Penanganan Tak Terkendali, Kota Depok Terancam Masuk Zona Hitam
›
Penanganan Tak Terkendali,...
Iklan
Penanganan Tak Terkendali, Kota Depok Terancam Masuk Zona Hitam
Kota Depok terancam masuk zona hitam karena peningkatan kasus positif semakin tak terkendali, yang saat ini mencapai 3.107 kasus. Tak hanya itu, rumah sakit rujukan pun terancam tak bisa menampung pasien Covid-19.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
Sejak Awal September, kasus terkonfirmasi positif di Kota Depok, Jawa Barat, mencapai 3.107 kasus. Peningkatan yang kian tak terkendali itu membuat Kota Depok kekurangan ruang perawatan pasien Covid-19 serta terancam masuk zona hitam. Pemerintah Kota Depok diminta segera menyediakan tambahan ruang perawatan pasien Covid-19.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Depok Dadang Mulyana mengatakan, Berdasarkan data harian, Kamis (17/9/2020), terjadi penambahan 65 kasus sehingga total kasus menjadi 3.107. Sementara dari data Pusat Informasi dan Koordinasi Kota Depok Covid-19, sejak 1 September-17 September terjadi lonjak tinggi dari 2.589 kasus menjadi 3.107 (bertambah 518). Adapun kasus sembuh juga meningkat dari 1.446 kasus menjadi 2.132 kasus (687), dan pasien meninggal 62 kasus menjadi 110 (bertambah 48).
”Penambahan kasus positif di Kota Depok membuat sejumlah rumah sakit rujukan hampir penuh. Untuk pasien gejala sedang, keterisian tempat tidur sebanyak 153 dari 229 tempat tidur atau 66,8 persen. Pasien gejala sedang terisi 147 dari 185 tempat tidur atau 79,46 persen, sedangkan pasien gejala berat terisi 24 dari 32 tempat tidur atau 75 persen. Sementara ruang intensive care unit (ICU) terisi 24 dari 25 ICU atau 96 persen,” kata Dadang, Kamis (17/9/2020).
Dadang melanjutkan, saat ini Pemkot Depok sedang menjalin komunikasi terutama dengan pihak Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran untuk pasien Kota Depok bergejala ringan, sedang, dan orang tanpa gejala (OTG). Selain itu, Pemkot Depok juga sudah menunjuk Rumah Sakit Citra Medika dan Rumah Sakit Hasanah Graha Afifah sebagai rumah sakit rujukan.
”Ketika rumah sakit penuh, kami juga memikirkan sejumlah penginapan di Kota Depok yang bisa disewa. Kebetulan, pemerintah, Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB), sudah menawarkan itu. Kami juga masih jajaki hotel-hotel untuk penanganan pasien Covid-19,” lanjut Dadang.
Wali Kota Depok Mohammad Idris mengatakan, terus bertambahnya kasus positif membuatnya khawatir. Status zona merah di Kota Depok bisa berubah menjadi zona hitam. Tak hanya itu, penambahan kasus positif juga membuat 19 rumah sakit rujukan terancam tak lagi bisa menampung pasien Covid-19, terutama pasien dengan gejala berat. Padahal, angka kasus meninggal sudah menyentuh 110.
”Penyebaran Covid-19 meningkat tak terkendali. Kota Depok bisa masuk ke zona hitam. Penanganan Covid-19 perlu kerja sama seluruh warga untuk patuh protokol kesehatan. Jangan sampai Kota Depok masuk zona hitam,” kata Idris.
Terus bertambahnya kasus positif membuatnya khawatir. Status zona merah di Kota Depok bisa berubah menjadi zona hitam.
Idris mengatakan, pemkot memiliki dua alat tes cepat molekuler (TCM) dan reaksi rantai polimerase (PCR) di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda). Namun, mereka kekurangan alat konversi berupa cartridge untuk digunakan pada mesin TCM. Pemkot Depok sempat mendapat cartridge tersebut dan membagikan ke RSUD Kota Depok dan Labkesda.
”Alat tersebut sudah habis dan kami sudah kembali memesannya, tetapi belum datang. Untuk alat PCR juga sudah kami pesan, kepastiannya besok, tetapi ukurannya kecil hanya 36 sampel. PCR di Labkesda reagennya masih tersedia,” katanya.
