Risiko Penularan Covid-19 Saat Banjir Ada di Pengungsian
›
Risiko Penularan Covid-19 Saat...
Iklan
Risiko Penularan Covid-19 Saat Banjir Ada di Pengungsian
Sejumlah ahli mengingatkan kerumunan orang berisiko membawa penularan Covid-19 di tengah bencana banjir. Warga perlu mewaspadai lokasi pengungsian, di mana penjagaan jarak fisik sulit dilakukan.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kalangan akademisi mengingatkan Covid-19 berisiko menular di tengah bencana banjir. Risiko yang paling besar adalah saat warga menetap di lokasi pengungsian. Terbuka kemungkinan angka penambahan pasien Covid-19 melonjak jika tidak diantisipasi.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko menjelaskan, potensi besar penularan Covid-19 selama enam bulan ini terjadi pada kerumunan. Hanya dalam situasi itu, seorang yang positif Covid-19 sangat mungkin menularkan ke banyak orang. Sementara potensi penularan lewat genangan saat banjir kemungkinannya sangat kecil dan belum ada bukti secara ilmiah.
Menurut Tri, potensi kerumunan sangat mungkin terjadi ketika proses evakuasi menuju pengungsian. Dia khawatir proses tersebut tidak kondusif sehingga melonggarkan protokol kesehatan. Penularan bisa menjadi lebih parah apabila warga tidak saling menjaga jarak fisik di pengungsian.
”Potensi orang saling bersentuhan, apalagi berkerumun, sudah ada sejak genangan menerpa. Apabila orang ditempatkan pada tenda evakuasi yang tidak ada sekat jarak juga berpotensi menularkan virus. Andai saja ada satu orang yang sebenarnya positif tanpa gejala, semua orang yang berinteraksi dengannya terhitung sebagai kontak erat,” kata Tri saat dihubungi pada Kamis (24/9/2020).
Sejumlah warga mengakui evakuasi yang berlangsung di sejumlah lokasi di Jakarta saat terjadi genangan pada Senin (21/9/2020), berlangsung tidak kondusif. Misalnya, Andreas (30), warga Pancoran, Jakarta Selatan, lupa memakai masker saat harus segera evakuasi dari rumah yang terendam genangan setinggi 75 sentimeter. Dia buru-buru membawa keluarganya dan menyelamatkan berkas penting saat itu.
”Waktu itu genangannya lumayan tinggi, Pak RT sudah manggil-manggil supaya buru-buru keluar dari rumah. Enggak ingat lagi mesti jaga jarak, apalagi pakai masker. Yang penting selamat dulu,” ujarnya yang tinggal di bantaran sungai, Selasa (22/9/2020) silam.
Ketua RT 008 RW 001 Pengadegan Ruslan juga mengatakan banjir saat hujan beberapa hari lalu terhitung mendadak. Ada beberapa warga yang lupa mematuhi protokol kesehatan saat evakuasi.
Selain Jakarta, cuaca ekstrem juga menyebabkan beberapa wilayah lain banjir bandang. Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, banjir bandang yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat, menyebabkan 2 warga meninggal, 10 luka-luka, dan 78 orang mengungsi. Banjir bandang ini telah berdampak terhadap 133 keluarga atau 431 jiwa.
Banjir juga menggenangi 15 desa di dua kecamatan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Selasa (22/9/2020). Sementara itu, di Desa Karangmalang, Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terjadi puting beliung yang menyebabkan 25 rumah rusak ringan dan berdampak terhadap 33 keluarga.
Direktur Pengembangan Strategi Penanggulangan Bencana BNPB Agus Wibowo mengatakan, manajemen selama pengungsian pasti akan semakin sulit selama wabah. Risiko di pengungsian terhadap penularan akan sangat tinggi sehingga harus dikelola dengan hati-hati. ”Tempat pengungsian harus didesain per keluarga. Kalau pakai tenda besar sebagaimana biasanya, akan berisiko terjadi penularan Covid-19,” kata Agus.
Terkait situasi itu, Tri menekankan agar pemerintah mulai melakukan penyesuaian protokol Covid-19 saat evakuasi banjir. Banyak hal yang harus dipikirkan dalam proses evakuasi dan penyediaan pengungsian agar tidak terjadi potensi penularan. Dia menilai, perlu ada penyusunan dan sosialisasi terhadap protokol evakuasi bencana selama Covid-19.
Burrel E Montz, akademisi planologi lingkungan dari East Carolina University, Amerika Serikat, dalam Journal of Flood Risk Management Wiley Online Library Volume 13, Mei 2020, juga mengingatkan ada potensi risiko yang beririsan antara banjir dan pandemi Covid-19. Publikasinya berjudul Risk Management: Are there Parallels between Covid-19 and Floods? menjelaskan terjadinya perubahan lanskap peta risiko banjir selama pandemi Covid-19.
Burrel menekankan bahwa perlu ada penyesuaian langkah mitigasi banjir dengan protokol Covid-19. ”Dengan Covid-19 yang terus menular beberapa bulan belakangan, kita hanya punya sedikit pengalaman sehingga banyak sekali yang perlu dipelajari. Sementara kita punya banyak pengalaman soal penanganan bencana banjir. Dua hal ini perlu telaah lebih dalam agar penanganannya bisa meminimalkan jumlah korban,” tulisnya dalam laporan tersebut.