Sarang Tarantula Jadi Kasa Pembalut Luka dan Asam Jawa untuk Putihkan Gigi
›
Sarang Tarantula Jadi Kasa...
Iklan
Sarang Tarantula Jadi Kasa Pembalut Luka dan Asam Jawa untuk Putihkan Gigi
Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang kembali berinovasi dengan membuat produk dari bahan di lingkungan sekitar. Mereka membuat kasa pembalu luka dari sarang tarantula serta membuat pemutih gigi berbahan asam jawa.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang kembali berinovasi membuat produk dari bahan yang ada di sekitarnya. Kali ini, hasilnya adalah kasa pembalut luka dari sarang tarantula serta pemutih gigi berbahan asam jawa.
Produk kasa diberi nama kasa spider silk protein (Kaspro). Dibuat dari sarang tarantula (Theraphosidaesp), terdapat dua jenis produk Kaspro, yaitu kasa gulung dan kasa plester.
Pembuatnya adalah lima mahasiswa lintas fakultas, yaitu Rizki Senna S, Ilham Maulana D, Resti Oktaviarni, Yushidayah NS, dan Molanika S. Inovasi itu dibuat dalam rangkaian Program Kreativitas Mahasiswa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Proses pembuatannya cukup menarik. Dua bulan sebelumnya, tim bermitra dengan pencinta tarantula di Indonesia. ”Sarang tarantula dipanen dan diproses menjadi kasa,” kata Yushidayah, manajer produksi Kaspro, Senin (21/09/2020).
Khasiat sarang tarantula yang menyimpan banyak manfaat masih jarang diketahui. ”Kandungan protein fibroin atau fibrinoin yang tinggi mampu membantu mempercepat penghentian darah dan mempercepat penyembuhan luka terbuka,” kata Rizky, ketua tim, menambahkan.
Keunggulan lainnya, menurut Ilham, adalah motifnya yang terinspirasi batik khas Nusantara. ”Harapannya, ikut memperkenalkan batik khas Nusantara kepada masyarakat. Ke depan, kami berencana menjual Kaspro secara daring,” katanya.
Dosen pembimbing Tim Kaspro, Zulfaidah Penata Gama, berharap inovasi ini bisa segera diproduksi. ”Harapannya, menjadi produk kasa unggulan Indonesia dan membantu memperbanyak kerja sama kemitraan. Tujuannya, menghasilkan nilai ekonomi berkelanjutan,” katanya.
Ming Cu, pemilik sekaligus mitra tarantula yang digandeng tim itu, mengatakan, inovasi kasa ini sangat menarik karena mampu mengubah limbah menjadi barang bermanfaat. ”Inovasi ini bagus sekali. Limbah tarantula jarang digunakan atau diolah kembali,” katanya.
Asam jawa
Kelompok mahasiswa Universitas Brawijaya lainnya berkreasi memanfaatkan tanaman asam jawa (Tamarindus indica L). Asam jawa itu dijadikan bahan utama pembuatan gel pemutih gigi. Mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah Ririn Lutvita Sari dari Fakultas Kedokteran Gigi, Afina Muti’ah Tuhepaly (Kedokteran Gigi), dan Kharisma Ghanyysyafira (Teknik).
”Gigi akan berubah warna yang sulit dihilangkan dengan menggosok gigi atau scalling (membersihkan gigi secara khusus). Salah satu caranya yang bisa digunakan dengan metode pemutihan gigi atau bleaching. Sayangnya, efek bahan bleaching gigi bisa meningkatkan porositas atau penurunan kekerasan enamel,” kata Ririn.
Lewat beragam studi, tim menemukan fakta potensi berbahaya itu bisa diminimalkan dengan menggunakan bahan asam malat (malic acid). Bahan itu, salah satunya, ditemukan di asam jawa. Dibuat gel, bahan itu dioleskan ke gigi selama kurang lebih 10-20 menit dan dilakukan 2-3 kali dalam sehari.
”Produk ini lebih efektif dan aman karena memiliki ukuran nanopartikel dan menggunakan bahan-bahan alami,” katanya.
Dosen pembimbing tim nanogel, Feni Istikharoh, menjelaskan, asam jawa memiliki kandungan asam malat dan asam oksalat cukup tinggi. Penelitian asam jawa menjadi nanogel berpotensi digunakan sebagai produk material pemutih gigi yang aman.
”Ini juga bisa mengurangi ketergantungan kita dengan produk luar negeri. Mayoritas kebutuhan produknya masih dari luar negeri,” katanya.