Pilkada Kepulauan Riau Diikuti Tiga Pasangan Calon Gubernur dan Wakil
›
Pilkada Kepulauan Riau Diikuti...
Iklan
Pilkada Kepulauan Riau Diikuti Tiga Pasangan Calon Gubernur dan Wakil
Komisi Pemilihan Umum Kepulauan Riau menetapkan tiga pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur, Rabu (23/9/2020). Pelaksanaan pilkada serentak di tengah pandemi Covid-19 dikhawatirkan memunculkan kluster baru.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Komisi Pemilihan Umum Kepulauan Riau menetapkan tiga pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur, Rabu (23/9/2020). Pelaksanaan pilkada serentak di tengah pandemi Covid-19 dikhawatirkan memunculkan kluster baru sehingga protokol kesehatan harus benar-benar dipatuhi.
Ketua KPU Kepri Sriwati memimpin proses penetapan paslon secara virtual tersebut dari hotel yang berlokasi di Tanjung Pinang. Tiga paslon cagub dan cawagub yang akan bersaing pada pilkada 9 Desember mendatang adalah Isdianto-Suryani, Soerya Respationo-Iman Sutiawan, dan Anshar Ahmad-Marlin Agustina.
”Sebelumnya, kami telah melakukan verifikasi data tiga paslon ini. Semua paslon tersebut telah memenuhi syarat dan ketentuan sehingga bisa kami tetapkan pada hari ini,” kata Sriwati.
Paslon Isdianto-Suryani diusung Hanura, PKS, dan Demokrat. Isdianto merupakan petahana gubernur Kepri dan adik dari almarhum Muhammad Sani yang menjabat gubernur Kepri pada 2010 hingga meninggal pada 2016. Isdianto ditetapkan sebagai gubernur Kepri setelah pengganti Sani (almarhum), yakni Nurdin Basirun, dibui karena korupsi pada 2019.
Adapun paslon Soerya-Iman didukung oleh PDI-P, Gerindra, dan PKB. Soerya pernah menjabat sebagai wakil gubernur Kepri pada 2010-2015 mendampingi almarhum Sani. Soerya juga mencalonkan diri pada pilkada 2015, tetapi kalah dari almarhum Sani.
Sikap pragmatis parpol yang terus saja mengajukan wajah-wajah lama ini membuat calon pemilih jenuh. Keengganan parpol melakukan regenerasi di struktur inti mereka berdampak buruk terhadap demokrasi.
Sementara itu, paslon Anshar-Marlin diusung oleh Nasdem, PPP, dan PAN. Anshar pernah menjabat sebagai wakil bupati Kepri saat Kepri masih berstatus kabupaten di Provinsi Riau pada 2001-2003. Ia juga pernah menjabat sebagai bupati Bintan pada 2005-2015, sedangkan Marlin adalah istri Wali Kota Batam Muhammad Rudi.
Pengajar Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang, Yudhanto Satyagraha, menilai, pilkada Kepri yang didominasi wajah-wajah lama itu akan membuat partisipasi pemilih menurun. Hal serupa terjadi juga pada Pilkada 2015.
”Sikap pragmatis parpol yang terus saja mengajukan wajah-wajah lama ini membuat calon pemilih jenuh. Keengganan parpol melakukan regenerasi di struktur inti mereka berdampak buruk terhadap demokrasi,” ucap Yudhanto.
Menambah kapasitas
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kepri Rusdani menyatakan, pemerintah Kepri perlu segera menambah kapasitas RS apabila pilkada tetap akan dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19. Aktivitas pilkada dipastikan tetap akan memancing kerumunan orang banyak dan berpotensi tinggi memunculkan kluster penularan baru.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kepri mencatat, hingga 23 September, terdapat 1.925 pasien positif. Kasus terbanyak ada di Batam dengan jumlah pasien positif mencapai 1.357 orang. Pada 22 September, pertambahan kasus di Batam mencapai 119 orang dan merupakan yang terbanyak selama ini.
Saat ini, ada 177 pasien Covid-19 gejala berat yang perlu dirawat di RS. Padahal, kapasitas ruang isolasi di 11 RS di Batam jumlahnya hanya 60 ruang. Adapun RS Khusus Infeksi Covid-19 Pulau Galang selama ini hanya bisa menanganani pasien tanpa gejala karena tidak memiliki dokter paru dan dokter anestesi.
”Ruang rawat pasien Covid-19 perlu dipersiapkan dengan serius. Akan bahaya kalau ruang rawat tambahan disiapkan dengan asal-asalan dan tidak dilengkapi filter udara, pasien lain bisa ikut tertular,” kata Rusdani.
Data IDI menunjukkan, sebanyak 35 dokter di Kepri terpapar Covid-19. Khusus di Batam, sebanyak 146 petugas kesehatan juga dilaporkan positif Covid-19. Rusdani menduga dokter dan petugas kesehatan itu kebanyakan tertular saat menangani pasien asimtomatik.