Aceh Butuh Rumah Sakit Darurat dan Tenaga Medis Tambahan
›
Aceh Butuh Rumah Sakit Darurat...
Iklan
Aceh Butuh Rumah Sakit Darurat dan Tenaga Medis Tambahan
Rumah sakit darurat dapat dibangun berupa rumah sakit lapangan dari tenda ataupun bangunan nonpermanen. Rumah sakit darurat dapat digunakan untuk perawatan pasien Covid-19 dengan gejala sedang dan berat.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Kasus penularan Covid-19 di Provinsi Aceh terus bertambah sehingga dikhawatirkan kapasitas rumah sakit setempat tidak mampu lagi menampung pasien. Pemprov Aceh disarankan menyiapkan rumah sakit darurat dan merekrut tenaga medis cadangan.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh Azharuddin, Minggu (27/9/2020), menuturkan, kenaikan jumlah warga terpapar virus korona baru melebihi daya tampung rumah sakit. Dia khawatir jika kasus baru terus muncul, rumah sakit akan semakin kewalahan.
Rumah sakit darurat yang dapat dibangun berupa rumah sakit lapangan dari tenda maupun bangunan nonpermanen. Rumah sakit darurat dapat digunakan untuk perawatan pasien Covid-19 dengan gejala sedang dan berat. Pasalnya, selama ini banyak pasien Covid-19 harus menjalani isolasi mandiri lantaran rumah sakit tak mampu menampung.
”Rumah sakit lapangan sangat dibutuhkan. Jumlah kasus ada kecenderungan terus meningkat,” kata Azharuddin.
Hingga Minggu (27/9/2020), jumlah kasus positif secara kumulatif di Aceh 4.244 orang. Sebanyak 2.241 orang sembuh, 155 orang meninggal dunia, dan 1.848 orang dalam perawatan. Sebagian besar pasien Covid-19 tanpa gejala melakukan isolasi mandiri.
Kapasitas ruang isolasi di RSUDZA Banda Aceh sekitar 100 tempat tidur. Sementara di rumah sakit kabupaten/kota berkisar 10-20 tempat tidur per rumah sakit. Kekurangan tempat tidur memaksa pasien tanpa gejala melakukan karantina mandiri.
Rumah sakit lapangan sangat dibutuhkan. Jumlah kasus ada kecenderungan terus meningkat.
Kebijakan isolasi mandiri dikritik oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Dahlan Jamaluddin. Dia khawatir, isolasi di rumah tinggal justru memicu penyebaran virus ke anggota keluarga. Dahlan menyarankan Pemprov Aceh membuat pusat karantina di setiap kabupaten/kota.
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Safrizal Rahman menyarankan Pemprov Aceh merekrut tenaga medis cadangan untuk mengantisipasi lonjakan kasus di tengah keterbatasan tenaga medis.
Di sisi lain, tenaga medis yang terpapar virus korona juga bertambah. Tiga dokter di Aceh meninggal dunia dan sebanyak 200 tenaga medis terpapar Covid-19.
Safrizal juga mendorong Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Aceh melakukan uji usap lebih banyak agar peta penyebaran cepat diketahui dan semakin mudah memutus rantai penyebaran.
Dalam keterangan tertulis, Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan, saat ini Aceh butuh tambahan ruang isolasi, terutama di kabupaten/kota. Nova meminta bantuan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) untuk melengkapi fasilitas rumah sakit darurat. Rumah sakit darurat akan dipakai untuk orang tanpa gejala (OTG).
Ruang isolasi OTG amat dibutuhkan Aceh, sebab dalam waktu dekat kami akan melaksanakan tracking dan tracing untuk memenuhi standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).
”Ruang isolasi OTG amat dibutuhkan Aceh. Sebab, dalam waktu dekat kami akan melaksanakan tracking (pelacakan) dan tracing (penelusuran) untuk memenuhi standar Badan Kesehatan Dunia (WHO),” kata Nova.
Pemprov Aceh telah memeriksa 12.773 sampel usap. Nova mengatakan, pihaknya menargetkan bisa memeriksa sampel usap sebanyak 32.888 orang per bulan. Semakin banyak warga yang dites usap, akan semakin banyak ditemukan kasus baru. Oleh sebab itu, ruang isolasi perlu ditambah.