Polisi Selidiki Dugaan Pelecehan dan Pemerasan Saat Tes Cepat di Bandara Soekarno-Hatta
›
Polisi Selidiki Dugaan...
Iklan
Polisi Selidiki Dugaan Pelecehan dan Pemerasan Saat Tes Cepat di Bandara Soekarno-Hatta
Dugaan pelecehan seksual dan pemerasan saat tes cepat Covid-19 diduga dialami seorang penumpang di Bandara Soekarno-Hatta. Polisi masih berupaya memastikan kebenaran informasi tersebut.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Resor Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, tengah menyelidiki dugaan pemerasaan dan pelecehan seksual di Bandara Soekarno-Hatta yang disampaikan oleh salah satu akun media sosial di Twitter. Penyelidikan awal sudah berjalan, tetapi polisi berharap ada laporan dari korban agar memudahkan proses penyelidikan.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bandara Soekarno Hatta Komisaris Alexander Yuriko mengatakan, kepolisian sudah mengetahui informasi dugaan pelecehan seksual dan pemerasaan yang disampaikan akun Twitter @listongs. Proses verifikasi dan pemeriksaan awal juga sedang berjalan.
”Belum ada laporan secara resmi (dari korban). Proses penyelidikan akan lebih mudah jika yang merasa menjadi korban melaporkan secara resmi,” kata Alex.
Ia menambahkan, proses penyelidikan awal dilakukan dengan memverifikasi informasi yang disampaikan akun Twitter @listongs. Alex juga belum merinci tempat kejadian hingga pihak yang diduga melakukan pelecehan. Pihak yang diduga menjadi korban juga akan segera dipanggil untuk memverifikasi informasi tersebut.
”Dalam proses, ya. Proses penyelidikan sedang berjalan. (Korban) Insya Allah akan penyelidik hubungi,” kata Alex.
Informasi dugaan pelecehan dan pemerasaan itu disampaikan akun Twitter @listongs, pada Jumat (18/9/2020) sekitar pukul 14.21 melalui platform Twitter. Dalam utasannya, ia berkisah kalau peristiwa itu dialaminya pada 13 September 2020.
Saat itu, korban melakukan pemeriksaan tes cepat Covid-19 di Terminal III Bandara Soekarno-Hatta karena akan menempuh perjalan dari Jakarta ke Nias (Sumatera Utara). Korban yang akan terbang pada pukul 06.00 memilih datang ke bandara lebih awal, yaitu pukul 04.00.
”Aku tes rapid-nya di tempat resmi yang sudah disiapkan oleh Bandara Soetta. Aku sebelum rapid sudah percaya diri kalau hasilnya nonreaktif karena aku baru pulang dari Western, Australia, 6 hari sebelumnya," tulis akun @listongs.
Adapun dari hasil pemeriksaan itu, korban dinyatakan reaktif. Ia pun pasrah jika jadwal penerbangannya harus dibatalkan. Saat itu, petugas yang memeriksa korban, yang disebut korban sebagai dokter, menghampiri korban dan berjanji membantu korban untuk terbang dengan mengubah data hasil pemeriksaan. Korban sempat menolak dengan alasan takut menulari orang lain jika ia benar positif Covid-19.
”Tapi, si dokternya malah terkesan ’maksa’ biar aku tetap terbang ke Nias. Katanya ’gapapa Mba’, terbang saja, Mba gapapa, kok, sebenarnya, ga bakal nularin ke orang-orang di sana. kalo mau tetap berangkat, ini saya rapid lagi, bayar saja Rp 150.000 lagi buat tes ulangnya," tulisnya.
Setelah mendapatkan data yang sudah diubah, korban menuju ke tempat tunggu pemberangkatan. Namun, ia kembali diikuti oleh terduga pelaku dan mengajaknya mengobrol di tempat sepi. Di tempat yang sepi itu, terduga pelaku kembali meminta korban untuk menyerahkan sejumlah uang sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan bebas Covid-19 mencapai Rp 1,4 juta.
Namun, seusai menyerahkan uang itu dengan cara ditransfer, terduga pelaku disebut melakukan pelecehan seksual kepada korban. Korban mengaku tidak memiliki kemampuan untuk menghindar, termasuk meminta tolong.
Setelah kejadian itu, korban kemudian terbang ke Nias. Di sana setelah dua hari, ia kembali melakukan tes cepat lagi, dan hasilnya dinyatakan nonreaktif.
Sedang dicek
Senior Manager Branch Communication and Legal Bandara Soekarno-Hatta Febri Toga Simatupang saat dihubungi terpisah mengatakan, dirinya sudah tidak lagi menjabat Senior Manager Branch Communication and Legal Bandara Soekarno-Hatta. Ia juga tidak bisa membantu memfasilitasi karena belum ada pelaksana tugas yang kini menggantikan posisi jabatannya.
”Saya juga baru tahu informasi itu. Nanti ya, saya baru sampai rumah,” kata Febri. Febri hingga pukul 20.30 belum memberikan nomor kontak pihak yang kompeten di Bandara Soekarno-Hatta yang dinilai tepat untuk menjelaskan soal informasi itu.
Sementara itu, Direktur Utama PT Kimia Farma Diagnostika (KFD) Adil Fadilah Bulqini mengatakan, pihaknya masih mendalami informasi itu karena pihak KFD baru mengetahui informasi tersebut. Tim sedang mengecek kebenaran informasi yang beredar tersebut.
”Kami memang ada kegiatan di Terminal III (Bandara Soekarno-Hatta). Cuma sudah berakhir sampai kemarin sebetulnya, sudah ganti provider per hari ini,” kata Adil.