Tol Taba Penanjung-Bengkulu Jadi Pembuka Keterisolasian Bengkulu
›
Tol Taba Penanjung-Bengkulu...
Iklan
Tol Taba Penanjung-Bengkulu Jadi Pembuka Keterisolasian Bengkulu
Pembangunan Tol Ruas Bengkulu-Taba Penanjung, Provinsi Bengkulu, sepanjang 17 kilometer sudah mencapai 32 persen. Saat ini, fokus pengerjaan adalah pengerasan jalan dan pembebasan lahan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
BENGKULU, KOMPAS — Pembangunan Jalan Tol Ruas Bengkulu-Taba Penanjung Provinsi Bengkulu sepanjang 17,6 kilometer sudah mencapai 32 persen. Saat ini, fokus pengerjaan adalah pengerasan jalan dan pembebasan lahan. Pembangunan pun ditargetkan rampung pada 2021. Pembangunan tol ini diharapkan menjadi awal terbukanya Bengkulu dari keterisolasian.
Koordinator Legal dan Humas PT Hutama Karya Infrastruktur Tol Ruas Bengkulu- Curup-Lubuk Linggau, Tahap I Bengkulu-Taba Penanjung, Chandra Irawan kepada Kompas, Rabu (23/9/2020), mengatakan, sampai saat ini pembangunan tol terus berlanjut. Progres pembangunan sudah sampai 32 persen dengan fokus pengerjaan ada pada pengerasan jalan beton di STA 0 sampai STA 6+500. ”Ruas tol ini tidak menggunakan aspal, tetapi menggunakan beton,” ucap Chandra.
Dalam proses pengerjaan, lanjut Chandra, tidak ada kendala yang signifikan karena semua masih dalam skema waktu yang ditentukan. Memang kondisi Covid-19 memberikan dampak karena jumlah pekerja yang datang tidak optimal. Namun, ujar Chandra, pihaknya tetap berusaha agar proses pengerjaan konstruksi dapat diselesaikan tepat waktu.
Sampai September 2020, pengerjaan konstruksi ruas tol ini ditargetkan sudah mencapai 40 persen. ”Kami berharap sampai akhir bulan target ini dapat tercapai,” ucapnya.
Selain itu, jelas Chandra, sampai kini, proses pembebasan lahan juga masih belangsung. Dalam pembangunannya, ruas tol ini menggunakan ruas lahan perkebunan milik perusahaan dan lahan warga. ”Masih ada spot-spot lahan yang belum bebas. Secara keseluruhan, masih 30 persen yang sedang diupayakan untuk dibebaskan dengan sistem konsinyasi,” ujarnya.
Pembangunan tol sepanjang 17,60 kilometer ini dimulai pada Februari 2020 dan ditargetkan rampung pada 2021. Dalam proses pengerjaan tol ini ada tahapan pembelahan bukit karena di kawasan ini merupakan jalur dari bukit barisan. Namun, kondisi tanah cukup baik. ”Jika proyek ini rampung, tol ini merupakan yang pertama di Bengkulu,” ucapnya.
Menurut Chandra, walau bukan menjadi poros utama, melainkan hanya sebagai poros sirip dari tol trans-Sumatera, keberadaan tol ini diharapkan dapat berdampak bagi Bengkulu.
Setelah tol ini selesai, pebangunan akan dilanjutkan ke pembangunan ruas tol yang lain, yakni Seksi II Taba Penanjung-Kepahiang sepanjang 23,70 kilometer dan Seksi III Kepahiang-Lubuk Linggau sepanjang 54,50 kilometer.
Dunia usaha berharap agar pembangunan jalan tol juga tetap menjamin kepastian investasi yang sudah berjalan. Jaminan kepastian dari pemerintah pusat akan membuat investor yang sudah berinvestasi dalam bidang infrastruktur juga lebih fokus mengembangkan usaha.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bengkulu Feri Rizal mengungkapkan, tol ini menjadi titik awal terbukanya Bengkulu dari keterisolasian. Selama ini, ujar Feri, Bengkulu tidak dipandang karena kebanyakan jalur transportasi lebih mengarah ke sisi timur Sumatera, di mana dari Riau menuju ke Sumsel dan sampai ke Lampung.
Padahal, ujar Feri, Bengkulu memiliki potensi yang cukup besar, mulai dari komoditas perkebunan, pertambangan, dan infrastruktur transportasi laut yang cukup mempuni. ”Bengkulu punya Pelabuhan Pulau Baai yang merupakan pelabuhan laut dalam dengan kapasitas jauh lebih besar dibandingkan dengan Pelabuhan Tanjung Priok. Ini akan menjadi daya tarik bagi investor,” ucapnya.
Jika tol ini rampung sampai ke Lubuk Linggau tentu akan memberikan dampak yang sangat besar. Perjalanan dari Lubuk Linggau ke Bengkulu yang membutuhkan waktu hingga 4 jam bisa dipangkas menjadi 2 jam saja. Seperti diketahui, Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, adalah simpul pertemuan dari Sumatera bagian utara, timur, dan selatan.
Dengan terhubungnya Bengkulu dan Lubuk Linggau, tentu saja akan menjadi daya tarik tersendiri. ”Mungkin kendaraan dari kawasan utara Sumatera, tidak perlu lagi berkendara jauh ke Lampung. Mereka bisa melewati Pulau Baai yang memiliki kapasitas tampung yang cukup besar,” ucapnya.
Apalagi jika nantinya Bengkulu dan Palembang sudah terhubung tentu arus orang dan barang keluar dan masuk Bengkulu akan lebih besar lagi. ”Apalagi, Bengkulu memiliki obyek pariwisata yang menarik untuk dikunjungi,” ucapnya.
Dosen ekonomi Universitas Bengkulu, Kamaludin, beranggapan, jika hanya ruas Taba Penanjung-Bengkulu yang selesai, belum memberikan dampak perekonomian bagi Bengkulu. Pasalnya, panjang tol hanya 17 km dan belum menyelesaikan permasalahan sebenarnya, yakni bottle neck (hambatan) di kawasan perbukitan Kabupaten Kepahiang.
Berbeda halnya jika ruas tol ini sudah mencapai Lubuk Linggau dengan panjang ruas tol mencapai 95,8 km. ”Untuk saat ini, keberadaan tol masih sekadar prestise politik, belum memberi dampak ekonomi,” ucapnya.
Dia memprediksi, jika nantinya tol ruas I ini selesai, kemungkinan masih banyak orang yang memilih menggunakan jalan konvensional dengan alasan jika menggunakan tol harus membayar, sedangkan jalan biasa dinilai belum terlalu macet. Lain halnya jika tol ini berada di kawasan Jakarta yang padat penduduk, tentu keberadaan tol sangat membantu.