Jumlah remaja di Indonesia mencapai puluhan juta jiwa. Jika dimanfaatkan dengan baik, jumlah yang besar ini tentu akan dapat membantu program upaya penanggulangan Covid-19 oleh pemerintah.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·5 menit baca
Saya mantan guru SMA yang banyak bergaul dengan remaja. Dulu, ketika masih berusia 15 tahun dan duduk di kelas satu SMA, saya aktif di gelanggang remaja. Saya ikut kegiatan olahraga dan kesenian. Di lingkungan permukiman, saya membantu pak RW mendata orang usia lanjut yang tak mempunyai keluarga. Mereka yang tergolong berusia lanjut yang tak mendapat dukungan dari anak mereka akan mendapat pendampingan dari kelurahan.
Petugas sosial dari kelurahan akan datang berkala mengunjungi mereka. Kadang-kadang saya ikut dengan petugas sosial tersebut. Mengunjungi para orang berusia lanjut yang hidup terpisah dari anak-anak mereka merupakan pengalaman yang berkesan bagi diri saya. Saya tak ingin jika saya berusia lanjut hidup sendiri. Saya ingin berkumpul dengan anak cucu saya.
Di kelurahan kami, Karang Taruna termasuk aktif. Kami sering mengadakan pertemuan untuk melakukan kegiatan sosial, juga kegiatan untuk mempererat rasa kekeluargaan antar-remaja. Setelah saya dewasa dan bekerja, saya disibukkan oleh tugas-tugas saya sehingga tak banyak kontak lagi dengan Karang Taruna. Namun, saya mendapat kesempatan untuk bergaul dengan remaja karena siswa saya berada di rentang usia 15 sampai 18 tahun.
Meski saya mengajar ilmu kimia, saya cukup dekat dengan mereka. Jika mereka ada persoalan, seharusnya menghubungi guru bimbingan dan konseling, tetapi tak sedikit yang memilih berkonsultasi dengan saya. Saya merasa anak-anak Indonesia cukup pintar dan ingin maju, tetapu harus didukung oleh bimbingan dan suasana yang menyenangkan.
Sekarang saya merasa Karang Taruna juga sudah dilibatkan dalam berbagai kegiatan masyarakat. Saya tahu ada yang bergerak dalam kebersihan lingkungan, bahkan juga ada yang mulai belajar berbisnis. Namun, saya berpendapat, dalam situasi pandemi Covid-19 ini, sebaiknya Karang Taruna juga dilibatkan. Jumlah remaja di masyarakat cukup banyak. Mereka dapat dilatih mengenai pengamalan protokol kesehatan di masyarakat, terutama di lingkungan permukiman mereka.
Saya membayangkan Karang Taruna melaksanakan kegiatan penyuluhan serta pembinaan dan pengawasan penerapan protokol kesehatan. Pada hemat saya, menggunakan remaja dari lingkungan sendiri akan lebih mudah diterima masyarakat. Masyarakat mengenal mereka, bukan orang luar. Mereka dapat berkomunikasi dengan akrab. Tinggal melatih bagaimana menjelaskan pentingnya protokol kesehatan pada remaja serta bagaimana berkomunikasi dengan masyarakat.
Saya rasa remaja yang tergabung dalam Karang Taruna ini akan merasa bangga dengan tugas mulia mereka. Selain kita mendapat bantuan tenaga, kegiatan ini juga akan menyadarkan remaja tentang pentingnya protokol kesehatan, mencegah pelanggaran dari kalangan remaja (yang sekarang masih sering terjadi), dan pemahaman ini akan menjadi kebiasaan hidup sehat sampai mereka berusia lanjut.
Bagaimana pendapat Dokter?
L di J
Wah, saya sangat setuju dengan usul Anda. Mudah-mudahan pihak yang berwenang dapat menerima dan mewujudkan keinginan Anda. Saya pernah beberapa kali berkunjung ke Kuba. Salah satu yang saya perhatikan adalah bagaimana Pemerintah Kuba memanfaatkan siswa SMP dalam memberantas jentik nyamuk demam berdarah.
