Teknologi Belajar Bantu Guru dan Siswa secara Bersamaan
›
Teknologi Belajar Bantu Guru...
Iklan
Teknologi Belajar Bantu Guru dan Siswa secara Bersamaan
Perbaikan kualitas pendidikan harus dilakukan secara bersamaan dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu guru, siswa, dan waktu.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbaikan kualitas pendidikan tidak lagi bisa dilakukan dengan menunggu tersedianya guru yang cakap atau kompeten. Peningkatan kualitas pendidikan saat ini harus dilakukan bersama-sama antara guru dan siswa supaya tidak membuang waktu dengan memanfaatkan teknologi belajar yang berkembang.
Pemerhati pendidikan yang juga Guru Besar Matematika Institut Teknologi Bandung, Iwan Pranoto, dalam acara webinar berjudul ”Sekolah Online, Redefinisi karena Pandemi?” yang didukung PesonaEdu Academy, Rabu (23/9/2020), mengatakan, upaya perbaikan kualitas pendidikan sudah sering dilakukan, tetapi hasilnya jalan di tempat. Sering kali pelatihan untuk meningkatkan kecakapan guru membuat mereka terpaksa meninggalkan tugas mengajar sehingga siswa terabaikan.
”Ada tiga unsur yang kita jarang bahas bersama, yakni murid, guru, dan waktu. Kita harus memandang ketiga hal ini secara bersamaan. Yang terjadi, sering kita memandang satu saja, bahkan waktu tidak pernah diperhatikan. Akibatnya, dalam kebijakan jadi bermasalah. Kita lelah melakukan banyak hal, tetapi dampaknya tidak ada,” jelas Iwan.
Iwan mengutarakan, realitas yang ada saat ini kecakapan guru dan siswa belum cukup. Cara berpikir yang selalu dipilih adalah dengan memperbaiki guru dengan pelatihan di Kelompok Kerja Guru ataupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran dengan mengeluarkan dana besar. Kondisi ini menyebabkan murid sering kali diabaikan, terutama jika guru berada di daerah terpencil.
”Kita berpikir, kalau kecakapan guru tinggi, baru perbaikan pendidikan bisa terwujud. Tetapi, masalahnya, berapa lama waktu untuk meningkatkan kecakapan guru? Sementara siswa terabaikan,” katanya.
Menurut Iwan, murid tidak dapat menunggu guru kompeten dulu untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Sebab, waktu terus berjalan. Nanti siswa lulus, lalu ada yang menjadi guru, masalahnya akan berulang kembali. Guru baru yang dihasilkan tetap tidak kompeten.
Iwan mendorong supaya guru dan murid harus diperbaiki secara bersama. ”Teknologi belajar memungkinkan guru dan murid untuk belajar bersama,” jelas Iwan.
Video singkat
Menurut Iwan, pemanfaatan teknologi belajar sampai sebelum pandemi masih minim. Guru di sekolah umum yang menggunakan teknologi belajar baru berjumlah sekitar 1 persen, sedangkan guru di bawah Kementerian Agama berkisar 9 persen. Setelah pandemi, penggunaan teknologi belajar meningkat sekitar 40 persen.
”Masalahnya teknologi belajar apa yang dimanfaatkan? Sebagian besar hanya grup Whatsapp. Jadi, kita harus berpikir memanfaatkan WA untuk memperbaiki keilmuan guru sekaligus untuk perbaikan pembelajaran siswa. Supaya optimal, harus menggunakan teknologi paling sederhana yang dikuasai saat ini,” jelas Iwan.
Kondisi pendidikan jarak jauh dengan mengoptimalkan Whatsapp, ujar Iwan, bisa dilakukan dengan membuat video belajar dengan topik tertentu berkisar tiga menit. Materi ini bisa diajarkan ke guru sehingga kemudian bisa disampaikan ke siswa yang belajar di rumah.
Sementara itu, pengajar Matematika di Universitas Sampoerna, Jakarta, Dhitta Puti Sarasvati, mengatakan, sekolah sebagai institusi pendidikan harus memastikan proses pendidikan berkualitas untuk semua anak. Ketika guru sudah berkualitas, upaya penting yang bisa dilakukan adalah meningkatkan akses anak untuk belajar mandiri serta orangtua dan masyarakat yang belajar kembali.
”Akses anak untuk belajar secara mandiri harus disediakan. Sumber daya itu perlu disediakan, misalnya bahan berkualitas, seperti buku digital interaktif,” kata Dhitta yang juga terlibat menggagas Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika (Gernas Tastaka).
Cara sederhana untuk memanfaatkan teknologi belajar, tambah Dhitta, juga dilakukan dalam training of trainer untuk peningkatan kualitas pendidikan matematika di jenjang SD/MI. ”Grup WA kami optimalkan untuk diskusi yang produktif. Ada satu sosok yang kami masukkan supaya bisa memberikan konten maupun memancing diskusi di grup WA yang membuat semua bisa belajar bersama,” ujarnya.
Sementara itu, Ahmad Rizali dari Presidium Gernas Tastaka mengatakan, kondisi pendidikan yang masih jauh dari harapan harus diatasi bersama. Salah satu yang menjadi perhatian Gernas Tastaka adalah soal pembelajaran matematika di SD/MI yang belum berkualitas.
”Kami membentuk kerelawanan gerakan nasional yang melibatkan guru, orangtua, dan mahasiswa. Kami mulai dari guru yang jadi sukarelawan untuk dilatih dengan diajak belajar bersama serta berbagi pedagogi dan konten. Mereka wajib menggerakkan kawan-kawannya,” kata Ahmad.
Hary Candra, pendiri dan pemimpin PesonaEdu Academy, mengatakan, PesonaEdu sudah 34 tahun mengembangkan e-learning. Ada 15.000 sekolah di 30 negara yang memakai konten digital pembelajaran sains, matematika, dan bahasa PesonaEdu buatan Indonesia.
”Kami ingin terlibat mendukung hadirnya sekolah online di Indonesia. Kami memiliki buku digital interaktif yang merupakan buku teks utama atau pendamping dari penerbit yang dilengkapi animasi interaktif, serta platform Learning Content Management System (LCMS) sebagai alat bantu untuk membantu guru membuat latihan, kolaborasi dan menyampaikan pembelajaran selaras PISA,” papar Hary.
Sekolah daring yang dikembangkan PesonaEdu dilakukan dengan pendekatan sister school. Menurut Hary, sekolah daring ini dapat menjadi kolaborasi guru yang andal dengan guru yang belum andal, bahkan sekolah yang tidak memiliki guru.
”Guru yang ada di sekolah online PesonaEdu Academy bukan menggantikan guru atau sekolah konvensional. Justru kami ingin guru yang ada ditandem supaya dapat mengembangkan pembelajaran online yang berkualitas secara cepat di mata pelajaran sains, matematika, dan bahasa,” ujar Hary.
Sebagai dukungan pendidikan daring di masa pandemi, PesonaEdu Academy akan membantu 1.000 sekolah. Para guru dan sekolah akan diberi akses buku digital interaktif dan platform LCMS karya anak bangsa yang sudah diakui dunia.