Upaya untuk mengatasi keterbatasan fasilitas kesehatan juga dilakukan dengan menambah 6 ruang ICU menjadi 8 ruang. ”Memang butuh waktu. Terkait renovasi di ruang isolasi, kami punya ruang khusus sebanyak 16 ruang isolasi, itu ada sedikit permasalahan, yaitu butuh waktu dua minggu revonasi,” lanjut Idris.
Sementara itu, kondisi ruang isolasi di RSUD Kota Depok sudah penuh. Peningkatan atau ekskalasi pasien membuat pihak RSUD Kota Depok susah mencari ruang rujukan intensive care unit (ICU) dan high care unit (HCU).
”Penambahan kasus positif menyebabkan kondisi rumah sakit di Kota Depok yang menangani pasien Covid-19 dengan gejala berat sudah terisi 100 persen. Bahkan, ketersediaan ICU dan high care unit (HCU) sebagai ruang perawatan pun sudah habis,” kata Idris.
Kondisi serupa juga terjadi di Rumah Sakit Univeristas Indonesia. Ruang isolasi di atas 80 persen terisi penuh. Hampir setiap hari di RSUI merawat 30 hingga 50 pasien Covid-19. Selain itu, ketersediaan ICU dan HCU juga sudah 90 persen.
Tidak seperti sejumlah kota Jabodetabek, Idris mengakui, penanganan Covid-19 terutama untuk tes usap PCR di Kota Depok masih jauh dari standar WHO. Saat ini, warga yang baru mendapat tes usap baru mencapai 14.500 orang.
Merujuk data Badan Pusat Statistik pada 2019, jumlah penduduk Kota Depok mencapai 2,4 juta. Maka, per minggu dengan rasio tes 1 dari 1.000 penduduk, seharusnya tes usap warga mencapai 2.400. Jika Pemkot Depok gencar tes usap PCR per minggu, seharusnya jumlah 14.500 dicapai dalam waktu enam pekan. Namun, ptaktiknya, hingga enam bulan pandemi Covid-19, Pemkot Depok baru mencapai 14.500 tes usap.
Diberitakan sebelumnya, Kompas (15/9/2020), terkait tingginya kasus positif dan ketersedian ruang perawatan serta ruang isolasi yang semakin menipis, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berpesan, Pemkot Depok harus serius menangani pandemi Covid-19 dengan menjalankan PSBM secara ketat dan efektif, serta penegakan aturan. Tes usap PCR juga harus massif dilakukan.
”Pengetatan Pak Wali, ya. Kalau ada zona merah tolong kondisikan dengan pengetatan pengawasan PSBM selama dua minggu. Sementara kami upayakan penambahan fasilitas kesehatan. Bodebek harus satu kesatuan dalam penanganan Covid-19. Kalau Depok darurat, tempat lain (Bogor dan Bekasi) saya kondisikan untuk menerima rujukan dari Depok,” kata Kamil.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Depok Alif Noeriyanto mengatakan, tingginya angka kasus di Kota Depok membuat kapasitas rumah sakit rujukan Covid-19 semakin menipis.
”Jika Pemkot Depok tidak segera menyiapkan ruang isolasi atau ruang perawat akan menambah beban bagi tenaga medis yang menangani pasien. Selain itu, arus keluar dan masuk pasien lama dan baru juga akan melambat karena pasien di rumah sakit butuh perawatan yang lebih lama. Kondisi para tenaga medis yang juga harus diperhatikan,” kata Alif.
Alif menambahkan, Pemkot Depok harus meniadakan sistem isolasi mandiri bagi pasien Covid-19 tanpa gejala. Dalam kondisi kasus Covid-19 melonjak tajam di Depok sejak Agustus 2020, jumlah pasien tanpa gejala mendominasi dan banyak yang isolasi mandiri di rumah.
Hal itu, menurut Alif, berdampak pada meningkatnya penularan Covid-19 di lingkungan lokal atau terjadi transmisi lokal. Ia menyarankan agar Pemkot Kota Depok bisa segera menggunakan hotel sebagai fasilitas kesehatan untuk merawat pasien Covid-19.