Sejarah nantinya akan mencacat masa yang sedang kita hadapi saat ini. Jangan salah mengambil keputusan penting, terlebih di saat genting.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
Jangan sampai kita, urusan kesehatan, urusan Covid, ini belum tertangani dengan baik kita sudah menstarter, me-restart di bidang ekonomi. Ini juga sangat berbahaya. Begitu kata Presiden Joko Widodo pada 7 September 2020.
Arahan agar masalah kesehatan betul-betul tertangani dengan baik tersebut disampaikan Presiden pada Sidang Kabinet Paripurna mengenai Penanganan Kesehatan dan Pemulihan Ekonomi untuk Penguatan Reformasi Tahun 2021. Pidato ini ditayangkan akun Youtube Sekretariat Presiden.
Istilah ”menstarter” muncul setelah sebelumnya publik lebih dulu dikenalkan dengan analogi atau konsep ”gas dan rem” dalam menyikapi kondisi di tengah pandemi. Hal ini terasa berkebalikan dengan kelaziman ketika mesin seharusnya ”distarter” dulu sebelum kemudian gas dan rem dimainkan.
Di satu sisi, di pekan pertama September 2020 ini, ada arahan agar jangan men-starter bidang ekonomi sebelum urusan kesehatan tertangani dengan baik. Di sisi lain, mekanisme gas dan rem sudah sekian minggu dijalankan di tengah pandemi Covid-19 yang masih mengancam.
Ancaman Covid-19 itu nyata. Adalah fakta bahwa hingga sekarang jumlah kasus positif dan meninggal akibat Covid-19 masih terus bertambah setiap hari di negeri ini. Pada 21 September 2020, penambahan kasus positif Covid-19 mencetak rekor baru, yaitu 4.176 kasus.
Kemudian, pada 22 September 2020, jumlah kasus positif Covid-19 tercatat sebanyak 4.071 kasus sehingga totalnya menjadi 252.923 kasus, terhitung sejak diumumkannya pasien kasus pertama pada 2 Maret 2020. Adapun untuk kasus sembuh ada penambahan 3.470 kasus menjadi 184.828 kasus dan kasus kematian bertambah 124 kasus menjadi 9.837 kasus.
Beberapa hari lalu, publik pun kembali disuguhi benturan pendapat terkait langkah penanganan di tengah pandemi Covid-19. Khususnya menyangkut rencana penerapan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta setelah beberapa waktu di masa PSBB transisi.
Sejumlah menteri melontarkan kontra-argumentasi terhadap rencana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menerapkan PSBB di Jakarta. PSBB fase kedua di Jakarta pun akhirnya ditetapkan dengan langkah relatif tidak jauh bedanya dibandingkan dengan PSBB masa transisi. Aturan PSBB saat ini tidak seketat PSBB pertama saat kasus Covid-19 belum setinggi sekarang.
Soliditas pemerintah, baik antara pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, antarkementerian dan lembaga, dalam mengambil kebijakan dibutuhkan agar penanganan pandemi Covid-19 benar-benar fokus. Dan, menghadapi pandemi, fokus pada kesehatan bukanlah opsi, melainkan menjadi keharusan.
Arah dan detail kebijakan yang fokus pada kesehatan atau menomorsatukan kesehatan perlu pula dikomunikasikan dengan jelas. Hal ini agar tidak menimbulkan kegamangan dalam implementasi di lapangan.
Arah dan detail kebijakan yang fokus pada kesehatan atau menomorsatukan kesehatan perlu pula dikomunikasikan dengan jelas. Hal ini agar tidak menimbulkan kegamangan dalam implementasi di lapangan.
Salah tafsir antarpihak berpotensi terjadi ketika ada pernyataan yang mengambang. Istilah-istilah yang dirasa akan membingungkan sepatutnya dihindari agar tidak menimbulkan bias.
Beberapa kalangan menyuarakan pandangan bahwa keberhasilan menangani Covid-19 akan memastikan pemulihan ekonomi. Semakin cepat masalah kesehatan teratasi, semakin cepat pula ekonomi kembali pulih.
Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, misalnya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan minus 1,5 persen sampai minus 3 persen. Ada kemungkinan ekonomi Indonesia tumbuh positif di pada 2021. Namun, seberapa cepat pemulihan ekonomi tersebut tergantung kecepatan penanggulangan pandemi di negeri ini.
Menimbang itu semua, sinergi untuk mencari solusi, itikad duduk bersama demi memecahkan persoalan, kemauan menenggang dan beradu gagasan tanpa saling menyalahkan diperlukan untuk mengatasi Covid-19 dan menangani dampaknya.
Sejarah nantinya akan mencacat masa yang sedang kita hadapi saat ini. Jangan salah mengambil keputusan penting, terlebih di saat genting.
Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak kemanusiaan luar biasa bagi masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. Sejarah nantinya akan mencatat masa yang sedang kita hadapi saat ini.
Publik akan mengingat pihak yang di tengah pandemi ingin fokus dulu di kesehatan, pihak yang ingin berdiri di dua kaki: kesehatan dan ekonomi, serta pihak yang lebih condong ke ekonomi.
Sebagaimana kita menengok ke belakang saat melihat penanganan pandemi-pandemi di masa lalu, generasi mendatang pun akan melihat apa yang kita kerjakan sekarang. Jangan salah mengambil keputusan penting, terlebih di saat genting.