Pasien Sembuh Masih Rasakan Sejumlah Gejala, Efek Jangka Panjang Covid-19 Didalami
›
Pasien Sembuh Masih Rasakan...
Iklan
Pasien Sembuh Masih Rasakan Sejumlah Gejala, Efek Jangka Panjang Covid-19 Didalami
Sebagian orang sembuh dari Covid-19 memiliki gejala sisa, terutama nyeri di dada. Ahli kesehatan masih mendalami apakah hal itu berdampak secara jangka panjang terhadap pasien Covid-19.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penularan Covid-19 diduga memiliki efek jangka panjang terhadap kesehatan sejumlah pasien yang telah sembuh. Ahli kesehatan tengah mendalami dampak tersebut pada sejumlah pasien.
Dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Jakarta, Erlina Burhan, menuturkan, pasien yang hasil tesnya negatif secara umum memang telah sembuh. Mereka yang sembuh bahkan bisa dikatakan memiliki antibodi terhadap Covid-19. Namun, ada pula sebagian pasien yang memiliki gejala sisa meski telah negatif.
Gejala sisa yang Erlina sebut terjadi karena ada organ lain yang turut terdampak. Sebagian pasien yang dia temukan kerap mengalami nyeri dada. Meski begitu, kalangan pasien ini tidak lagi menularkan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
”Ada sejumlah gejala sisa, seperti sesak dada. Setelah dilihat, paru-parunya mengalami pemadatan. Kadang ada pula yang berdampak ke jantung. Dalam situasi tersebut, sejumlah pasien kami minta kontrol kembali meski telah negatif Covid-19,” tuturnya saat dihubungi, Jumat (25/9/2020).
Erlina masih mendalami dampak jangka panjang dari sejumlah pasien tersebut. Sebab, gejala sisa yang terjadi sangat bergantung pada kelainan pasien Covid-19. Ada sejumlah kasus kelainan yang cukup kuat sehingga menimbulkan gejala sisa.
Sejumlah dampak jangka panjang Covid-19 hingga kini masih ditelaah oleh sejumlah ahli kesehatan di berbagai negara. Studi dari Trinity College Dublin, Irlandia, mengungkap adanya rasa kelelahan yang terus-menerus dialami 52 penyintas Covid-19, setidaknya selama 10 minggu setelah ”pulih secara klinis” dari Covid-19.
Partisipan dalam studi awal yang belum menjalani peer review itu terdiri atas 71 pasien Covid-19 yang pernah dirawat di rumah sakit dan 57 pegawai rumah sakit yang positif Covid-19 dan mengalami sakit ringan. Rata-rata usia mereka 50 tahun.
Ada sejumlah gejala sisa, seperti sesak dada. Setelah dilihat, paru-parunya mengalami pemadatan. Kadang ada pula yang berdampak ke jantung. Dalam situasi tersebut, sejumlah pasien kami minta kontrol kembali meski telah negatif Covid-19.
Dalam studi, para peneliti mengkaji sejumlah faktor potensial, termasuk tingkat keparahan penyakitnya, kondisi kesehatan pasien sebelumnya, termasuk depresi. Mereka menemukan bahwa kelelahan dialami baik oleh pasien positif yang pernah dirawat di rumah sakit maupun yang tidak dirawat.
”Ciri-ciri infeksi virus SARS-CoV-2 telah diketahui, tetapi konsekuensi jangka menengah dan panjangnya tetap belum diketahui. Karena itu, perlu ada penelitian lanjutan terhadap dampak Covid-19 secara mendalam,” ujar Liam Townsend, peneliti utama dari St James Hospital and Trinity Translational Medicine Institute di Trinity College Dublin.
Pada Juli lalu, studi serupa juga dilakukan terhadap pasien Covid-19 yang telah pulang dari rumah sakit di Italia. Studi itu menemukan 87 persen pasien masih merasakan setidaknya satu gejala dalam 60 hari setelah jatuh sakit. Kelelahan dan sesak napas merupakan dua gejala yang paling banyak mereka rasakan.
”Kami melihat bukti ’Covid jangka panjang’ yang semakin banyak dan kelelahan adalah salah satu efek samping yang banyak dilaporkan. Studi ini menggarisbawahi bahwa kelelahan dialami baik oleh pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan,” kata Micahel Head dari University of Southampton, Inggris, yang menjadi salah satu peneliti dalam studi itu.
Waspada
Ketua Satuan Tugas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia Zubairi Djoerban menekankan agar pasien sembuh sebaiknya tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat. Sebab, potensi orang sembuh untuk menularkan, apalagi tertular Covid-19 lagi, masih belum diketahui. Dia menilai upaya preventif itu akan lebih baik.
Kami melihat bukti ’Covid jangka panjang’ yang semakin banyak dan kelelahan adalah salah satu efek samping yang banyak dilaporkan. Studi ini menggarisbawahi bahwa kelelahan dialami baik oleh pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.
”Sejauh ini, dampak jangka panjang itu masih belum diketahui. Tentunya berbagai upaya preventif penting dilakukan agar tidak terjadi penularan kembali. Seperti kita ketahui, kasus reinfeksi sudah terjadi di beberapa negara,” tuturnya.
Erlina juga menyampaikan, antibodi Covid-19 yang muncul dari orang sembuh tidak bertahan lama. Dia menjelaskan, antibodi tubuh terhadap Covid-19 hanya bertahan sekitar 3-12 bulan. Dengan demikian, kemungkinan kasus reinfeksi sangat mungkin terjadi.
”Kemungkinan reinfeksi itu tetap ada. Maka itu, tidak ada kompromi lagi terhadap protokol kesehatan. Jangan sampai ada orang sembuh yang merasa kebal terhadap Covid-19,” tutur Erlina.