Di Indonesia, tugas pencarian jentik nyamuk di keluarga dilaksanakan oleh juru pemantau jentik (jumantik). Di Kuba, kegiatan itu dilaksanakan setiap minggu oleh siswa SMP dengan bimbingan guru dan petugas kesehatan. Siswa ini berkeliling di permukiman dekat sekolah mereka bersama penghuni rumah mencari jentik nyamuk di tempat air tergenang. Jika ditemukan, mereka menyadari bahwa jentik tersebut dapat berkembang menjadi nyamuk yang dapat menularkan virus demam berdarah.
Pada kunjungan berikutnya, tidak boleh lagi ada jentik nyamuk demam berdarah. Anda benar, keterlibatan siswa SMP ini tidak hanya berkaitan dengan mata ajaran biologi, tetapi juga sekaligus menerapkan cara-cara pencegahan demam berdarah, yaitu dengan mencegah jentik nyamuk untuk tumbuh. Kuba berhasil menanggulangi demam berdarah dengan mengikutsertakan siswa SMP.
Jadi, besar kemungkinan jika kita ikutkan remaja Karang Taruna dalam upaya pemeliharaan kesehatan, termasuk pencegahan penularan Covid-19, kita akan dapat menuai keberhasilan.
Sebagian besar remaja yang tergabung dalam Karang Taruna mungkin masih sekolah meski dengan cara pembelajaran jarak jauh. Kita tak perlu mengganggu jadwal sekolah mereka. Mereka dapat aktif pada waktu-waktu luang secara bergantian. Lebih baik jika sekolah juga menganggap kegiatan Karang Taruna ini sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang diakui. Dengan demikian, motivasi siswa mungkin akan lebih kuat.
Sebenarnya banyak yang dapat dilakukan remaja di luar waktu sekolah. Kegiatan olahraga, kesenian, kegiatan agama, dan juga kegiatan sosial. Semua ini akan mendukung pembentukan pribadi sehat dan mempunyai kesadaran sosial. Sudah tentu kegiatan di luar rumah selama pandemi ini harus dibatasi dan pelaksanaannya harus menerapkan protokol kesehatan.
Di desa-desa sekarang mulai banyak remaja yang aktif. Mereka umumnya remaja desa, tetapi juga mulai banyak remaja yang sekolah di kota dan memilih untuk hidup di desa daripada menjadi pekerja di kota. Sebagian remaja sudah mempunyai keyakinan, dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, mereka dapat hidup di desa dengan penghasilan cukup.
Pada akhir 2019 lalu, serombongan remaja Pelita Desa berkunjung dan tinggal satu minggu di Kampung Marketer di Purbalingga, Jawa Tengah. Para remaja yang berasal dari Desa Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu merasa kagum melihat bagaimana remaja di Kampung Marketer dapat bekerja sesuai dengan hobi mereka di bidang teknologi informasi. Tak kalah pentingnya, penghasilan para remaja desa tersebut terhitung tinggi. Padahal, sebagian besar remaja yang jumlahnya ratusan tersebut hanya mempunyai latar belakang sekolah menengah.
Kampung Marketer tentulah didukung oleh aparat desa setempat. Namun, ide untuk membentuk Kampung Marketer ini merupakan ide para remaja di desa tersebut. Setelah berkembang, pemerintah desa dan masyarakat memberikan dukungan.
Jumlah remaja di Indonesia mencapai puluhan juta jiwa. Jika dimanfaatkan dengan baik, jumlah yang besar ini tentu akan dapat membantu program upaya penanggulangan Covid-19 oleh pemerintah. Bagi remaja Karang Taruna, kegiatan ini akan merupakan kegiatan yang menarik sekaligus menantang. Kegiatan ini menjadi pengalaman berharga yang akan mereka kenang sepanjang umur mereka.
Jadi, saya mendukung usul Anda untuk mengikutsertakan Karang Taruna dalam berbagai upaya kegiatan sosial. Saya masih sering melihat remaja putri menjadi sales girl rokok, menawarkan rokok secara cuma-cuma kepada remaja. Alangkah baiknya jika kita dapat mengganti ajakan merokok tersebut dengan ajakan menerapkan protokol kesehatan.
Saya berharap usulan Anda dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang berwenang.
*Catatan: Karang Taruna berdiri pada 26 September 1960.