Kepri Waspadai Munculnya Kluster Penularan di Sejumlah Asrama
›
Kepri Waspadai Munculnya...
Iklan
Kepri Waspadai Munculnya Kluster Penularan di Sejumlah Asrama
Penularan Covid-19 di sejumlah asrama menjadi sorotan di Kepri setelah muncul kluster ponpes di Bintan dan kluster asrama pekerja Batam. Namun, penanganan berjalan lambat karena kapasitas uji PCR masih sangat terbatas.
Oleh
pandu wiyoga
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Penularan Covid-19 di sejumlah asrama menjadi sorotan di Kepulauan Riau setelah muncul kluster di pondok pesantren di Bintan dan asrama pekerja Batam. Namun, pelacakan dan pengetesan berjalan lambat karena rasio tes dengan metode reaksi berantai polimerase atau PCR masih sangat rendah.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Gama Isnaeni, Minggu (20/9/2020), mengatakan, total santri yang positif Covid-19 di Pondok Pesantren Darussilmi sebanyak 44 orang. Jumlah pasien positif masih mungkin bertambah karena belum semua santri menjalai tes PCR.
”Jika sebelumnya yang terjangkit Covid-19 hanyalah santriwati, kini penyakit itu sudah mulai merebak di pondokan putra juga. Sebanyak tujuh santri putra diketahui positif Covid-19,” kata Gama.
Kepala Ponpes Darussilmi Imran Abdul Rasyid mengatakan, di sana terdapat 200 santri putri dan 230 santri putra. Mobilitas orang di pondok itu sekarang diawasi ketat oleh Dinkes Bintan dan Satpol PP Bintan. Tamu dari luar tidak diperbolehkan masuk hingga proses pelacakan dan tes PCR usai.
”Kegiatan pembelajaran di kelas, baik untuk santriwati maupun santriputra, untuk sementara ditiadakan. Aktivitas yang diizinkan hanya mengaji dan olahraga,” ujar Imran.
Gama menambahkan, santri yang telah diambil sampel usapnya untuk tes PCR baru 200 orang. Sampel usap mereka dikirim ke Balai Teknik Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I yang berada di pulau terpisah, Batam. Hasil tes terhadap 70 orang di antaranya belum keluar.
Sementara itu, di Batam, kluster penularan Covid-19 juga muncul di asrama pekerja kawasan Muka kuning. Hingga 19 September, dilaporkan 30 buruh yang tinggal di asrama pekerja kawasan industri Batamindo dan Panbil dilaporkan positif Covid-19.
Di sana, satu kamar ditempati sekitar 16 orang.
Sebelumnya, General Manager Kawasan Industri Batamindo Mook Sooi Wah mengatakan, di Kawasan Industri Batamindo ada 9.000 buruh yang tinggal di asrama. Saat ini, pengelola telah menyiapkan 18 gedung asrama untuk karantina pekerja yang menjalin kontak dengan pasien positif.
Satu gedung asrama tersebut bisa menampung hingga 108 orang. Menurut Mook, jumlah gedung yang disediakan untuk lokasi karantina pekerja itu masih bisa ditambah mengikuti perkembangan jumlah buruh yang kontak dengan pasien positif Covid-19.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Batam Rudi Sakyakirti memperkirakan ada belasan ribu buruh yang tinggal di dua asrama industri tersebut. Di sana, satu kamar ditempati sekitar 16 orang. Hal ini menyulitkan penanganan karena penularan antarburuh yang tinggal di asrama itu terjadi dengan sangat cepat.
Anggota Komisi I DPRD Kepri, Uba Ingan Sigalingging, mengatakan, Komisi I segera menggelar pertemuan dengan Gubernur Kepri Isdianto untuk membahas alokasi anggaran penanganan Covid-19. Mereka ingin mendesak Pemprov Kepri memprioritaskan penggunaan anggaran untuk membeli tambahan alat PCR.
”Fokus utamanya adalah mendorong Pemprov Kepri untuk menambah kapasitas tes PCR. Hal itu sangat mendesak karena belakangan ini jumlah kasus positif meningkat sangat cepat,” kata Uba.
Sampai sekarang Kepri hanya memiliki satu laboratorium, yakni BTKLPP Batam, untuk menguji sampel pasien Covid-19. Analis di BTKLPP Batam masih mengandalkan dua real-time PCR Bio-Rad CFX-9, sumbangan dari Singapura, yang memiliki kapasitas uji maksimal 186 sampel per hari.
Hal ini membuat pemeriksaan berjalan lambat. Contohnya, kasus positif di Ponpes Darussilmi sudah diketahui sejak 11 September, tetapi hingga sekarang gugus tugas baru dapat mengetes 130 santri dari total 430 santri karena kapasitas uji PCR di laboratorium BTKLPP yang terbatas.
Dengan kemampuan uji 186 spesimen per hari, berarti dalam satu pekan ada sekitar 1.400 sampel yang diperiksa. Jumlah itu masih di bawah standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 1 orang per 1.000 penduduk per pekan.
Mengacu pada standar itu, dengan jumlah penduduk Kepri 2,14 juta jiwa, seharusnya rata-rata jumlah pasien yang diperiksa menggunakan metode PCR minimal 2.140 orang per pekan.