Perguruan tinggi diharapkan dapat merespons perubahan di era kemajuan teknologi dengan inovasi untuk mendorong kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Perguruan tinggi diharapkan dapat merespons perubahan di era kemajuan teknologi dengan inovasi untuk mendorong kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, perguruan tinggi juga diharapkan bisa menguatkan sinergi untuk mempercepat pembangunan bangsa.
Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin mengatakan hal itu dalam orasi ilmiah saat Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-55 Universitas Lampung (Unila), Rabu (23/9/2020). Orasi ilmiah itu disampaikan secara daring dari Jakarta dan disaksikan oleh pejabat di lingkungan kampus Universitas Lampung dari Gedung Serba Guna (GSG) Unila di Bandar Lampung.
Wapres mengatakan, inovasi harus menjadi basis utama dalam pengembangan perguruan tinggi di Indonesia. Dia mencontohkan, Apple sebagai perusahaan teknologi mampu menghasilkan produk unggulan dan memiliki nilai valuasi yang tinggi karena konsinten melakukan inovasi. Hal itu menunjukkan bahwa inovasi lebih bernilai dari sumber daya.
Dalam konteks negara, lanjut dia, tingkat pendapatan sebuah negara yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB) berhubungan dengan kinerja inovasi. Dalam Laporan Global Innovation Index (GII) 2020, negara dengan skor inovasi yang tinggi cenderung memiliki PDB yang tinggi. ”Hal ini menunjukkan inovasi memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan negara,” katanya.
Dia menilai perguruan tinggi berperan penting dalam mengembangkan inovasi melalui riset di berbagai bidang keilmuan. Apalagi, Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara di Asia dalam bidang inovasi.
Menurut laporan GII 2020, Indonesia berada pada peringkat ke-85 dari 130 negara di dunia. Peringkat ini masih sama dengan penilaian dua tahun sebelumnya. Posisi Indonesia juga masih jauh tertinggal dengan sejumlah negara Asia, seperti Singapura yang berada di urutan ke-8.
Kondisi itu tentu harus menjadi perhatian semua pihak, terutama perguruan tinggi yang bertugas mencetak peneliti. Apalagi, Pemerintah Indonesia juga telah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk kegiatan riset dan inovasi.
Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara di Asia dalam bidang inovasi.
Selain itu, Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang besar. Sayangnya, rasio jumlah peneliti di Indonesia saat ini baru 89 orang per 1 juta penduduk.
Selain inovasi, perguruan tinggi juga perlu meningkatkan daya saing dan sinergitas antarlembaga. Dua hal ini merupakan kunci untuk meningkatkan kecepatan layanan dan pertumbuhan ekonomi negara.
Dengan persaingan yang makin kompetitif, Indonesia tidak punya pilihan selain harus meningkatkan produktivitas nasional melalui peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia. Selain itu, pemanfaatan teknologi, inovasi, dan iklim usaha juga harus lebih baik.
Wapres berharap perguruan tinggi mampu mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia. Perguruan tinggi perlu menekankan pada pendidikan yang lebih terarah dan meningkatkan keterampilan agar lulusannya dapat mandiri dan mampu berinovasi.
Selain itu, perguruan tinggi juga harus beradaptasi dengan perubahan zaman, termasuk mampu menerapkan pembelajaran jarak jauh. Tak kalah penting, perguruan tinggi harus membekali pendidikan karakter kepada mahasiswa.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor Unila Karomani mengatakan, Unila memprioritaskan program untuk meningkatkan daya saing dan inovasi oleh dosen dan mahasiswa. Saat ini, Unila telah membentuk tim percepatan guru besar untuk meningkatkan jumlah dosen bergelar profesor. Dalam satu sementer ini, misalnya, ada usulan 30 guru besar yang sedang diproses.
Selain itu, Unila juga memperkuat pembangunan sistem teknologi informasi di lingkungan kampus agar mahasiwa dan dosen bisa mengakses jurnal internasional dengan mudah. ”Kalau Fokus ke situ, kami yakin karya inovasi dan hak paten yang dihasilkan Universitas Lampung akan lebih banyak,” ujarnya.