Revolusi Barcelona bersama Koeman memunculkan ”asap pekat” di ruang ganti klub. Gejolak di ruang ganti ini terjadi jelang laga perdana mereka pada musim baru di Liga Spanyol.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BARCELONA, SABTU — Ronald Koeman, pelatih baru Barcelona, sejatinya seorang revolusioner. Ketika ia datang, perombakan di tubuh klub menjadi keniscayaan. Maka itu, gejolak di ruang ganti Barca pada awal musim ini bukan hal mengejutkan. Itu merupakan bagian dari rencana klub.
Skuad Barca bak diselimuti asap pekat jelang debutnya di Liga Spanyol musim ini, yaitu menghadapi Villarreal, Senin (28/9/2020) dini hari WIB, di Stadion Camp Nou. Asap itu berasal dari terbakarnya keharmonisan skuad setelah para pemain veteran meninggalkan klub itu, satu per satu.
Pemain terakhir yang pergi adalah striker Luis Suarez. Ia dipastikan hijrah ke klub rival, Atletico Madrid. Suarez ”dibuang” karena tidak menjadi bagian rencana Koeman. Hal itu memicu kemarahan, salah satunya dari kapten sekaligus pemain paling berpengaruh di dalam tim, Lionel Messi.
Messi kembali menyulut api pertikaian dengan klubnya itu. Menurut dia, Barca salah besar dalam memperlakukan sahabatnya itu. Suarez, yang telah menyumbangkan banyak prestasi, tidak diberi kesempatan untuk bertahan.
”Kamu (Suarez) tidak pantas dibuang seperti ini. Tetapi, inilah kenyataan yang terjadi. Dalam situasi saat ini, semua (perlakuan) ini tidak mengejutkan lagi,” ucapnya di media sosial, Kamis (24/9) lalu.
Sebelum Suarez, dua bintang lainnya sudah dilepas terlebih dulu, yaitu Ivan Rakitic dan Arturo Vidal. Messi pun sempat nyaris pindah. Namun, dia akhirnya memutuskan bertahan semusim lagi karena terikat klausul pembelian senilai 700 juta euro.
Revolusi skuad
Gejolak di skuad Barca ini sebetulnya bukan hal mengejutkan. Koeman memang ditunjuk petinggi klub untuk menjadi ”jenderal” dalam proyek merevolusi skuad tua Barca. Klub agaknya sudah membaca karakteristik Koeman sebagai seorang revolusioner.
Dalam wawancara pada 2007, Koeman menegaskan, ia adalah orang yang total dalam segala hal, termasuk melatih. Maka itu, ketika melatih klub, dia mau ide dan gagasan klub berasal dari kepalanya. Dia tidak mau ada ego pemain bintang yang menguasainya.
Filosofi tersebut membuat pelatih asal Belanda ini memicu perang sipil di ruang ganti Valencia (2007-2008). Dia berseteru dengan bintang-bintang berpengaruh di tim, antara lain Santiago Canizares dan David Albelda.
Pola berulang terlihat lagi di Barca. Bedanya, kali ini, revolusi Koeman sejalan kemauan klub. Barca ingin memulai era baru setelah paceklik prestasi musim lalu.
Jika terserah pada saya, kamu (Suarez) bisa bertahan. Klub yang tidak menginginkan Anda. (Ronald Koeman)
Keterlibatan klub dalam revolusi ini tampak dari komentar Koeman tentang kepergian Suarez. ”Jika terserah pada saya, kamu (Suarez) bisa bertahan. Klub yang tidak menginginkan Anda,” katanya kepada koran Spanyol, AS.
Matahari kembar
Guna mewujudkan revolusi totalnya, Koeman kini punya pekerjaan rumah tersisa, yaitu berkompromi dengan Messi. Itu agar tidak ada ”matahari kembar” di ruang ganti.
Messi memang kecewa pada Barca. Akan tetapi, itu tidak akan menghilangkan cintanya setelah 18 tahun berkarier di klub itu sejak masih pemain yunior. Dia sudah berkomitmen tetap profesional dan total pada musim terakhirnya.
Menurut kandidat presiden Barca, Toni Freixa, Koeman bisa membawa Barca menuju era baru. Akan tetapi, dia harus memastikan Messi tetap mendapat tempat utama di tim. ”Dia (Messi) adalah pemain terbaik sepanjang sejarah. Dia didukung tim luar biasa di baliknya. Sebagai anggota dan pendukung Barca, saya berharap dia tetap bertahan di sini,” tutur Freixa.
Jika diperlakukan kurang baik, rekan-rekan tim pasti melindungi Messi. Belum lagi, pemain berjuluk ”Si Kutu” ini akan didukung warga Barcelona yang menganggapnya simbol harapan dan kehebatan kota.
Masalahnya, Koeman bukan pelatih yang cukup sabar menangani ego pemain. Itu terutama jika pemain tersebut suka mengumbar kelemahan timnya di depan publik. Maka, pernyataan kontroversial Messi pun bisa memperburuk hubungan dengan sang pelatih.
Situasi itu pernah dialami penyerang nasional Mesir, Mido. Ia pernah disisihkan oleh Koeman dari skuad Ajax pada awal 2000-an. Semua itu hanya karena komentar Mido tentang klub. Kasus ini bisa dibilang mirip dengan tindakan Messi.
”Koeman ingin saya pergi dari klub ketika saya berbicara opini jujur tentang klub di publik, meski saya baru 18 tahun. Tentu saya bukan Messi, tetapi biar waktu yang menjawab bagaimana perlakuannya nanti,” ujar Mido kepada Marca.
Teka-teki sengkarut ruang ganti Barca akan terjawab di laga pembuka nanti. Pertandingan itu bisa menjadi cermin kecil bagaimana rencana Koeman dan komitmen Messi untuk mengarungi musim ini. (AP)