Hari Tani Nasional seyogianya menjadi momentum bagi masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi produk petani lokal berkualitas. Dengan demikian, konsumen Indonesia dapat berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi lokal.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
Beragam produk pertanian dan pangan yang tumbuh di Tanah Air melahirkan aneka rasa. Ada rasa yang kerap menyapa lidah, ada pula yang tak lazim. Demi menghargai jerih payah petani yang menanam hingga memanen, sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di sektor pangan berupaya mengenalkan rasa itu kepada masyarakat.
Melalui teh Nusantara, Founder Haveltea Indonesia Widyoseno Estitoyo berharap dapat berkontribusi meningkatkan konsumsi dalam negeri. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan petani lokal secara berkelanjutan.
”Hari Tani Nasional seyogianya menjadi momentum bagi masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi produk petani lokal berkualitas. Dengan demikian, konsumen Indonesia dapat berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi lokal," tuturnya saat dihubungi, Rabu (23/9/2020).
Hari Tani Nasional seyogianya menjadi momentum bagi masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi produk petani lokal berkualitas. Dengan demikian, konsumen Indonesia dapat berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi lokal.
Acara Tea Pairing menjadi salah satu cara konkret Haveltea untuk meningkatkan konsumsi teh dalam negeri. Pada Agustus lalu, Haveltea menggandeng Rosalie Cheese mengadakan acara ini secara dalam jaringan.
Melalui acara tersebut, peserta diajak mencicipi teh dan keju yang diproduksi di dalam negeri. Sebelum acara, panitia mengirimkan beragam varian teh racikan Haveltea dan keju Rosalie Cheese ke tempat tinggal peserta. Terdapat 28 orang yang bergabung dalam ruangan virtual, termasuk panitia acara.
Kolaborasi dengan Rosalie Cheese bukanlah yang pertama. Widyoseno menceritakan, sebelum pandemi Covid-19 melanda, dia mengadakan acara mencicip teh secara fisik. Tentunya, pertemuan fisik bermuara pada pengenalan variasi teh yang lebih banyak dan interaksi yang insentif dengan peserta.
Dalam ruang digital, dia dan Founder Rosalie Cheese Anak Agung Ayu Sri Utami Linggih memandu peserta menikmati racikan teh cold brew bernama White Angkasa dengan Black and White Cheese. ”Pertama kita hirup aromanya, kemudian seruput tehnya dan rasakan di lidah, jangan langsung ditelan. Lalu, kita teguk perlahan-lahan,” kata Widyoseno.
Ketika mengikuti panduan, ada sensasi sepat nan sejuk di lidah saat menyeruput teh. Sebelum menelan teh, dia juga menginstruksikan untuk menghela napas. Aroma teh pun memenuhi rongga mulut, lalu diteguk perlahan-lahan sehingga mengalir ke kerongkongan. Teh diminum setelah mencicip keju Black and White yang bertekstur krim lembut dengan rasa pahit.
Di tengah peserta mencicip paduan teh dan keju itu, Widyoseno mengatakan, White Angkasa terbuat dari teh putih premium yang merupakan jenis ”Silver Needle” dari Jawa Barat. Haveltea bekerja sama dengan perkebunan rakyat di Pasir Jambu, Bandung, untuk memperoleh teh ini. Teh putih ini dipetik secara hati-hati oleh petani pada pagi hari dan hanya 2 persen petikan dari perkebunan teh yang bisa diproses menjadi teh putih jenis ”Silver Needle”.
White Angkasa terbuat dari teh putih premium yang merupakan jenis ’Silver Needle’ dari Jawa Barat.
Sementara itu, Ayu menceritakan, Black and White Cheese merupakan keju dari susu sapi yang dihasilkan peternak lokal. Keju ini memiliki tekstur yang lembut, tetapi rasanya cukup tajam, seperti Blue Cheese.
Acara itu juga dihadiri William Wongso, salah satu tokoh kuliner Indonesia. ”Paduan ini, menurut saya, out of the box, beda dengan yang tradisional. Dalam trilogi Perancis, biasanya yang dipasangkan ialah roti, keju, dan wine,” ujarnya.
William menambahkan, rasa yang timbul kompleks dan tidak lazim. Rasa Black and White Cheese yang kuat langsung ternetralkan setelah meminum White Angkasa. Palet sensor di lidah pun terasa bersih. Teh racikan Haveltea juga berkarakter. Sayangnya, konsumen Indonesia masih menilai rasa teh hanya dari warnanya.
Teh racikan Haveltea juga berkarakter. Sayangnya, konsumen Indonesia masih menilai rasa teh hanya dari warnanya.
Ruli, salah satu peserta, merasa terkejut saat mencicip Black and White Cheese. ”Rasanya menarik. Selain itu, ternyata teknik cold brew membuat rasa tehnya lebih keluar,” katanya.
Fabian Yudhistira, peserta lainnya, baru pertama kali memiliki pengalaman mencicip teh dan keju lokal berkat acara Tea Pairing. Dia mengapresiasi acara ini karena, menurut dia, pengalamannya menyenangkan.
Melalui acara Tea Pairing, Widyoseno ingin mengajak konsumen Indonesia mengeksplorasi rasa. Misalnya, umumnya keju dimakan bersama dengan anggur. Namun, kali ini keju menjadi kudapan untuk minum teh.
Lewat acara ini, dia ingin memperkenalkan kepada peserta produk-produk Indonesia yang berkelas, bahkan bisa dikatakan lebih superior daripada produk impor. Dia berharap peserta dapat mengapresiasi produk-produk premium Indonesia, terutama di produk makanan dan minuman.
Co-founder Haveltea Ifana Azizah menyatakan, Tea Pairing kali itu menjadi panggung bagi teh dan keju lokal. ”Ini keju dan teh berkualitas dari Indonesia dan merupakan produk unggulan,” katanya.