Primoz Roglic memasuki skenario idealnya untuk meraih mimpi menjuarai Tour de France. Pebalap tim Jumbo-Visma itu berusaha mengunci ”maillot jaune” alias jersey kuning saat ”individual time trial” pada etape ke-20.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
LA ROCHE-SUR-FORON, KAMIS — Primoz Roglic semakin dekat dengan gelar juara Tour de France setelah menjaga maillot jaune alias jersey kuning pada etape ke-18, Kamis (17/9/2020). Pebalap tim Jumbo-Visma itu kini memasuki fase krusial dengan tiga etape tersisa. Roglic dengan keunggulan 57 detik dari peringkat kedua sesama Slovenia, Tadej Pogacar, akan mengunci gelar juara pada etape favoritnya, individual time trial, pada Sabtu.
Etape time trial yang ditempatkan sehari sebelum etape terakhir menuju Paris itu sudah diincar Roglic untuk mengunci maillot jaune sejak dia menjuarai Vuelta a Espana 2019. Dia tahu potensinya yang unggul dalam persaingan time trial dengan para pebalap jago tanjakan. Itu telah dia buktikan dengan memenangi dua etape time trial dalam Giro d’Italia 2019 serta satu etape di Vuelta tahun lalu.
”Roglic adalah paling berbahaya dan dia bisa mendaki dengan baik. Dalam time trial, di atas kertas dia terbaik,” ujar pebalap Movistar, Alejandro Valvelde, saat bersaing di Vuelta a Espana musim lalu dikutip VeloNews.
Itu bukan isapan jempol karena Roglic membuktikan diri dengan memenangi etape 10 Vuelta dengan waktu 47 menit 05 detik dari Jurancon hingga Pau sejauh 36,2 kilometer. Keunggulan pada time trial itu disadari betul oleh Roglic hingga dia merasa sangat senang ketika individual time trial Tour de France 2020 ditempatkan pada etape ke-20.
Etape ini menempuh jarak 36,2 kilometer dari Lure hingga La Planche Des Belles Filles dengan finis tanjakan sepanjang 5,9 kilometer dengan kemiringan rata-rata 8,5 persen. Dengan keunggulan 57 detik, peluang Roglic mengunci gelar juara bisa terjadi di etape ini. Sebelum etape krusial itu, Roglic akan menjalani etape ke-19 yang masuk kategori datar dari Bourg-En-Bresse hingga Champagnol sepanjang 166,5 kilometer, Jumat (18/9).
”Semakin besar kilometer time trial, semakin bagus bagi saya. Akan tetapi, etape ke-20 balapan, time trial menanjak ke Le Plance des belles Filler, bisa menjadi sangat bagus bagi saya dan saya pikir saya bisa membuat perbedaan di sana,” ujar Roglic kepada media Spanyol, Marca.
”Itu etape favorit saya dan saya ingin mengambil jersey kuning di sana untuk kemudian dikenakan di Paris,” kata pebalap berusia 30 tahun itu.
Skenario untuk mengunci maillot jaune itu kini jauh lebih mulus dari perkiraan awal Roglic. Dia telah menjadi pemimpin klasemen umum pebalap sejak etape ke-9 dan hingga kini unggul 57 detik dari pebalap tim UEA Emirates, Tadej Pogacar, di posisi kedua. Dia menambah selisih waktu 15 detik dari rekan senegaranya itu pada etape ke-17 dengan finis tanjakan terjal dan panjang menuju Meribel Col de la Loze.
Pada etape ke-18 yang juga penuh dengan lima tanjakan terjal dari Meribel hingga La Roche-Sur-Foron sepanjang 175 kilometer, Roglic membalap dengan strategis. Roglic yang didukung oleh Sepp Kuss, terus menjaga keunggulan waktu dengan tetap dalam grup para pesaingnya, Pogacar, Rigoberto Uran, Adam Yates, Richie Porte, dan Mikel Landa. Situasi krusial sempat terjadi saat Pogacar berusaha melepaskan diri dari rombongan maillot jaune saat memasuki jalan kerikil menuju puncak Plateau des Glieres. Roglic pun terus merapat dan kembali bisa mengontrol rombongan. Pada titik ini, Porte mengalami pecah ban dan kehilangan waktu meskipun akhirnya bisa kembali menyusul rombongan jersey kuning.
Kwiatkowski-Carapaz
Roglic finis keempat di belakang Wout van Aert, sedangkan Pogacar kelima. Namun, Pogacar yang tertinggal 57 detik dari Roglic di klasemen umum belum menyerah. Dia akan memanfaatkan tiga etape tersisa untuk membalik keadaan. ”Tur belum berakhir dan apa pun bisa terjadi,” ucapnya dikutip Cyclingnews.
Pemenang etape ke-18 adalah pebalap Ineos Grenadier, Michael Kwiatkowski, yang sejak awal balapan menjadi pendukung rekan setimnya, Richard Carapaz, untuk mengeruk poin ”King of Mountain”. Carapaz pun merebut jersy polkadot dari Pogacar dan menjadi pebalap Ekuador pertama yang mengenakan jersy raja tanjakan itu di Le Tour. Carapaz meraih poin terbesar di Col des Aravis dan Plateau des Glieres.
Carapaz dan Kwiatkowski finis dengan sangat santai, mengayuh sepeda pelan-pelan dan memasuki garis finis dengan saling merangkul. Ini merupakan kemenangan pertama pebalap Polandia itu di Tour de France. ”Saya tidak bisa mengungkapkan betapa berterimakasihnya saya kepada seluruh tim dan Richard. Saya tidak akan pernah melupakan itu,” ujar Kwiatkowski kepada televisi resmi Le Tour.
”Saya memiliki momen-momen menyenangkan dalam balap sepeda, tetapi ini sesuatu yang baru. Saya merinding pada kilometer terakhir karena saya tahu kami akan meraih ini. Ini luar biasa,” tutur juara dunia balap sepeda jalan raya 2014 itu.
Kwiatkowski bekerja sama sangat baik dengan Carapaz sepanjang etape pegunungan ini. Dia terus mendukung Carapaz yang sempat kalah dari pebalap muda tim Sunweb, Marc Hirschi, pada tanjakan Cormet de Roselend dan Les Saisies di kilometer awal. Namun, Hirschi kemudian terjatuh saat turun dalam kecepatan tinggi saat membuntuti Carapas yang tancap gas.
Hirschi kehilangan waktu dan peluang untuk meraih jersi polkadot. Padahal, awalnya, turunan adalah strategi Hirschi untuk melepaskan diri dari rombongan terdepan yang melakukan break away setelah seksi intermediate sprint. ”Ketika memisahkan diri, anda harus menggunakan semua yang Anda bisa untuk meraih waktu dan yang pasti saya akan memanfaatkan turunan,” kata Hirschi yang mendapat gelar pebalap Combative pada etape ke-18.
Adapun pada persaingan kaus hijau, sprinter tim Deceuninck, Quick-Step Sam Bennet, kembali meraih poin maksimal. Dia menjaga posisi sebagai pemimpin klasifikasi poin dengan 298 poin, mengungguli mantan rekan setimnya di Bora-Hansgrohe, Peter Sagan, dengan 246 poin.