PCR) dan mampu memeriksa sekitar 1.200 sampel tes usap (swab) dalam sehari. Selain itu, penerapan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan juga dilakukan di semua kota dan kabupaten.
Upaya itu diharapkan berdampak pula pada perekonomian Kaltim. Isran berkeyakinan, jika Covid-19 sudah terkendali dan masyarakat patuh pada protokol kesehatan, perekonomian bisa bangkit perlahan karena aktivitas ekonomi mulai menggeliat.
Perekonomian Kaltim pada triwulan I-2020 tumbuh sebesar 1,27 persen secara tahunan meskipun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,67 persen. Dampak pandemi Covid-19 baru terlihat pada triwulan II-2020 yang membuat pertumbuhan ekonomi Kaltim anjlok, minus 5,46 persen secara tahunan. Kondisi ini menunjukkan kontraksi yang lebih dalam daripada kondisi triwulan I-2020 yang turun sebesar 0,44 persen.
Sektor pertambangan dan penggalian memiliki andil negatif terbesar, yakni 3,32 persen, akibat harga batubara yang terus menurun dan melambatnya permintaan ekspor. Hal itu disebabkan struktur perekonomian Kaltim didominasi pertambangan dan penggalian dengan peranan sebesar 42,94 persen. Pada triwulan II, beberapa negara tujuan ekspor batubara mengurangi permintaan dan sisanya mengambil kebijakan penutupan wilayah (lockdown).
Jika Covid-19 sudah terkendali dan masyarakat patuh pada protokol kesehatan, perekonomian bisa bangkit perlahan karena aktivitas ekonomi mulai menggeliat.
Badan Pusat Statistik mencatat, total ekspor Kaltim mulai menunjukkan penurunan pada awal triwulan II. Pada Maret, nilai total ekspor Kaltim 1.307,6 juta dollar AS. Pada April, jumlahnya turun menjadi 1.126,2 juta dollar AS. Penurunan terus terjadi hingga Juni menjadi 885,42 juta dollar AS. Nilai ekspor mulai menunjukkan kenaikan kembali pada Juli menjadi 946,71 juta dollar AS seiring pelonggaran yang dilakukan di negara tujuan ekspor.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, grafik harga batubara acuan merangkak turun sejak April 2020. Pada April, harga batubara 65,77 dollar AS per ton dan terus turun menjadi 50,34 dollar AS per ton pada Agustus.
Penjabat Sekretaris Daerah Kaltim M Sa’bani mengatakan, meskipun harga batubara masih anjlok, permintaan batubara dari luar negeri sudah mulai membaik dibandingkan triwulan II-2020.
”Itu diharapkan meningkatkan produksi sehingga ada penyerapan tenaga kerja di sektor batubara yang menyokong perekonomian Kaltim,” kata Sa’bani.
Adapun di sektor pajak, Pemprov Kaltim menggenjot PAD, salah satunya dari sektor pajak kendaraan bermotor. Diskon pembayaran bea balik nama kendaraan diberikan kepada warga sebesar 40 persen selama pandemi ini. Selain itu, tak ada pajak progresif bagi orang yang memiliki kendaraan lebih dari satu.
Stimulus
Sa’bani mengatakan, saat ini Pemprov Kaltim tengah menggenjot penyerapan APBD dalam bentuk stimulus berupa bantuan kepada masyarakat. Hal itu diharapkan mampu meningkatkan konsumsi rumah tangga dan menjaga daya beli masyarakat. Pemulihan UMKM dari program APBD ataupun perbankan juga akan dipercepat.
”Paling tidak ada stimulus perekonomian di Kaltim dari APBD provinsi dan kabupaten/kota. Kami akan percepat realisasi penyerapannya, yang hingga Juni di kabupaten dan kota di Kaltim rata-rata masih kurang dari 40 persen serapannya,” ujarnya.
Dalam siaran pers yang diterima Kompas, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, perekonomian Kaltim pada triwulan III-2020 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumya seiring pelonggaran kegiatan di masyarakat. Pelonggaran itu membuat berbagai lapangan usaha bisa kembali berjalan.
”Perekonomian Kaltim untuk keseluruhan tahun 2020 diprakirakan akan berada pada rentang pertumbuhan sampai kontraksi yang tipis, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yang utamanya disebabkan oleh merebaknya wabah Covid-19,” kata Tutuk.