Pandemi Covid-19 Menurunkan Kualitas Hidup Warga Lansia
›
Pandemi Covid-19 Menurunkan...
Iklan
Pandemi Covid-19 Menurunkan Kualitas Hidup Warga Lansia
Di nmasa pandemi Covid-19, kerentanan yang dialami warga lanjut usia meningkat. Selain akses terhadap layanan kesehatan makin terbatas, warga lansia juga mengalami penurunan status sosial dan ekonomi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona baru berdampak pada berbagai kehidupan masyarakat, termasuk kehidupan warga lanjut usia. Berbagai kerentanan dialami, sedangkan upaya perlindungan bagi warga lanjut usia masih minim.
Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Maliki mengatakan, pandemi Covid-19 menurunkan kualitas hidup warga lanjut usia atau lansia. Hal itu terkait dengan aspek kesehatan, sosial, dan ekonomi.
”Pada aspek kesehatan, pandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas fisik yang dilakukan (orang) lansia menurun. Selain itu, kesehatan mental juga berkurang. Setidaknya satu dari delapan (orang) lansia mengalami peningkatan pada kondisi depresi,” tuturnya dalam acara Puncak Peringatan Hari Lanjut Usia Tahun 2020, di Jakarta, Selasa (22/9/2020).
Penurunan status kesehatan lain yang dialami orang lansia meliputi keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan. Sekitar 45 persen dari populasi orang lansia khawatir ataupun takut pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan. Selain itu, 28 persen layanan kesehatan kini tutup dan tidak melayani pasien lansia.
Kekerasan meningkat
Selama masa pandemi ini, tingkat kekerasan terhadap warga lansia juga meningkat. Satu dari sepuluh warga lansia menyatakan mengalami kekerasan fisik ataupun verbal selama masa pandemi. Kondisi ini diperkirakan karena beban keluarga yang merawat dan menjaga warga lansia semakin besar.
Pada aspek kesehatan, pandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas fisik yang dilakukan warga lansia menurun.
Maliki mengatakan, pandemi juga menyebabkan status ekonomi dan sosial warga lansia menurun. Hal itu tampak dari penurunan pendapatan warga lansia. Sebagian besar warga lansia di Indonesia masih terpaksa bekerja. Akibat pandemi, separuh dari warga lansia mengalami penurunan pendapatan, baik pendapatan yang didapat dari hasil kerjanya maupun pendapatan dari anaknya.
Sementara pandemi mengancam kohesi sosial warga lansia. Sebesar 5 persen dari responden dari survei yang dilakukan Bappenas menyatakan tidak pernah menjalin hubungan sosial dengan orang lain, baik melalui alat komunikasi maupun komunikasi langsung. Sebesar 75 persen warga lansia menyatakan masih berkomunikasi dengan orang lain meskipun melalui teknologi komunikasi.
”Kita berharap pemberdayaan pada warga lansia bisa ditingkatkan. Karena itu, Bappenas bersama kementerian dan lembaga lain menyusun strategi nasional untuk mewujudkan (warga) lansia mandiri, sejahtera, dan bermartabat,” kata Maliki.
Rektor Universitas Respati Indonesia Tri Budi W Rahardjo menambahkan, pemberdayaan dan pendampingan secara utuh bagi warga lansia harus tetap berjalan di masa pandemi. Pemerintah telah menetapkan pedoman adaptasi kebiasaan baru bagi warga lansia. Untuk itu, pedoman tersebut harus bisa diimplementasikan dengan baik di masyarakat.
Dalam pedoman tersebut diatur agar warga lansia tetap terhubung dengan teman atau keluarga melalui teknologi informasi. Lansia juga diharapkan tetap melakukan latihan fisik dan mental untuk menghindari stress.
”Sukarelawan dari perguruan tinggi juga turut berperan dalam pendampingan (warga) lansia di masa pandemi. Salah satunya, kegiatan sekolah (warga) lansia tetap dilakukan dengan mengikuti adaptasi kebiasaan baru melalui kunjungan rumah,” kata Tri.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah warga lansia Indonesia pada 2019 sebanyak 25,66 juta orang atau 9,6 persen dari total penduduk. Berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia 2015-2045, jumlah warga lansia pada 2020 akan mencapai 28,72 juta atau 10,65 persen dari total penduduk.
Masalah kesehatan
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menambahkan, jumlah warga lansia yang banyak ini perlu disiapkan agar lebih berdaya dan memiliki kualitas hidup yang baik. Berbagai masalah kesehatan yang terjadi pada warga lansia saat ini menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Riset Kesehatan Dasar 2018 menyebutkan, jumlah warga lansia yang menderita penyakit tidak menular cukup tinggi. Prevalensi warga lansia yang mengalami hipertensi 63,5 persen, diabetes melitus 5,7 persen, dan penyakit jantung 4,5 persen. Selain itu, prevalensi warga lansia yang mengalami gangguan mental emosional 12,8 persen dan yang mengalami depresi 7,7 persen.
”Kondisi ini dapat memperberat penurunan kapasitas intrinsik penduduk yang berdampak pada penurunan daya tahan tubuh. Tingkat kemandirian (warga) lansia juga menurun dan faktor risiko demensia juga akan meningkat,” kata Terawan.
Untuk mempersiapkan warga lansia berkualitas di masa depan, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024. Adapun strategi yang akan dilakukan, antara lain, meningkatkan kuantitas dan mutu fasilitas kesehatan bagi warga lansia, meningkatkan data dan informasi bidang kesehatan lansia, serta meningkatkan peran dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan warga lansia.