Gelombang Kedua Covid-19 Melanda, Eropa Berlakukan Lagi Pembatasan Sosial
›
Gelombang Kedua Covid-19...
Iklan
Gelombang Kedua Covid-19 Melanda, Eropa Berlakukan Lagi Pembatasan Sosial
Eropa kini menghadapi gelombang kedua infeksi Covid-19. Sejumlah negara kembali memberlakukan pembatasan sosial guna mengerem laju penularan wabah.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
MADRID, SABTU — Sejumlah negara Eropa, Jumat (18/9/2020), kembali memberlakukan pembatasan skala lokal di beberapa kota menyusul gelombang infeksi kedua Covid-19 yang melanda benua biru itu dalam beberapa pekan terakhir.
Secara global, Covid-19 telah menginfeksi 30 juta lebih penduduk dunia dan hampir 947.000 orang meninggal. Data pada Our World in Data memperlihatkan kenaikan jumlah kasus di sejumlah negara Eropa. Kurva epidemiologi yang semula menurun kini menanjak lagi dan membentuk kurva seperti huruf U.
”Terdapat sekitar 1,8 juta-2 juta kasus baru per minggu di dunia dan rata-rata 40.000-50.000 kasus meninggal sepekan,” kata Direktur Kegawatdaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Michael Ryan dalam jumpa pers virtual. ”Syukurnya (kasus) itu tidak bertambah secara eksponensial. Ini adalah jumlah yang sangat banyak untuk diselesaikan.”
Pada Jumat, Perancis melaporkan 10.593 kasus baru atau naik dari hari sebelumnya, sebanyak 9.784 kasus. Angka ini jauh melonjak dibandingkan situasi akhir Juli yang menyentuh 0 kasus.
Hal serupa dialami oleh Inggris. Pada Jumat, negara itu melaporkan 3.395 kasus baru. Padahal, pada 29 Juli lalu kasus baru dalam sehari menyentuh titik terendah, yakni 70 kasus.
Lonjakan kasus baru terjadi juga di Hongaria. Negara ini, Jumat lalu, melaporkan 941 kasus baru. Kenaikan tajam ini berlangsung sejak 26 Agustus ketika saat itu hanya ada 24 kasus baru dalam sehari.
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban menuturkan, pihaknya telah menyiapkan ”rencana perang” untuk mempertahankan diri dari gelombang baru infeksi virus korona, dan sistem kesehatan negara itu bersiap menghadapi lonjakan kasus Covid-19.
Menurut Orban, Hongaria kini lebih siap dibandingkan gelombang pertama. Rumah sakit siap, ventilator juga mencukupi. ”Pada gelombang pertama, semua orang harus tinggal di rumah. Sekarang, sebaliknya, semua orang tetap beraktivitas seperti biasa dengan tetap disiplin mengenakan masker dan menjaga jarak,” ujarnya.
Hongaria bersama dengan Romania, Ceko, dan Slowakia melaporkan kasus baru yang tinggi pada minggu ini. Ceko, misalnya, melaporkan 3.100 kasus baru, Jumat. Jumlah itu hampir 1.000 kasus lebih banyak dari hari sebelumnya.
Adapun Pemerintah Perancis berusaha keras meningkatkan kapasitas tesnya seiring dengan bermunculannya kasus baru setiap hari. Kota Nice di Riviera melarang kerumunan lebih dari 10 orang di pantai, taman, dan ruang terbuka hijau lainnya.
Madrid, Spanyol, salah satu kota terdampak paling buruk di Eropa pada Maret-April lalu. Tenaga medis memperingatkan bahwa kapasitas rumah sakit nyaris penuh. ”Ruang perawatan intensif kewalahan menerima pasien Covid-19,” kata Santiago Usoz, paramedis di Rumah Sakit 12 Oktober.
Karantina wilayah sebagian pun diberlakukan mulai Senin, 21 September, di sebagian area berpenduduk padat dan di lingkungan menengah ke bawah di Madrid selatan. Warga hanya diizinkan keluar rumah untuk bekerja, berobat, atau mengantar anak ke sekolah. Bar dan restoran harus mengurangi kapasitasnya hingga 50 persen.
Sementara Pemerintah Inggris mengumumkan pembatasan sosial terbarunya yang berlaku di sejumlah kawasan. Di Inggris timur laut, otoritas memberlakukan kebijakan yang melarang orang berinteraksi dengan orang di luar keluarga mereka. Kebijakan ini menurut rencana akan diperluas hingga wilayah barat laut, utara, dan tengah Inggris mulai Selasa pekan depan.
”Kami siap melakukan apa pun untuk melindungi jiwa dan lingkungan kami,” ujar Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock kepada televisi BBC, Jumat.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, tidak perlu ”dipertanyakan” bahwa Inggris sekarang ”menghadapi gelombang kedua” infeksi Covid-19. ”Gelombang kedua juga terjadi di Perancis, Spanyol, seluruh Eropa, tak terelakkan, kita juga menghadapinya,” ucapnya. (AFP/AP)