Laju Penularan Makin Membuat Warga Waspada
Pejabat publik yang berpulang dalam status positif Covid-19 menyiratkan pesan bahwa wabah bisa menular kepada siapa saja. Virus penyebab Covid-19 terus menjangkiti berbagai kalangan, termasuk pejabat dan pesohor.
JAKARTA, KOMPAS — Laju penambahan kasus Covid-19 makin tak terbendung. Setiap hari nama-nama baru warga yang terjangkit virus korona baru cukup mengagetkan. Kasus baru menimpa warga dari berbagai kalangan, mulai dari warga biasa, pejabat, hingga kerabat dekat.
Sahbani (34) berangkat kerja dengan khawatir di tengah situasi pandemi Covid-19 dan mendungnya cuaca Jakarta, Minggu (20/9/2020). Pekerja Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air ini masih kerap bepergian memantau kebersihan sungai meski kota sedang gencar melakukan pembatasan sosial.
Di tengah rutinitas memantau sungai, Sahbani juga khawatir karena bermunculan kabar pegawai pemerintah di DKI Jakarta terpapar Covid-19 hampir sepekan terakhir. Seusai bekerja di sekitar Kalideres, Jakarta Barat, sore itu, dia terus mengingatkan para pekerja lapangan untuk saling menjaga jarak dan bermasker.
”Saya selalu ingatkan anak buah, terutama setelah beberapa kasus pejabat DKI meninggal kemarin. Pokoknya beres kerja langsung pulang, mandi, jangan mampir-mampir lagi. Pejabat yang ngantor aja kena, apalagi kita yang tiap hari kerja lapangan,” ujar warga Cengkareng, Jakarta Barat, itu saat dihubungi Kompas.
Baca juga : DKI Kembali Berduka, Camat Kelapa Gading Meninggal karena Covid-19
Ungkapan Sahbani itu adalah kegelisahannya sebagai pekerja di lingkungan administratif Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Belakangan, dia makin sering mendengar pekerja yang positif Covid-19 hingga akhirnya dirawat, bahkan meninggal.
Parahnya kasus Covid-19 baru dia rasakan setelah tahu kabar Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah berpulang pada Rabu (16/9/2020). Beberapa hari kemarin santer pula kabar Lurah Meruya Selatan dan Camat Kelapa Gading meninggal dalam status positif Covid-19.
Karena itu, Sahbani dan teman-teman kini makin jarang beraktivitas di kantor. ”Pokoknya saya dan teman-teman cuma isi absen, lalu pulang. Sekarang, kami sungguh hati-hati, jarang banget ngobrol dengan atasan langsung,” ujarnya.
Sahbani mungkin mewakili sebagian warga Jakarta yang kini makin waswas karena masifnya situasi pandemi. Sahbani, yang pada Agustus lalu relatif santai menanggapi Covid-19, sekarang melihat situasi menjadi sangat serius. Baginya kini, bukan tidak mungkin Covid-19 bakal mengenai keluarga dan saudara dekat.
Baca juga : Sekda DKI Saefullah Tutup Usia, Jakarta Kehilangan Putra Terbaik
Di Kelurahan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kosasih (39) juga makin aktif menyuarakan soal bahaya Covid-19 setelah sejumlah pejabat publik meninggal. Ketua RW 009 Kebon Kacang ini mewanti-wanti sejumlah warga, terutama yang berumur 45 tahun ke atas, untuk mengurangi aktivitas dan interaksi antarorang di kawasan Pasar Tanah Abang.
Pesan itu terus dilontarkan Kosasih lantaran orang-orang di atas umur 45 tahun kerap terpapar Covid-19. Setahu dia, Sekda DKI Jakarta yang meninggal beberapa hari lalu juga berumur lebih dari 45 tahun. ”Pokoknya bagi yang di atas umur itu, saya selalu ingatkan supaya kurangi bepergian. Pejabat gede saja bisa kena, apalagi warga biasa,” tuturnya.
Pengalaman Sahbani dan Kosasih agaknya mencerminkan kegelisahan sejumlah warga Jakarta saat ini. Mereka memahami bahwa Covid-19 bisa mengenai siapa saja, bahkan pejabat publik atau pesohor sekalipun. Covid-19 tidak memandang derajat atau pangkat seseorang, lalu tiba-tiba saja wabah ini membuat seseorang pergi dari dunia.
Pemahaman serupa dirasakan Mugiyono (41), warga Pademangan Barat, Jakarta Utara. Sepanjang Agustus lalu, ada empat warga yang meninggal di lingkungannya. ”Di sini orang masih antara percaya dan enggak percaya, tapi nyatanya orang yang meninggal ini positif Covid-19,” jelas Ketua RT 015 RW 013 Pademangan Barat ini.
