Kawasan Industri Batam Terpapar Covid-19, Ekonomi Kota Terancam Goyah
›
Kawasan Industri Batam...
Iklan
Kawasan Industri Batam Terpapar Covid-19, Ekonomi Kota Terancam Goyah
Sebanyak 130 buruh terpapar Covid-19 di kawasan Muka Kuning, Batam, Kepulauan Riau. Rencana pemerintah menghentikan operasi pabrik yang pekerjanya terpapar Covid-19 diwarnai penolakan dari kalangan pengusaha.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
BATAM, KOMPAS — Sebanyak 130 buruh terpapar Covid-19 di kawasan industri Muka Kuning, Batam, Kepulauan Riau. Rencana pemerintah menghentikan operasi pabrik yang pekerjanya terpapar Covid-19 diwarnai penolakan dari kalangan pengusaha yang khawatir menambah goyah perekonomian kota yang sedang rapuh.
Kepala Dinas Kesehatan Batam Didi Kusmarjadi, Selasa (22/9/2020), mengatakan, 130 buruh yang terpapar Covid-19 terdiri dari 67 pekerja PT Philips di Kawasan Industri Panbil dan 63 pekerja PT Infineon di Kawasan Industri Batamindo. Sebagian besar buruh yang terpapar kini dirawat di Rumah Sakit Khusus Infeksi Covid-19 Pulau Galang.
”Rencana penghentian operasi kedua perusahaan sudah disetujui Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Batam. Surat resmi tentang hal itu tengah diproses,” kata Didi.
Peristiwa terpaparnya buruh oleh Covid-19 ditanggapi serius oleh gugus tugas di Kepri karena hal serupa terjadi di Singapura yang merupakan tetangga dekat Batam. Bahkan, hingga 21 September, sebanyak 54.339 pasien dari total 57.606 pasien positif Covid-19 di Singapura merupakan penghuni asrama pekerja yang sebagian besar warga negara asing.
Komisaris Utama Grup Panbil Johannes Kennedy Aritonang mengatakan, dari hasil pelacakan diketahui para buruh PT Philips kebanyakan tertular dari orang di luar lingkungan kerja. Ia berpendapat, penghentian operasional pabrik tidak akan menyelesaikan masalah.
Lokasi khusus
Sementara itu, General Manager Batamindo Mook Sooi Wah menolak berkomentar soal rencana pemerintah menghentikan operasi PT Infineon karena belum menerima surat resmi mengenai hal itu. Meski demikian, ia telah menyiapkan lokasi khusus di asrama pekerja sebagai tempat karantina.
Di Batamindo ada 18 gedung yang disiapkan untuk karantina para buruh yang pernah kontak dekat dengan pasien positif Covid-19. Setiap gedung dapat menampung hingga 108 orang. Mook menambahkan, pengelola Batamindo juga menyiapkan gedung tambahan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk bertambahnya buruh pabrik yang terpapar Covid-19.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam Rafki Rasyid mengatakan, sebaiknya gugus tugas melibatkan pengelola kawasan industri dan manajemen pabrik dalam mengambil keputusan untuk menangani penularan di kluster industri. Ia khawatir penghentian operasi pabrik yang mendadak justru membuat mitra perusahaan Batam di luar negeri kecewa lalu memutus kontrak kerja.
Kalau perusahaan dihentikan operasinya, ribuan pekerja terancam dirumahkan. Tidak ada yang bisa menjamin mereka akan tertib menerapkan protokol kesehatan selama beraktivitas di luar lingkungan kerja. Hal ini justru sangat berbahaya. (OK Simatupang)
Selama pandemi, perekonomian Batam sangat bergantung kepada industri manufaktur. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam yang dipublikasikan pada 2 September 2020 menunjukkan nilai ekspor kumulatif pada Januari hingga Juli mencapai 5,27 miliar dollar AS. Ekspor nonmigas menyumbang 90,21 persen dari total nilai tersebut.
Menurut Ketua Koordinator Himpunan Kawasan Industri Kepri OK Simatupang, penghentian operasi bagi perusahaan yang pekerjanya terpapar Covid-19 bukan solusi yang tepat. Ia menilai, yang lebih mendesak dilakukan gugus tugas adalah pengetatan protokol kesehatan disertai sanksi denda bagi pelanggar sesuai dengan Peraturan Wali Kota Batam No 49/2020.
”Kalau perusahaan dihentikan operasinya, ribuan pekerja terancam dirumahkan. Tidak ada yang bisa menjamin mereka akan tertib menerapkan protokol kesehatan selama beraktivitas di luar lingkungan kerja. Hal ini justru sangat berbahaya,” ujar Simatupang.
Terus bertambah
Pada 21 September 2020, kasus positif di Batam bertambah 67 pasien. Pertambahan tersebut merupakan yang terbanyak sejak kasus pertama Covid-19 di kota ini ditemukan pada 19 Maret 2020. Selain pekerja pabrik, yang juga banyak terpapar Covid-19 di Batam adalah petugas kesehatan dengan jumlah 145 orang.
Simatupang berpendapat, meningkatnya jumlah kasus positif secara tajam di Batam belakangan ini perlu diatasi dengan segera meningkatkan kapasitas tes reaksi berantai polimerase (PCR). Tes PCR tersebut sangat vital agar gugus tugas dapat bergerak cepat mengarantina warga yang terpapar Covid-19.
Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Batam Budi Santosa mengatakan, sudah ada dua tambahan alat PCR. Hal tersebut meningkatkan kapasitas tes PCR di laboratorium mereka dari sebelumnya 186 sampel per hari kini menjadi 372 sampel per hari.
Dengan kemampuan uji 372 spesimen per hari, berarti dalam satu pekan ada 2.604 sampel yang diperiksa. Jumlah itu sudah memenuhi standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 1 orang per 1.000 penduduk per pekan.
Mengacu pada standar minimal itu, dengan jumlah penduduk Kepri 2,14 juta jiwa, rata-rata jumlah pasien yang diperiksa menggunakan metode PCR minimal 2.140 orang per pekan.