Bentara Budaya dan Konsistensi Mengangkat Seni Pinggiran
›
Bentara Budaya dan Konsistensi...
Iklan
Bentara Budaya dan Konsistensi Mengangkat Seni Pinggiran
Bentara Budaya adalah bentuk nyata visi Kompas Gramedia. Bentara Budaya sebagai pohon kehidupan bagi sebanyak-banyaknya kalangan dengan segala keterbatasannya.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
September menjadi bulan penuh kenangan bagi Bentara Budaya. Pada 26 September 1982, Bentara Budaya diresmikan, sehari sebelum ulang tahun pendirinya, Jakob Oetama. Keduanya selalu merayakan ulang tahun bersama-sama.
Namun, September tahun ini berbeda. Jakob Oetama sang perintis Bentara Budaya berpulang.
Untuk mengenang pendirinya, Bentara Budaya menggelar pameran lukisan koleksi Bentara Budaya bertajuk ”Arah Langkah Tribute to Jakob Oetama” secara daring di akun YouTube Bentara Budaya, Sabtu (26/9/2020). Kurator Bentara Budaya, Sindhunata, mengatakan, pameran ini mengambil tema ”Arah Langkah” karena Bentara Budaya ingin mengenang Jakob Oetama pada masa silam sekaligus masa depan atas kecintaan almarhum pada kebudayaan.
Di tengah terjangan pandemi Covid-19, justru karena semangat Jakob Oetama itulah, kami mengumpulkan karya lukisan maestro-maestro untuk dipamerkan saat ini.
”Di tengah terjangan pandemi Covid-19, justru karena semangat Jakob Oetama itulah, kami mengumpulkan karya lukisan maestro-maestro untuk dipamerkan saat ini,” ujarnya.
Menurut Sindhunata, Jakob Oetama berulang kali mengatakan, kebudayaan harus selalu menjadi jiwa atas korannya. Hal itu almarhum buktikan tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga perbuatan, dengan terkumpulnya koleksi-koleksi seni rupa di Bentara Budaya yang dia dirikan.
Pameran lukisan koleksi Bentara Budaya ”Arah Langkah Tribute to Jakob Oetama” tidak hanya mengenang sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga melanjutkan langkah almarhum. Ini sejalan dengan semangat seni bahwa hidup ini pendek, tetapi seni akan hidup selamanya.
”Walaupun Pak Jakob telah meninggalkan kita, seluruh jiwa seni, jiwa kebudayaan, dan keabadian seni yang kiranya lambang keabadian manusia akan terus berlanjut ke depan,” katanya.
Director of Corporate Communication Kompas Gramedia Rusdi Amral menyebut pameran lukisan itu sebagai ucapan terima kasih kepada Jakob Oetama yang senantiasa mendukung Bentara Budaya. Pameran menampilkan 67 karya perupa Indonesia pada kurun waktu 1940-1980-an.
Sebagai contoh, lukisan ”Pelabuhan Hongkong” karya Affandi tahun 1970, lukisan ”Upacara Adat” buatan Bagong Kussudiarjo pada 1982, dan lukisan ”Topeng” dari Hendra Gunawan tahun 1968.
Rusdi menerangkan, pendirian Bentara Budaya pada 26 September 1982 berangkat dari kepedulian dua pendiri Kompas Gramedia, PK Ojong dan Jakob Oetama, terhadap perkembangan seni budaya yang terpinggirkan. Perhatian tersebut lantas coba diketengahkan dengan pameran di Bentara Budaya dan ulasannya dihadirkan melalui tulisan liputan di harian Kompas. Sejak 2012, Bentara Budaya menggelar Bentara Award sebagai bentuk pemuliaan terhadap maestro seni budaya dan seniman.
Selama 38 tahun berdiri, Bentara Budaya menjadi ruang bagi banyak seniman mengawali karya. Bentara Budaya tumbuh menjadi rumah budaya bagi mereka.
”Bentara Budaya adalah bentuk nyata visi Kompas Gramedia. Bentara Budaya sebagai pohon kehidupan bagi sebanyak-banyaknya kalangan dengan segala keterbatasannya,” katanya.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, Bentara Budaya tak bisa dilepaskan dari Jakob Oetama. Semasa hidup, Jakob Oetama aktif di kegiatan seni rupa.
Koleksi lukisan yang ditampilkan di antaranya adalah karya maestro perupa Indonesia. Ini menunjukkan kecintaan dan komitmen Jakob Oetama dalam memajukan seni nasional.