Bantu Negara Miskin, Indonesia Berikan Hibah 12 Juta Dollar AS
›
Bantu Negara Miskin, Indonesia...
Iklan
Bantu Negara Miskin, Indonesia Berikan Hibah 12 Juta Dollar AS
Indonesia menyalurkan dana hibah senilai 12 juta dollar AS atau setara Rp 176 miliar untuk membantu negara-negara miskin dan rentan di Asia Pasifik. Dana hibah untuk membantu penanganan Covid-19.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah keterbatasan ruang fiskal, Indonesia tetap berkomitmen membantu pemulihan ekonomi kawasan. Dana hibah senilai 12 juta dollar AS atau setara Rp 176 miliar digelontorkan untuk membantu negara-negara miskin dan rentan di Asia Pasifik.
Pemerintah Indonesia memberikan dana hibah yang akan disalurkan melalui Asian Development Fund (ADF). Mengutip siaran pers yang dirilis Senin (21/9/2020), dana hibah untuk membantu penguatan sektor kesehatan, risiko bencana, adaptasi perubahan iklim, infrastruktur, dan tata laksana pemerintahan yang baik (good governance).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia sebagai pemegang saham terbesar ke-6 di Bank Pembangunan Asia (ADB) dan ketua negara-negara Konstituen Suite 5 harus memainkan peran penting di tingkat internasional kendati dalam kondisi serba terbatas. Banyak negara kawasan yang perlu dibantu karena ruang fiskalnya lebih kecil dari Indonesia.
Negara-negara donor ADB sepakat menambah ketersediaan dana ADF selama periode 2021-2024. Tambahan ketersediaan dana ADF ditargetkan lebih dari 4 miliar dollar AS.
”Strategi kemitraan menempatkan ADB sebagai mitra utama dengan solusi inovatif untuk tantangan pembangunan yang kompleks,” kata Sri Mulyani.
Banyak negara kawasan yang perlu dibantu karena ruang fiskalnya lebih kecil dari Indonesia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, tidak ada negara di dunia yang sepenuhnya siap menghadapi pandemi yang penyebarannya sangat masif dan berdampak besar bagi kehidupan. Ketimpangan kesiapan menghadapi pandemi terjadi baik di tingkat nasional maupun global.
Di tingkat nasional, ketimpangan umumnya terjadi pada kapasitas sistem surveilans pandemi yang belum kuat, sistem kesehatan yang terbatas, koordinasi antarlembaga yang belum efektif, dan komunikasi publik yang belum optimal. Sementara di tingkat global, ketimpangan pada rantai pasok masih lemah, serta koordinasi riset belum kuat.
Presiden ADB Masatsugu Asakawa menuturkan, ADB berkomitmen membantu pemulihan kawasan Asia Pasifik pascapandemi. Dukungan diberikan kepada negara-negara berkembang untuk membantu pembiayaan dampak Covid-18 dan pemulihan ekonomi senilai total 20 miliar dollar AS.
Terbaru, ADB menyetujui pinjaman senilai 1,5 miliar dollar AS untuk Indonesia melalui program pembiayaan jalur cepat (fast track financing). Pinjaman dari ADB akan digunakan untuk program penanggulangan Covid-19 terkait kesehatan dan penghidupan masyarakat, serta perekonomian nasional.
Pemulihan kawasan
ADB dalam laporan terbarunya memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia diperkirakan terkontraksi 0,7 persen pada 2020. Kontraksi ekonomi kawasan tahun ini merupakan yang pertama sejak tahun 1960-an atau enam dekade silam.
Dalam laporan bertajuk ”Kesehatan di Momen Mengkhawatirkan” tersebut, pemulihan ekonomi kawasan diperkirakan pulih pada 2021 dengan proyeksi pertumbuhan 6,8 persen.
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 1 persen pada 2020. Namun, kondisi perekonomian diproyeksi berbalik secara signifikan pada 2021, yakni tumbuh 5,3 persen. Proyeksi pertumbuhan bisa lebih rendah jika kondisi sosial ekonomi domestik memburuk.
Kesehatan harus diarahkan pada kesehatan yang lebih holistik termasuk aspek kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.
ADB Chief Economist Yasuyuki Sawada menuturkan, pemulihan ekonomi kawasan harus dilandasi koordinasi yang kuat antarnegara. Prioritas kebijakan mesti difokuskan pada promosi dan fasilitasi kesehatan. Pemulihan kesehatan masyarakat pascapandemi akan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi.
”Kesehatan harus diarahkan pada kesehatan yang lebih holistik termasuk aspek kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Yasuyuki.
ADB memperingatkan negara-negara Asia Pasifik untuk mengantisipasi trajektori pemulihan ekonomi yang lebih lambat dari perkiraan. Skema pemulihan ekonomi tidak akan berbentuk huruf V karena proyeksi pada 2021 masih di bawah sebelum pandemi terjadi. Skema pemulihan ekonomi mungkin menyerupai huruf U, bahkan berisiko seperti huruf L.