Infrastruktur Mesti Wadahi Distribusi Bantuan Kemanusiaan
›
Infrastruktur Mesti Wadahi...
Iklan
Infrastruktur Mesti Wadahi Distribusi Bantuan Kemanusiaan
Pengelolaan infrastruktur semestinya mewadahi kebutuhan pengiriman bantuan kemanusiaan yang menuntut ketepatan waktu, jaminan mutu, ketepatan tujuan, daya angkut maksimum, dan kemudahan prosedur.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengelolaan infrastruktur jalan semestinya dapat mendukung kelancaran distribusi bantuan logistik kemanusiaan saat terjadi bencana alam ataupun di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang. Pengiriman logistik untuk bantuan kemanusiaan harus memenuhi lima aspek, yakni tepat waktu, jaminan mutu, tepat tujuan, daya angkut maksimum, dan kemudahan prosedur.
Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Agus Taufik Mulyono, Sabtu (26/9/2020), mengatakan, moda transportasi jalan memiliki keunggulan dalam mendistribusikan bantuan logistik dibandingkan dengan moda transportasi lain.
”Hal ini karena transportasi jalan dapat melayani node to door
(simpul ke pintu) atau door to node (pintu ke simpul) dan door to door (pintu ke pintu),” kata Agus saat memberi pidato kunci bertema ”Early Warning: Transportasi Jalan Humanitarian Mendukung Logistik Kemanusiaan pada Kehidupan Pascabencana Alam”.
Pidato disampaikan dalam seminar yang digelar secara daring oleh MTI Sulawesi Tengah, bertajuk ”Infrastruktur Transportasi dan Logistik pada Permukiman Baru di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”.
Menurut Agus, pelayanan transportasi jalan dapat mempercepat distribusi barang dari simpul transportasi, seperti pelabuhan, bandara, stasiun, dan terminal, menuju tujuan penerima. Selanjutnya, transportasi jalan juga melayani dari pintu ke pintu untuk mempercepat pemerataan distribusi barang dari rumah ke rumah.
Pendistribusian logistik kemanusiaan, terutama bahan pokok dan kesehatan (obat dan alat kesehatan), harus didukung infrastruktur jalan yang memadai. Pengelolaan dimaksud semisal menyangkut geometrik, perkerasan, manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta integrasi jaringan.
Manajemen logistik kemanusiaan berbeda dengan manajemen logistik komersial di sisi tujuan, pola permintaan barang, pola rantai pasokan, pola jaringan distribusi, dan lainnya. Di tengah pandemi Covid-19, manajemen logistik kemanusiaan pun penting disiapkan ketika nantinya akan ada pendistribusian vaksin.
”Wakil Menteri BUMN menyampaikan kepada kami, orang-orang transportasi, bahwa nanti ada 320 juta vaksin yang harus sampai ke penduduk. Vaksin itu harus disimpan dalam suhu minus. Dan, dibutuhkan dua jarum suntik untuk tiap vaksin, jadi ada 640 juta jarum suntik,” tutur Agus.
Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Syaifullah Djafar menyebutkan, ada pengaturan kembali infrastruktur transportasi dan logistik pascabencana gempa 7,4 SR pada 28 September 2018 di Sulteng.
Pengaturan ini didahului dengan perubahan rencana tata ruang wilayah (RTRW) di Provinsi Sulteng. ”Revisi RTRW Provinsi Sulteng kami susun dengan berbasis mitigasi bencana,” katanya.
Syaifullah menuturkan, setelah mengalami bencana alam, masyarakat sekarang juga mengalami bencana non-alam, yakni Covid-19. Infrastruktur transportasi dan logistik pun menjadi isu strategis di era adaptasi kebiasaan baru saat ini.
Jembatan penghubung
Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Sabtu, menyatakan telah menyelesaikan jembatan gantung penghubung jalur Palopo-Toraja Utara. Jembatan gantung di Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, tersebut resmi difungsikan pada Jumat, 25 September 2020.
Pembangunan jembatan itu merupakan upaya memulihkan konektivitas akibat bencana tanah longsor pada Juli 2020. Bencana tersebut memutus akses jalan nasional Palopo-Toraja Utara.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat meninjau lokasi pada Juli 2020 mengatakan, Kementerian PUPR menyiapkan penuntasan jembatan gantung dalam tiga bulan untuk memulihkan konektivitas.