Setelah Tiktok, Departemen Kehakiman AS Mengincar Wechat
›
Setelah Tiktok, Departemen...
Iklan
Setelah Tiktok, Departemen Kehakiman AS Mengincar Wechat
Departemen Kehakiman meminta hakim Pengadilan Federal AS menyetujui permintaan mereka untuk melarang aplikasi percakapan buatan perusahaan asal China, Wechat, beroperasi di AS.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
WASHINGTON DC, SABTU — Departemen Kehakiman Amerika Serikat meminta hakim federal di San Francisco untuk mengizinkan pemerintah melarang dua perusahaan teknologi, Apple Inc dan Google Alphabet Inc, menawarkan aplikasi Wechat untuk diunduh para penggunanya di AS sambil menunggu banding.
Pemerintah AS mendasari permintaannya dengan seperti yang pernah digunakan untuk menekan Bytedance, pengembang aplikasi video Tiktok, yaitu ancaman keamanan nasional dan kebijakan luar negeri AS.
Di dalam pengajuan tersebut, Departemen Kehakiman meminta Haki Laurel Beeler untuk menunda keputusan selanya yang menurut rencana dikeluarkan pada Sabtu (26/9/2020) waktu setempat.
Keputusan sela itu akan menghalangi upaya Pemerintah AS, dalam hal ini Departemen Perdagangan, yang memberlakukan larangan pengunduhan aplikasi tersebut sejak 20 September lalu.
Pemblokiran itu sendiri membuat aplikasi percakapan yang dikembangkan perusahaan asal China, Tencent Holding, tidak bisa digunakan di AS.
Menanggapi permintaan Departemen Kehakiman, Beeler mengeluarkan pernyataan pada Jumat (25/9/2020) malam waktu setempat atau Sabtu (26/9) WIB yang menyebutkan dirinya hanya bisa mengabulkan keinginan tersebut dalam periode waktu yang sangat ketat. Hakim Beeler menyatakan, persidangan akan dimulai pada 15 Oktober mendatang untuk membahas lebih jauh mosi tersebut.
Beeler menulis bahwa kepentingan keamanan nasional yang terlalu besar dari pemerintah itu penting. Namun, meski pemerintah telah menetapkan bahwa kegiatan China meningkatkan masalah keamanan nasional yang signifikan, pemerintah hanya memberikan sedikit bukti bahwa larangan efektifnya terhadap Wechat untuk semua pengguna AS mengatasi masalah tersebut.
Departemen Kehakiman tidak sepakat dengan pernyataan Beeler dan menyatakan bahwa perintah itu salah. Departemen Kehakiman mengulangi tekanannya soal pendapat pemerintah tentang bahaya keamanan aplikasi tersebut bagi penggunanya, keamanan nasional, dan kebijakan luar negeri AS.
Untuk mendukung argumennya, Departemen Kehakiman mengumumkan bagian publik dari memo Departemen Perdagangan 17 September yang menguraikan transaksi Wechat yang akan dilarang.
”Aplikasi seluler Wechat mengumpulkan dan mengirimkan informasi pribadi sensitif para pemakainya, warga AS, yang dapat diakses oleh Tencent dan disimpan di pusat data mereka di China dan Kanada,” kata memo itu.
Tencent, perusahaan pengembang aplikasi ini, telah mengajukan proposal mitigasi yang tidak jauh berbeda dengan yang diajukan oleh Bytedance ketika aplikasi Tiktok menjadi sasaran pelarangan oleh Presiden Donald Trump dan Pemerintah AS.
Tencent, yang mengembangkan aplikasi percakapan Wechat sejak 2011, berupaya membuat aplikasi khusus bagi penggunanya di AS dengan membuat kode sumber aplikasi baru, bermitra dengan perusahaan komputasi awan AS untuk peyimpanan data pengguna mereka yang merupakan warga AS hingga kemungkinan pengelolaan bersama dengan perusahaan AS.
Namun, proposal itu masih memungkinkan Tencent mempertahankan kepemilikan aplikasi ini dan tidak menjawab kekhawatiran Pemerintah AS tentang perusahaan tersebut.
Menolak berkomentar
Kuasa hukum Aliansi Pengguna Wechat AS, kelompok di balik gugatan hukum terhadap larangan penggunaan Wechat oleh Pemerintah AS, mempertanyakan urgensi permintaan pemerintah. Mereka juga mempertanyakan tentang manfaat klaim Amandemen Pertama yang disampaikan Departemen Kehakiman.
Data perusahaan analisis data Apptopia pada awal Agustus 2020 menyebutkan, Wechat memiliki rata-rata 19 juta pengguna aktif harian di Amerika Serikat. Aplikasi ini populer di kalangan pelajar China, pelajar AS yang tinggal di China dan beberapa orang Amerika yang memiliki hubungan pribadi atau bisnis di China.
Wechat adalah aplikasi seluler all-in-one, menggabungkan layanan menyerupai Facebook, WhatsApp, Instagram, dan Venmo, yang dikembangkan Tencent Holding milik Ma Huateng. Aplikasi ini merupakan bagian penting kehidupan sehari-hari bagi publik China dan memiliki lebih dari 1 miliar pengguna.
Valuasi aplikasi ini, dikutip dari laman Forbes, mencapai 83,5 miliar dollar AS. Adapun valuasi Tencent Holding mencapai 500 miliar dollar AS. (REUTERS)