Pasca-penembakan Pendeta Yeremia, Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen Herman Asaribab menginstruksikan Danrem 173/PVB Brigjen Iwan Setiawan dan Asintel Kastaf Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Ardian T menginvestigasi.
Oleh
Edna C Pattisina
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Herman Asaribab memerintahkan Komandan Resor Militer 173/PVB Brigjen Iwan Setiawan dan Asisten Intelijen Kepala Staf Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Ardian Triwasana melaksanakan investigasi. Penyelidikan itu terkait penembakan di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, yang menewaskan Pendeta Yeremia Zanambani.
”Tim sudah berangkat sejak minggu lalu ke Distrik Hitadipa untuk melaksanakan pendalaman dan investigasi terhadap insiden tertembaknya Pendeta Yeremia Zanambani,” ujar Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Arm Reza Nur Patria, Rabu (23/9/2020).
Reza sebelumnya mengatakan, Herman menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Pendeta Yeremia yang tertembak. Ia mengharapkan situasi di Intan Jaya semakin kondusif pascapenyelidikan tertembaknya Pendeta Yeremia.
Sebelumnya, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Gomar Gultom mengecam keras penembakan yang menewaskan Pendeta Yeremia Zanambani, pendeta Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) dan tokoh suku Moni, Papua. Gomar yang mendapat laporan dari pimpinan GKII menyebutkan Pendeta Yeremia diduga ditembak oleh pasukan TNI pada Sabtu (19/9/2020). ”Saat itu beliau hendak ke kandang babinya,” kata Gomar.
Tim sudah berangkat sejak minggu lalu langsung ke Distrik Hitadipa untuk melaksanakan pendalaman dan investigasi terhadap insiden tertembaknya Pendeta Yeremia Zanambani.
”Saya menuntut Presiden untuk memerintahkan Kepala Kepolisian Negara RI mengusut kasus ini sampai tuntas dan membawanya ke ranah hukum,” ujar Gomar.
Saat ini, masyarakat lari ketakutan ke hutan. Menurut Gomar, perlu diadakan investigasi yang independen. Seandainya penembakan memang benar dilakukan oleh oknum TNI, operasi militer harus dihentikan.
”Cukup sudah Papua bersimbah darah. Segala bentuk kekerasan dan pendekatan militer tidak menyelesaikan. Jika betul penembakan ini oleh TNI, saya juga meminta Presiden untuk memerintahkan Panglima menghentikan segala bentuk operasi militer. Cukup lama sudah Papua bersimbah darah. Segala bentuk kekerasan dan pendekatan militer selama ini tidak menyelesaikan masalah Papua, malah menimbulkan lingkaran kekerasan yang tidak ada ujungnya,” tutur Gomar.