Puluhan Ribu Kasus Kematian Covid-19 Mencemaskan Warga
›
Puluhan Ribu Kasus Kematian...
Iklan
Puluhan Ribu Kasus Kematian Covid-19 Mencemaskan Warga
Warga mencemaskan kasus kematian Covid-19 yang menyentuh angka 10.000 per 24 September 2020. Kecemasan tersebut dibarengi dengan sikap yang lebih waspada dalam menerapkan protokol kesehatan.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah warga di Jakarta cemas merespons kasus kematian Covid-19 secara nasional yang telah melebihi rekor 10.000 orang meninggal pada Kamis (24/9/2020) ini. Sebagian dari mereka berupaya lebih waspada menjalankan protokol kesehatan yang diinstruksikan pemerintah.
Respons warga bermunculan setelah terbitnya pembaruan data kasus Covid-19 nasional pada Kamis sore ini. Data tersebut mencatatkan penambahan kasus positif harian 4.634 pasien serta kasus kematian bertambah 128 orang. Jadi, total kasus positif dan kematian kini masing-masing berjumlah 262.022 orang dan 10.105 orang meninggal.
Supriyanto (46), pegawai kementerian yang berkantor di Cikini, Jakarta Pusat, mencemaskan penambahan kasus yang terus mencatatkan rekor baru. Dia menyadari penambahan kasus positif harian per 24 September adalah yang tertinggi sejak kemunculan kasus pertama di Indonesia. ”Sudah pembatasan sosial ketat, enggak berkurang-kurang juga kasusnya,” keluh pegawai Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ini.
Pria ini terutama mencemaskan kasus meninggal karena Covid-19 yang tiada henti. Menurut dia, meninggalnya pasien Covid-19 semakin merambah ke kenalan dan kerabat dekatnya. Sekitar dua bulan kemarin, misalnya, dokter kenalannya meninggal dan dimakamkan dengan protokol Covid-19.
Henderika (30), pekerja lepas yang ditemui di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat, merasa makin banyak rekan satu bidangnya yang positif Covid-19. Kondisi tersebut membuatnya khawatir kalau para kolega itu akhirnya meninggal.
”Saya takut karena situasi yang serba enggak pasti. Orang biasa sampai selebritas bisa meninggal karena Covid-19. Orang-orang yang meninggal, tetapi belum ketahuan positif atau enggak, itu juga saya dengar banyak. Kabar kasus-kasus yang seperti itu juga kurang mencuat,” ungkap perempuan ini.
Juanda (55), pedagang di sebuah toko emas, juga menakutkan penularan Covid-19 ke kalangan seusianya. Dia khawatir orang-orang lanjut usia banyak meninggal selama 2020. ”Orang-orang seusia saya pasti juga takut kalau kena Covid-19 sampai meninggal, harus ninggalin beban keluarga, pikiran sudah macam-macam ke arah sana,” ujarnya.
Kekhawatiran karena banyak kasus meninggal semakin membuat orang-orang waspada. Saat melintasi kawasan Cikini sepanjang Kamis siang, orang-orang cukup disiplin memakai masker saat beraktivitas. Baik Supriyanto, Henderika, maupun Juanda ditemui dengan masker yang tertutup rapat di sekitar mulut mereka.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko menuturkan, kewaspadaan publik sebenarnya adalah hal yang bagus. Artinya, mereka semakin sadar dengan bahaya dari penularan Covid-19 saat ini.
Menurut dia, pemerintah harus benar-benar memanfaatkan situasi kewaspadaan publik untuk optimalisasi pembatasan yang lebih efektif. Dalam artian, protokol jaga jarak di angkutan umum dan fasilitas publik diperketat. ”Di tengah situasi Covid-19 dan bencana banjir, saya harap protokol kesehatan itu tidak lagi longgar,” ucap Tri.
Sulfikar Amir, Associate Professor dan Sosiolog Bencana dari Nanyang Technological University, Singapura, sebelumnya juga mengingatkan bahwa kasus kematian orang karena Covid-19 bukan sekadar statistik. Meninggalnya orang-orang, terutama para tenaga kesehatan, adalah persoalan kemanusiaan yang juga adalah tanggung jawab pemerintah.
”Pandemi menyangkut persoalan yang sangat fundamental, yaitu nyawa manusia. Jadi, bagaimana selanjutnya kita bisa melindungi nyawa manusia dan menghindari kematian yang lebih banyak,” ucap Sulfikar dalam telekonferensi pers Lapor Covid-19 (
Pada Kamis ini pula, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga 14 hari ke depan. Masa PSBB yang mestinya berakhir per 28 September 2020 akan berlanjut hingga 11 Oktober.
Hal tersebut didasarkan pada data terbaru yang mulai menunjukkan penurunan kasus selama 12 hari terakhir. Namun, penurunan angka tersebut belum signifikan. Indeks penularan (Rt) Covid-19 kini relatif menurun, yakni 1,10 dibandingkan dengan sebelumnya, 1,14.
”Jumlah kasus aktif masih bertambah dan harus menjadi perhatian utama saat ini. Itu pula yang menjadi landasan keputusan untuk memperpanjang PSBB hingga 14 hari mendatang,” ujar Anies dalam keterangan tertulis, Kamis.