Baca juga : Pusara Pengingat Pagebluk
Tak pandang bulu
Anggota Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, menuturkan, berpulangnya sejumlah pejabat publik karena Covid-19 semestinya menjadi alarm bagi publik. Situasi pandemi nyatanya tidak memandang pangkat atau jabatan. Banyak orang yang mengira penularan Covid-19 hanya terjadi di lingkungan kumuh, permukiman padat, belakangan dikagetkan dengan kasus di kluster kerumunan seperti kafe dan sebagainya.
Kasus penularan di DKI Jakarta, misalnya, belum membaik dan terus bertambah sekitar 1.000 pasien positif setiap hari. Begitu pula angka rasio positif di DKI Jakarta sepekan terakhir, yakni di angka 13,2 persen atau belum aman menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kluster penularan Covid-19 belakangan banyak terjadi pula di perkantoran milik Pemprov DKI. Terdapat 36 kantor yang pegawainya terpapar dengan total 212 kasus positif. Kantor dengan kasus terbanyak adalah Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Jakarta Utara dengan 25 orang tercatat positif. Terdapat kasus positif dari kantor Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan sebanyak 11 kasus, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara 3 kasus, dan kantin Dinas Kesehatan sebanyak 3 kasus (Kompas, 19/9/2020).
”Meninggalnya pesohor dan pejabat publik karena Covid-19 mestinya menjadi kewaspadaan bagi warga dan pemerintah. Protokol kesehatan yang berlaku tidak bisa dikompromi, pakai masker yang benar, jaga jarak, dan selalu mencuci tangan setelah beraktivitas,” jelas Hermawan.
Baca juga : Penularan Meluas, 212 Pegawai di 36 Kantor Milik DKI Positif Covid-19
Berdasarkan data Litbang Kompas, sejak Maret hingga pertengahan September 2020, tercatat 29 pejabat daerah (gubernur, bupati-wakil bupati, wali kota-wakil wali kota) positif Covid-19. Dari 29 nama itu, 24 orang sembuh dan 5 orang meninggal.
Sekretaris Umum IAKMI Husein Habsyi mendukung data paparan Covid-19 di kluster mana pun dilaporkan sejelas mungkin kepada publik. Sebab, keterbukaan informasi dibutuhkan untuk mendukung penyelidikan epidemiologi. Apabila potensi penularan diketahui, proses pelacakan, pemeriksaan, dan penanganan kasus bisa menjadi lebih cepat.
”Ini termasuk pada pejabat publik. Jujur dengan status positif Covid-19 justru menjadi respons baik untuk bisa melindungi orang di sekitarnya. Jadi, orang yang pernah melakukan kontak dengan dia bisa lebih siap dan waspada akan risiko penularan,” ucap Husein, Kamis (17/9/2020).
Husein menambahkan, keterbukaan status positif Covid-19 juga bisa mengurangi stigma soal penyakit ini. Setiap orang bisa tertular sehingga Covid-19 bukan aib yang harus ditutupi.
Baca juga : Butuh Keterbukaan Status Covid-19 di Kalangan Pejabat
Upaya mengingatkan publik juga terus berlangsung di kalangan warga sipil. Ketua Forum Rukun Tetangga dan Rukun Warga (RT/RW) DKI Jakarta M Irsyad selalu menekankan agar warga waspada dengan risiko kesehatan apabila tertular Covid-19. Sebab, warga selama ini lebih takut dengan peraturan, bukan karena risiko dari Covid-19.
”Masih banyak warga yang salah paham tentang peraturan soal masker, jaga jarak, dan sebagainya. Aturan itu, kan, untuk mereduksi risiko kesehatan Covid-19. Sekarang mereka lebih takut kalau diciduk petugas, dihukum bersih-bersih atau denda uang tanpa tahu risiko penularannya,” jelas Irsyad.
Irsyad menambahkan, berpulangnya sejumlah pejabat publik karena Covid-19 juga menjadi momen untuk menyadarkan pengurus warga akan ancaman situasi saat ini. Situasi ini menjadi pengetahuan bagi mereka, hal mengenai Covid-19 yang selama ini tak mereka pedulikan ternyata memang terjadi, bahkan hingga merenggut nyawa.
”Saya tanamkan ke rekan-rekan di pengurus RT dan RW bahwa kita mesti introspeksi diri soal penanganan Covid-19. Penggunaan masker, misalnya, kami tekankan sebagai pelindung agar diri tidak tertular atau menularkan. Ini juga menjadi pembelajaran bagi mereka yang menganggap Covid-19 itu main-mainan atau konspirasi, ternyata tidak. Banyak nyawa yang telah direnggut karena virus ini,” ucapnya.