Adaptasi sebagai bagian dari cara hidup baru setelah pandemi Covid-19 melanda membutuhkan dukungan kreativitas warga. Beragam inovasi tengah dikembangkan untuk mendukung manusia.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
Pandemi Covid-19 menjadi ancaman bagi siapa saja, terutama mereka yang berada di garda depan perlawanan terhadap Covid-19, seperti dokter, perawat, dan tenaga medis lain. Mereka itulah yang paling rawan terinfeksi tetesan pembawa virus Covid-19 atau aerosol dari pasien Covid-19.
Untuk mencegah penularan, tenaga medis harus mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap selama berjam-jam, bahkan seharian. Tak nyaman karena tak bisa bergerak bebas, gerah, dan tak mudah bernapas menjadi keluhan yang kerap terdengar.
Untuk mengatasi itu, tiga anak sekolah di Vietnam merancang helm yang memungkinkan tenaga medis ngemil atau sekadar menggaruk hidung tanpa berisiko membahayakan diri sendiri. Mereka merancang ”Vihelm”, helm berbentuk futuristik yang terhubung dengan respirator. Di helm itu ada akses tangan bisa masuk untuk, misalnya, menyeka keringat atau membersihkan kaca helm tanpa harus membuka helmnya.
”Perbedaan helm ini dengan yang biasa, ada kotak sarung tangan yang bisa dipakai untuk memegang wajah dengan aman,” kata Tran Nguyen Khanh An (14), salah satu siswa yang memenangi Penghargaan Penemuan Rancangan Terbaik dalam Kompetisi Inovasi Penemuan Internasional di Kanada, bulan lalu.
Di helm itu juga ada kompartemen internal yang bisa dipakai untuk memegang makanan kecil dan bisa dipasangi respirator. Vihelm yang diproduksi dengan biaya sekitar 300 dollar AS itu ada kantong-kantongnya di sekitar daerah kepala yang bahkan memungkinkan penggunanya menggaruk kepala.
Pelindung wajah
Sejak pandemi Covid-19, banyak pihak berbondong-bondong merancang APD, terutama pelindung bagian wajah, seperti masker pelindung mulut dan hidung saja atau pelindung seluruh wajah dari plastik.
Kajian ilmiah University of East Anglia yang dipublikasikan harian Daily Mail di Inggris, 19 Mei 2020, menunjukkan, masker biasa tak sepenuhnya mampu melindungi. Studi University of Oxford, 30 Maret lalu, menyimpulkan, masker bedah dan masker medis N95 efektif menghentikan penularan Covid-19.
Kepala Foniatrik dan Audiologi Pediatrik Rumah Sakit Ludwig-Maximilians University Matthais Echternach dan ahli mekanik cairan di RS Erlangen University, Stefan Kniesburges, dalam situs BBC, Agustus 2020, menjelaskan, batuk bisa meluncurkan aerosol sampai sejauh 1,9 meter. Bahkan, saat kita bersin saja, aerosol bisa meluncur sejauh 8 meter.
Untuk mencegah itu, masker pelindung wajah bisa menjadi solusi meski tetap saja ada peluang tetesan virus menempel ke bagian wajah. Saat memakai masker, memang tak akan ada tetesan yang besar, tetapi, kata Echternach, aerosol lebih sulit ditangkis jika masker tak terpasang rapat. Aerosol tetap bisa menyelinap di antara celah-celah masker.
Dulu, masker wajah ini digunakan secara terbatas pada profesi tertentu, seperti tenaga medis, tetapi sekarang umum digunakan di pertokoan, salon, restoran, dan siapa saja yang khawatir tertular Covid-19. Karena kini menjadi tren, berbagai merk terkenal, seperti Apple, Nike, dan Ford, membuat masker pelindung wajah. Merk olahraga Oakley pun merancang masker pelindung wajah bagi para pemain football yang terpasang di helm mereka.
”Aerosol masih bisa menempel di sekitar sisi masker pelindung wajah. Jadi, kita tidak bisa mengandalkan masker pelindung wajah sepenuhnya. Tetap tidak efektif kalau kita berada di dekat orang lain. Sebaiknya tetap pakai masker mulut hidung,” kata Echternach.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat juga tidak merekomendasikan pemakaian masker pelindung wajah untuk kegiatan sehari-hari atau sebagai pengganti masker. Kementerian Kesehatan Swiss juga menyarankan tetap memakai masker mulut hidung dan bukan masker pelindung wajah.
Imbauan itu muncul setelah hasil penyelidikan di Hotel Graubünden, Swiss, menunjukkan, mereka yang terinfeksi ternyata hanya mengenakan masker pelindung wajah. Sementara yang luput dari Covid-19 memakai masker mulut hidung.
Teknologi
Bagi sebagian orang, ada rasa tak nyaman dan repot kalau harus memakai masker mulut hidung dan masker pelindung wajah. Lalu muncul ide membuat helm, seperti siswa-siswa Vietnam itu. Perusahaan yang memiliki modal lebih kuat lalu membuat helm pencegah Covid-19 yang lebih canggih.
Situs BBC, 25 Mei lalu, menyebutkan, ide helm yang biasanya dipakai penyelam juga muncul dan bisa menjadi solusi tepat. Helm gaya penyelam itu lalu dipasangi respirator pemurni udara. Brian Hovey, Kepala Marketing Honeywell, perusahaan pembuat respirator, membayangkan akan ada mesin atau motor yang memompa udara melalui filter.
”Kalau pakai helm seperti itu, pandangan akan lebih jelas, bicara juga lebih gampang dan jelas, dan pasien bisa liat tenaga medis lebih jelas. Rasanya akan lebih nyaman,” kata Paul Elkington, konsultan dan guru besar di bidang pengobatan pernapasan.
Helm berespirator bagaikan penyelam tak lagi hanya angan-angan. Sudah ada helm seperti astronot dengan filter udara yang akan beredar di pasaran bulan depan dengan harga Rp 2,7 juta. Harian Daily Mail menyebut, helm bernama BioVYZR 1.0 buatan Kanada itu dipasangi kipas angin kecil dan filter udara supaya udara di dalam helm tetap bersih. Perusahaan start up VYZR menerima investasi sebesar Rp 4 miliar dari dokter, perawat, dan dokter gigi melalui platform crowdfunding Indiegogo.
Inovasi helm anti-Covid-19 atau masker wajah kini bagaikan kompetisi. Perusahaan Korea Selatan, LG Electronics, pun tak mau ketinggalan. Mereka juga sudah membuat masker wajah berfilter udara dengan dua kipas kecil. Masker wajah itu menjamin pengguna tidak kesulitan bernapas dan kacanya tidak akan berembun. ”Fokus kami membuat masker yang tidak membuat orang susah bernapas dan baterainya bertahan 2-8 jam,” kata Choi Yoon-hee, pejabat di tim produksi solusi udara LG Electronics.
Inovasi teknologi APD anti-Covid-19 akan terus berkembang menyesuaikan kebutuhan karena Covid-19 sudah menjadi bagian dari kehidupan baru. Jika masker mulut hidung saja tak cukup, barangkali perlu didobel dengan masker pelindung wajah. Atau, kita tunggu saja helm-helm pelindung wajah seperti penyelam dan astronot beredar di pasaran. Meski akan tampak agak ganjil, seperti di film-film berlatar Planet Mars, setidaknya helm-helm itu bisa melindungi diri dari Covid-19. (REUTERS)