Penjor yang Menyemarakkan Galungan dan Kuningan
Wajah Bali berubah sejak Minggu (13/9/2020). Penjor ramai menghiasi tepi jalan di Bali, termasuk di kawasan Kota Denpasar.
Wajah Bali berubah sejak Minggu (13/9/2020). Penjor menghiasi tepi jalan di Bali, termasuk di kawasan Kota Denpasar.
Penjor menjadi ciri tibanya hari raya umat Hindu, termasuk Galungan yang dimaknai perayaan kemenangan dharma (sifat baik) atas adharma (sifat buruk). Umat Hindu menjalani rangkaian Galungan dan Kuningan mulai Kamis (10/9) dan akan berlangsung hingga pertengahan Oktober mendatang.
”Yang utama adalah harus selalu optimistis dan berpikir positif,” kata Komang Edi (36), warga Desa Dauh Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Senin (14/9).
Edi membawa seperangkat bahan dan hiasan penjor, di antaranya kolong-kolong, gantung-gantungan, sampian, dan ambu (daun enau). Untuk belanja bahan penjor, Edi merogoh kantongnya sekitar Rp 150.000. ”Bambu sudah punya, jadi tidak beli lagi,” kata Edi ketika ditemui di depan rumahnya, Jalan Kartini, Kota Denpasar.
Kehadiran penjor identik dengan perayaan Galungan dan Kuningan, serangkaian hari raya umat Hindu yang diperingati setiap 210 hari, atau setiap 6 bulan kalender Bali (atau 7 bulan kalender Masehi). Bahan utama penjor adalah sebatang bambu utuh sepanjang 7 meter dengan pucuknya yang melengkung.
Baca juga: Pemkot Denpasar Fasilitasi UKM melalui Pasar Murah
Bambu dihias rangkaian janur dan daun-daunan. Pada batang penjor juga diikatkan pala bungkah (umbi-umbian), pala gantung (buah-buahan), pala wija (padi atau jagung), dan jajan. Sekitar 1,5 meter dari pangkal penjor dipasang sanggah penjor berbentuk setengah lingkaran.
Mendekat ke ujung penjor yang melengkung, diikatkan bendera putih bertuliskan aksara Omkara bermakna Tuhan. Secara keseluruhan, penjor merupakan lambang kemakmuran dan sekaligus simbol rasa bersyukur kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Mahaesa.
”Kami juga memanjatkan harapan agar pandemi Covid-19 segera berlalu,” kata Made Yuliantara (52), warga Kelurahan Padangsambian, Kecamatan Denpasar Barat, seusai menancapkan penjor di depan rumahnya di Jalan Gunung Agung, Kota Denpasar.
Pendeta Hindu sekaligus dosen, Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda, menyebutkan, Galungan dimaknai sebagai perayaan kemenangan dharma (sifat baik) melawan adharma (sifat buruk). Cerminan pada diri manusia adalah kemenangan atas ego, kemenangan atas keraguan, dan kemenangan melawan nafsu. Dalam situasi menghadapi pandemi Covid-19, Galungan menjadi momen mulat sarira, atau instrospeksi, kesadaran diri, dan sekaligus membangkitkan harapan.
Galungan dirayakan tiap Rabu Kliwon Dungulan dirangkai dengan perayaan Kuningan tiap Sabtu Kliwon Kuningan. Rangkaian hari raya di bulan September berjalan mulai Kamis (10/9), diawali Sugihan Jawa, yakni simbolisasi pembersihan alam semesta lalu disambung Sugihan Bali atau penyucian diri, Jumat (11/9).
Adapun Galungan dirayakan pada Rabu (16/9), kemudian Kuningan pada Sabtu (26/9). Seluruh rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan diakhiri pada Rabu Kliwon Pahang atau Buda Kliwon Pegatuwakan pada 21 Oktober 2020.
