Howard, Wujud "Seni Perang" Lakers Saat Kalahkan Nuggets
›
Howard, Wujud "Seni Perang"...
Iklan
Howard, Wujud "Seni Perang" Lakers Saat Kalahkan Nuggets
Pelatih LA Lakers Frank Vogel seolah meminjam "Seni Perang" ala Sun Tzu saat mengalahkan Denver Nuggets pada gim pertama final Wilayah Barat, Sabtu WIB. Ia mengubah kelemahan Lakers menjadi senjata rahasia mematikan.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
ORLANDO, SABTU - Los Angeles Lakers membuktikan kapasitasnya sebagai calon terkuat juara NBA musim 2019-2020 setelah menundukkan tim kuda hitam, Denver Nuggets, 126-114, pada gim pertama final Wilayah Barat, Sabtu (19/9/2020) dini hari WIB. Kemenangan ini tidak terlepas dari peranan center Lakers yang sempat terpinggirkan, Dwight Howard.
Bintang paling terang pada pertandingan di Orlando, AS, itu adalah forward Lakers, Anthony Davis, yang mengemas double-double berupa 37 poin dan 10 rebounds. Namun, pemain yang menjadi "kartu as" alias kunci sesungguhnya dari kemenangan Lakers di laga itu adalah Howard, pemain jangkung setinggi 2,11 meter yang hanya mencetak 13 poin.
Sebelum pertandingan itu, pada beberapa laga terakhir Lakers, Howard lebih sering duduk di bangku cadangan dan berperan sebagai "pemandu sorak" tim. Hal itu tidak terlepas dari kebijakan taktik Pelatih LA Lakers Frank Vogel yang mengubah taktik timnya, yaitu menerapkan skema "bola kecil" dengan lebih banyak pemain bertipe guard dan forward, saat menghadapi tim cepat, Houston Rockets, pada babak playoff sebelumnya.
Perubahan skema itu memaksa pemain Lakers bertipe center, seperti Howard dan JaVale McGee, harus menepi. Namun, tiada taktik yang abadi. Menghadapi Nuggets, tim yang memiliki karakter berbeda dibandingkan Rockets dan punya senjata mematikan pada diri center unik bernama Nikola Jokic, Vogel pun harus mengubah kembali taktiknya.
Seni perang Sun Tzu
Vogel menerapkan filosofi "Art of War" yang diwariskan panglima perang China, Sun Tzu, 2.500 tahun silam. Vogel memperdayai Nuggets. Seperti halnya Sun Tzu, Vogel justru memanfaatkan kelemahan timnya pada laga-laga sebelumnya, yaitu posisi center, sebagai kekuatan tersembunyi timnya. Kekuatan itu salah satunya terletak pada diri Howard.
Howard, yang muncul dari bangku cadangan, sepuluh menit menjelang akhir kuarter kedua mendadak menjadi momok bagi Jokic, pemain paling menakutkan di tubuh Nuggets. Meskipun postur tubuhnya tinggi, Howard rajin mengawal Jokic dan membuatnya mati kutu. Ia bahkan berkali-kali sampai "bergulat" dengan Jokic dan melakukan pelanggaran untuk menunjukkan keseriusannya mengawal sang bintang Nuggets itu.
Tak pelak, "Si Joker", julukan Jokic, gagal menunjukkan permainan terbaiknya seperti biasa dan hanya mengemas 21 poin dan 6 rebounds. Padahal, pada gim sebelumnya, versus LA Clippers, Jokic mampu mencetak triple double.
Howard pun membuktikan ikhtiarnya sebelum gim pertama itu, yaitu bermain penuh energi. Selain poin-poin krusial, pertahanan man to man maupun blok, steal, dan rebound pemain 34 tahun ini juga sangat membantu timnya pada duel itu. Peranan vital Howard itu membuat rekannya, Davis, terbebas dari beban peran sebagai "center palsu" dan lebih leluasa tampil di posisi favoritnya, power forward, sehingga mampu mencetak banyak poin.
"Dwight (sempat) kehilangan segalanya. Ia sempat berada di bawah dan kini membuktikan diri siap memegang peranan (penting di tim)," tukas Charles Briscoe, agen Howard, dikutip ESPN.
Bangkit
Tak ayal, meskipun sempat tertinggal 36-38 di kuarter pertama, Lakers lantas bangkit di kuarter kedua dan tidak terkejar hingga berakhirnya pertandingan itu.
"Butuh satu kuarter bagi kami untuk menemukan caranya (meredam permainan Nuggets). Namun, saya tidak berani berkata, kami menemukan cara sepenuhnya menghentikan mereka karena masih terlalu dini dalam seri playoff ini (best of seven games)," ujar LeBron James, bintang Lakers yang menyumbang 15 poin dan 12 asis di laga itu.
Saya selalu berjanji kepada diri sendiri, jika ada peluang lainnya, saya akan melakukan segalanya untuk rekan-rekan setim.(Dwight Howard)
Kemenangan di gim pertama final wilayah itu menjadi modal Lakers menembus babak final NBA dan menjadi juara AS, hal yang terakhir kali mereka raih satu dekade silam bersama legendanya, Kobe Bryant, yang telah berpulang awal tahun ini. Tekad besar itu salah satunya tertanam pada diri Howard.
"Saya punya kesempatan sekali sebelumnya ke sana (babak final). Saya selalu berjanji kepada diri sendiri, jika ada peluang lainnya, saya akan melakukan segalanya untuk rekan-rekan setim," ujar Howard yang gagal meraih juara NBA pada final 2009 silam bersama Orlando Magic.
Di kubu sebaliknya, kekalahan itu menjadi pengalaman berharga bagi Nuggets untuk bangkit pada gim kedua. Salah satu yang perlu mereka benahi adalah cara menghentikan para bintang Lakers tanpa harus banyak melakukan pelanggaran yang berujung tembakan bebas.
"Kami adalah tim yang masih hijau. Kami akan menemukan caranya (bangkit) dan itu tidak akan mudah," tukas Pelatih Denver Nuggets Michael Malone.(AFP/NIC)