Hanya mendapat dua ”rebound” dalam 43 menit adalah bencana bagi penampilan pemain bertubuh besar LA Lakers, Anthony Davis. Naik dan turun performa sang megabintang membayangi mimpi juara Lakers.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
ORLANDO, RABU — Saat Anthony Davis di performa puncak, nyaris mustahil bagi tim lain ”menyentuh” kedigdayaan Los Angeles Lakers. Masalahnya, pemain minim pengalaman playoff ini masih jauh dari kata konsisten. Dalam dua hari, dia berubah dari pahlawan menjadi salah satu biang kekalahan Lakers di gim 3 Final Wilayah Barat.
Nama Davis dipuja-puja setelah gim 2. Lemparan tiga angka di detik akhir pertandingan sukses memenangkan Lakers secara dramatis. Pemain bertubuh besar ini dinilai akan membawa timnya melenggang mulus ke final NBA.
Momentum itu justru lenyap begitu saja dua hari setelahnya, pada gim 3, Rabu (23/9/2020), di ”gelembung” Orlando. Davis, yang menyandang tanggung jawab besar, justru tenggelam. Penampilan kurang agresifnya membuat Lakers menyerah dari Nuggets, 106-114.
Pemain beralis tebal ini mencetak 27 poin. Sumbangan yang sangat banyak dari satu pemain. Namun, tugasnya untuk menjaga area dalam, sebagai pemain bertubuh besar, gagal total. Dia hanya menghasilkan 2 rebound selama bermain 43 menit. Catatan itu merupakan yang terendah sepanjang karier playoff Davis.
”Davis mencetak 27 poin, yang mana terlihat bagus di lembar statistik, tetapi dia hanya membuat 2 rebound. Juga, dia tidak memperlihatkan keinginan bermain,” kata legenda hidup NBA, Charles Barkley, saat menjadi komentator NBA on TNT.
Sebagai satu-satunya pemain bertubuh besar yang bermain nyaris sepanjang laga, penampilan kurang agresif itu tidak bisa ditoleransi. Davis adalah andalan dalam merebut bola pantulan.
Tubuhnya paling atletis di tim, selain LeBron James, dengan tinggi menjulang 2,08 meter. Namun, jumlah rebound Davis justru imbang dengan guard veteran Rajon Rondo yang 23 sentimeter lebih pendek darinya.
Catatan itu membuat Lakers kalah jauh dalam urusan rebound dibandingkan dengan sang kuda hitam Nuggets. Skuad asuhan Frank Vogel hanya mencatat 34 rebound, sedangkan Nuggets mencapai 53 rebound.
Bagi Lakers, kalah rebound adalah hal buruk. Serangan andalan mereka berawal dari transisi kilat. Rebound dibutuhkan untuk melakukan serangan balik, dari posisi bertahan ke menyerang. Terbukti, kemenangan Lakers di dua gim awal diikuti dengan keunggulan rebound.
Davis menyadari, penampilannya jauh dari harapan. ”Saya harus berbuat lebih baik. Anda tahu, saya tidak boleh hanya memiliki jumlah rebound itu di sepanjang pertandingan. Ini sebuah hal yang tidak bisa diterima,” kata Davis yang mencatat rata-rata 9,5 rebound dalam 34 menit di dua gim lalu.
Di kuarter pamungkas, pemain berusia 27 tahun ini juga seperti bersembunyi. Dia hanya melakukan empat lemparan. Setengah kuarter terakhir, dia lebih banyak jalan kaki karena sudah kelelahan. Adapun di gim sebelumnya, dia mengambil alih permainan dengan mencetak 10 poin terakhir Lakers.
Konsistensi Davis pun dibutuhkan untuk membangkitkan Lakers pada gim 4, Jumat pagi WIB. Tanpa eksplosivitasnya, roda tim tidak akan berjalan karena hanya bertumpu pada seorang James, yang kemarin menghasilkan triple double.
Duel Lakers melawan Nuggets merupakan pertarungan duo fenomenal kedua tim. Davis-James menghadapi bintang muda Nikola Jokic-Jamal Murray. Ketika satu pemain tidak tampil bagus, kekuatan tim pasti timpang. Hal tersebut yang terjadi ketika Jokic bermain buruk di gim 1 dan Davis di gim 3.
”Kami masih unggul 2-1 dalam seri ini. Kami akan bangkit di gim selanjutnya. Jika memainkan gaya basket kami, dengan kecepatan dan agresif dalam bertahan, kami pasti akan baik-baik saja,” pungkas Davis.
Meski tertinggal 1-2, angin saat ini berpihak kepada Nuggets. Mereka mulai menemukan cara tepat untuk mengantisipasi skema bertahan lawan. Selain itu, situasi sekarang merupakaan kebiasaan bagi Nuggets, tetapi anomali untuk Lakers.
Tim asuhan Mike Malone ini sudah biasa tertinggal. Mereka dua kali bangkit dari ketinggalan, 1-3, untuk melaju ke final wilayah. Setelah mendapat pola kemenangan, Jokic dan rekan-rekan berubah seketika menjadi predator yang siap memangsa para unggulan.
Sementara itu, Lakers tidak pernah merasakan kalah di pertengahan seri. Dalam dua seri terdahulu, mereka tertinggal 0-1, lalu menang dalam empat gim setelahnya. Efek kejut dari Nuggets ini yang harus dihadapi mereka untuk mewujudkan target juara musim ini.
Menurut legenda hidup Lakers, Shaquille O’Neal, meremehkan Nuggets adalah kesalahan besar. ”Dengar, Anda harus tahu, dunia harus tahu, semua harus tahu. Nuggets tidak akan beranjak ke mana-mana kecuali Anda mengesampingkan mereka. Mereka bisa tertinggal, 0-2, 0-3, dan itu bukan masalah,” ucapnya. (AP)