Pasar murah
Menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan, Pemerintah Kota Denpasar memfasilitasi pasar murah selama dua hari di area Graha Sewaka Dharma Lumintang, Kota Denpasar, mulai Selasa (8/9). Sebanyak 20 gerai dagang disediakan, termasuk untuk usaha mikro, kecil, dan menengah serta industri kecil dan menengah (IKM). Adapun produk yang dijual, antara lain, buah-buahan, janur, jajan khas Bali, aneka makanan, dan produk fesyen lokal serta busana.
Baca juga: Pasar Gotong Royong Krama Bali Digelar Setiap Jumat
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Denpasar Ida Ayu Selly Fajarini Mantra menyatakan, ajang Pasar Murah Galungan merupakan kegiatan rutin setiap enam bulan untuk menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan. Pemkot Denpasar membuka pasar murah di lingkungan kantor Pemkot Denpasar agar memudahkan pegawai pemerintah berbelanja kebutuhan pokok dan kebutuhan menjelang hari raya.
”Setiap menjelang hari raya, harga barang terutama bahan kebutuhan upacara biasanya naik. Makanya kami buatkan pasar murah ini. Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, kami tetap melaksanakan kegiatan pasar murah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti arahan dari Wali Kota Denpasar,” ujar Selly Mantra.
Selly Mantra juga menyurati pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemkot Denpasar agar mereka berpartisipasi dengan mengirimkan pegawainya berbelanja di pasar murah. Aparatur pemerintah menjadi tumpuan di masa pandemi Covid-19 dan konsumsinya diharapkan mampu membantu mengungkit dan menggerakkan perekonomian masyarakat di daerah.
Dari Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik Provinsi Bali terkini, Kota Denpasar pada Agustus 2020 mengalami deflasi sebesar -0,12 persen. Komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi di Kota Denpasar, antara lain daging ayam ras, tarif angkutan udara, bawang merah, dan pisang, serta biaya pendidikan SD dan SMP.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar Ni Nyoman Sri Utari mengatakan, Pemkot Denpasar berupaya membantu usaha kecil dan menengah, serta industri kecil dan menengah di Kota Denpasar, agar dapat bertahan menghadapi dampak pandemi Covid-19. Ajang pasar murah menjadi kesempatan dan peluang bagi pengusaha dan pedagang memasarkan produk dan juga mempromosikan usahanya.
”Daripada barang tersimpan, lebih baik dijual meskipun harus menyesuaikan harga produk dengan daya beli konsumen saat ini,” kata Utari.
Utari menambahkan, pihaknya juga memantau dan mengikuti perkembangan harga barang kebutuhan warga dan ketersedian barang serta distribusinya, terlebih menjelang hari raya nanti. Menurut Utari, harga barang kebutuhan pokok di Kota Denpasar terpantau masih normal dan barang kebutuhan pokok masih terjaga ketersediaannya.
Kehadiran pasar murah di area Graha Sewaka Dharma Lumintang, Kota Denpasar, menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan digunakan Ida Ayu Nyoman Sriyoni (43), warga Desa Dauh Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Barat, untuk berbelanja kebutuhan upacara menyambut hari raya. Sriyoni mengaku situasi pandemi membuatnya harus berhemat dalam berbelanja, termasuk untuk kebutuhan hari raya.
”Sekarang, cukup berbelanja yang penting saja asalkan lengkap (semuanya),” kata Sriyoni. ”Situasi pandemi Covid-19 ini memang berat dari sisi ekonomi keluarga. Oleh karena itu, berbelanja dihemat. Sebenarnya, berupacara (di Bali) itu fleksibel meskipun kecil dan sederhana asalkan lengkap dan selesai. Yang penting adalah ikhlas,” ujar Sriyoni.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali Trisno Nugroho menyatakan, penyelenggaraan pasar murah atau pasar gotong royong yang difasilitasi pemerintah daerah di Bali diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan ekonomi nasional yang tertekan akibat pandemi Covid-19. Konsumsi masyarakat di daerah diharapkan bergerak dengan berbelanja produk lokal. ”Pasar gotong royong ini diadakan di semua wilayah di Bali,” kata Trisno, Sabtu (12/9).
Baca juga: Pandemi Covid-19 Kian Menekan Ekonomi Bali