Sam Bennet bersiap keluar dari bayang-bayang Peter Sagan yang membuat dirinya pindah tim untuk mendapat ruang untuk berkembang. Pebalap Irlandia itu menemukan habitat yang tepat di Deceuninck Quick-Step.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
CAMPAGNOLE, JUMAT – Sam Bennett menutup semua ruang yang bisa dimanfaatkan oleh Peter Sagan untuk mengeruk poin pada etape 19 Tour de France, Jumat (18/9/2020). Bennett menjaga ketat Sagan dalam persaingan merebut jersi hijau untuk menyandang status sprinter elite. Dengan sisa dua etape, Bennett di atas angin dengan keunggulan 55 poin dari Sagan. Juara klasifikasi poin, yang disimbolkan dengan jersei hijau, akan ditentukan pada etape terakhir menuju Paris.
Bennett dan Sagan bisa dipastikan tidak akan meraih poin dalam individual time trial pada etape 20, Sabtu (19/9). Etape tersebut akan menjadi ajang pertarungan para pemburu jersi kuning untuk menjadi juara umum Tour de France, khususnya Primoz Roglic dan Tadej Pogacar. Itulah mengapa poin maksimal 90 yang bisa diraih dalam dua etape terahir, terpangkas menjadi 70 poin bagi Bennet dan Sagan.
Bennett dan Sagan akan berebut poin maksimal dari intermediate sprint, serta urutan finis. Poin intermediate sprint berlaku untuk 15 pebalap pertama yang melintasi garis akhir sprint dengan urutan poin 20-17-15-13-11-10-9-8-7-6-5-4-3-2-1. Sedangkan poin urutan finis di etape 21 yang datar adalah 50-30-20-18-16-14-12-10-8-7-6-5-4-3-2.
Bennett telah menguasai jersei kuning dalam 12 etape, 10 di antaranya beruntun mulai etape 10 hingga 19. Pebalap Deceuninck Quick-Step itu terus menjaga keunggulan poin dari mantan rekan setimnya di Bora-Hansgrohe dengan terus menjaga ketat pergerakan Sagan. Dia juga diuntungkan oleh penalti yang diterima Sagan pada etape 11 akibat sprint yang berbahaya saat menjelang finis. Sagan yang finis kedua dihukum oleh commissaire menempati posisi paling belakang di rombongan, akibat menyerobot jalur Wout van Aert. Dia juga dijatuhi penalti 13 poin, sehingga total kehilangan 30 poin pada etape itu. Sebaliknya, pada etape 11 itu, posisi finis Bennett naik ke urutan dua dan meraih tambahan poin untuk menjauh hingga 68 poin dari Sagan.
Sagan sempat memangkas selisih poin, tetapi Bennett mampu memperlebar kembali selisih poin menjadi 52 pada etape 18 dengan poin intermediate sprint. Pada etape 19, Bennett kembali memperlebar keunggulan menjadi 55 poin berkat tambahan 21 poin dari posisi delapan pada sprint dan finis di posisi delapan. Sedangkan Sagan mendapat tambahan 18 poin.
Dengan keunggulan 55 poin ini, Bennett hampir pasti menjadi juara klasifikasi poin jika bisa finis di Paris tanpa kendala. “Saya senang mendapat banyak poin dan ini di atas 50 poin sekarang, jadi jika sesuatu terjadi akan sedikit aman, tetapi masih banyak yang bisa terjadi. Ini akan terjadi saat menuju Paris, saya pikir,” tegas Bennett.
Sagan mengakui persaingan dengan Bennett sangat sulit, karena selalu menempel dirinya. “Ini sangat sulit karena Sam selalu menempel roda saya jika saya berusaha memisahkan diri (dari rombongan), atau hal seperti itu. Dan dia lebih cepat dalam sprint, anda tahu itu. Kami adu sprint, saya tidak tahu, 200-300 meter untuk sprint, kemudian meraih poin. Kemudian kita akan lihat. Saya harus berusaha melakukan yang terbaik dalam sprint, dan kita akan lihat hasilnya. Saya akan berusaha,” ujar Sagan sebelum start etape 19 di laman Le Tour.
Hasilnya, pada intermediate sprint di Mournans pada kilometer 117,5 Bennett finis di posisi lima dan meraih 11 poin, sedangkan Sagan di posisi enam dan meraih 10 poin. Ini tak lepas dari kerja sama tim Deceuninck Quick-Step yang mendukung Bennett. Pada titik sprint itu, dia didukung oleh Remi Cavagna, Kasper Asgreen, Michael Morkov, dan Dries Devenyns.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada tim saya. Ini hari yang sangat berat dan saya kemungkinan balapan dengan cara yang membuat para pebalap lain frustrasi, tetapi mereka sangat kuat sehingga saya harus seperti itu. Saya harus membuang jauh (target memenangi etape) dan fokus pada Sagan serta pada pertarungan untuk klasifikasi poin,” ujar Bennett.
“Saya meninggalkan semua yang saya punya di jalan untuk mengamankan ini. Saya dekat dengan kemenangan dan jersei hijau? Pertama saya harus menyelesaikan etape besok (20). Saya pikir, jika kondisinya tepat, saya hanya perlu finis pada Minggu,” tegas Bennett.
Bennett akan kembali mendapat dukungan penuh dari rekan-rekannya yang sangat solid. “Target kami di akhir Tour ini adalah mempertahankan jersi hijau dengan Sam Bennett dan saya pikir kami di jalur yang tepat. Dia orang hebat dan saya menikmati membalap untuk dia,” tegas Cavagna yang menjadi pebalap paling agresif pada etape 19.
Etape 19 yang relatif datar ini dimenangi oleh pebalap Sunweb Soren Kragh Andersen yang finis solo. Ini kemenangan solo kedua pebalap asal Denmark itu di Tour de France 2020. Dia melakukan breakaway pada 16 kilometer terakhir dan melesat sendirian dengan kecepatan 57,5 km/jam.
“Saya harus mengatakan bahwa dalam kilometer terakhir, saya sebenarnya berteriak dalam ketidakpercayaan yang murni. Saya meraih dua kemenangan etape di Tour de France yang sama. Ini luar biasa. Saya tidak bisa berkata-kata,” tegas Andersen.
“Ketika saya melihat siapa saja di dalam grup yang memisahkan diri, saya menyadari saya bersama dengan beberapa pebalap terbaik dunia untuk balapan seperti ini. Saya sejujurnya tidak tahu bagaimana mengalahkan mereka, dan saya dalam batas terakhir juga. Tetapi kemudian saya menyadari bahwa, jika saya menjaga terus sedikit selisih waktu, itu mungkin bisa membuat saya menjauh. Dan itu yang terjadi. Ini kenangan yang akan saya ingat terus di sisa hidup saya,” ujar Andersen.
Roglic vs Pogacar
Dalam etape 19 ini para pebalap yang berbut gelar juara umum tidak memaksakan diri. Mereka menghemat tenaga untuk persiapan individual time trial pada Sabtu yang akan menguras energi. Masing-masing pebalap akan start satu per satu dan sendirian melawan detak jam. Dalam etape 20, dua pebalap Slovenia, Roglic dan Pogacar akan menjadi sorotan. Mereka kini berada di posisi pertama dan kedua klasifikasi umum dengan selisih 57 detik. Pogacar belum menyerah, dan akan berusaha mengulang kemenangan atas Roglic pada ITT dalam kejuaraan nasional Slovenia.
“Ini bukan benar-benar hari pemulihan. Kami memulai dengan cukup berat, dengan Bora mengejar. Di pertengahan ini lebih mudah, tetapi kemudian ada beberapa serangan di akhir yang menaikan kecepatan. Namun, ini hari lain yang bagus, etape lain yang bisa diselesaikan, dan sekarang saya mulai memikirkan pemulihan untuk besok (etape 20),” ujar Roglic yang menjadi andalan tim Belanda, Jumbo-Visma.
“Kami melakukan observasi time trial besok pada hari ini. Tentu saja, pendakian terakhir sangat berat. Ini tentang menjadi kuat dan mengerahkan segalanya. Saya akan benar-benar mempertimbangkan mengganti sepeda untuk pendakian terakhir di saat terakhir. Ini akan tergantung pada banyak hal, pada kondisi dan sebagainya. Setelah tiga pekan balapan, saya tahu persis di mana saya berada dan akan di mana posisi saya pada ITT,” tegas Roglic.
Strategi untuk ITT bagi Pogacar juga akan ditentukan dengan analisis detail bersama timnya, Tim UEA Emirates. Dia juga masih berpeluang meraih jersei polkadot sebagai raja tanjakan, tetapi fokusnya adalah jersei kuning. “Semuanya masih mungkin, tetapi akan sulit dipercaya jika saya memenangi Tour de France besok. Jersei raja tanjakan? Ini ITT, jadi saya akan tancap gas dari start hingga finis, seperti yang biasa saya lakukan. Ini ITT dan semua orang akan sendiri di luar sana, melawan diri sendiri. Ini masih rahasia apakah saya akan mengganti sepeda besok (sebelum tanjakan terakir), jika saya mengatakan sekarang, semua orang akan tahu,” tegas Pogacar yang meraih jersei putih alias pebalap muda terbaik itu.
Etape 20 akan menempuh jarak 36,2 kilometer dari Lure hingga La Planche Des Belles Filles dengan finis tanjakan sepanjang 5,9 kilometer berkemiringan rata-rata 8,5 persen. Finis tanjakan ini menjadi tantangan fisik bagi para pebalap yang semuanya sudah sangat letih setelah tiga pekan balapan.