Disiplin atau Mati!
Para sineas ini berupaya agar film Indonesia kembali bangkit meskipun pukulan Covid-19 belum mereda. Dalam kondisi seperti itu, pilihannya hanya dua, disiplin atau mati!
Teriakan ”siap, action!” dari sejumlah sutradara film Tanah Air mulai menggema lagi. Beberapa produksi film Tanah Air kembali menggeliat setelah beberapa bulan tiarap dihajar pandemi Covid-19. Produksi film masuk fase kritis. Para sineas ini berupaya agar film Indonesia kembali bangkit meskipun pukulan Covid-19 belum mereda. Dalam kondisi seperti itu, pilihannya hanya dua, disiplin atau mati!
Sutradara Hanung Bramantyo telah memilih Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah sebagai lokasi shooting Satria Dewa Gatotkaca. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pramono mempersilakan. Namun, kuasa Covid-19 membuyarkan rencana Hanung itu. Sepekan setelah Hanung bertemu Ganjar, Semarang masuk zona merah Covid-19.
Hanung memutar otak dan mengalihkan lokasi shooting ke Yogyakarta dengan pertimbangan daerah itu punya dampak paparan paling kecil. Beruntung Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X memberi restu. Dia mensyaratkan kepatuhan pada protokol kesehatan secara ketat dan menjaga imunitas. Film itu tuntas digarap Hanung dalam 38 hari.
Buat Hanung, proses shooting kali ini adalah kompromi terberat yang pernah dilakukan. Hal itu dia ceritakan per telepon, Rabu (23/9/2020), sehari setelah merampungkan proses pengambilan gambar di Studio Gamplong, Yogyakarta. Awalnya, shooting dia rencanakan di lima kota, seperti Yogyakarta, Jakarta, Bogor, Semarang, dan Malang.
Di lokasi berbeda, pagi itu, asap rokok menyeruak tercium kuat memenuhi area lobi salah satu gedung di sebuah kampus milik BUMN di kawasan Ciawi, Bogor, Jawa Barat, yang dijadikan lokasi shooting film Cinta Pertama, Kedua & Ketiga. Pagi itu adalah hari ketiga proses pengambilan gambar film kerja sama Wahana Kreator Nusantara dan Starvision.
Sejumlah orang berkerumun atau duduk sambil asyik mengobrol akrab. Saat itulah, sutradara dan penulis naskah Gina S Noer turun dari mobil dan mengingatkan mereka untuk membubarkan diri karena berkerumun dapat membahayakan diri terkena Covid-19. Mereka menanggapi imbauan Gina dengan tertawa karena dianggap hanya bercanda.
Namun, Gina sedang tidak bercanda. Dia merasa perlu menunjukkan tanggung jawabnya terhadap keselamatan semua orang. Dia langsung masuk ruangan dan berbicara dengan co produsernya, Amelya Oktavia, dan beberapa kru inti lain. Lalu, semua kru dan pemain dia kumpulkan, termasuk lima pengawas pelaksanaan protokol kesehatan yang kerap mengeluhkan ketidaktaatan beberapa orang terhadap protokol kesehatan. Suasana relatif hening, hanya terdengar satu orang berbicara memberi pengarahan.
Dengan nada suara tegang, Gina mengultimatum akan menghentikan dan membubarkan proses shooting jika ada yang tak bisa disiplin.
”Jangan pernah coba mengetes saya. Saya tidak mau ada lagi pertemuan seperti ini. Kalau sampai terjadi, berarti itu bakal menjadi pertemuan terakhir karena saya akan langsung mengundurkan diri dan menghentikan semua proses shooting. Saya benar-benar nothing to lose untuk itu,” ujar Gina, Jumat (25/9/2020).
Sikap yang diambil Gina ataupun Hanung tak lain untuk menjaga agar penularan Covid-19 tidak merambah ke kluster film. Dengan demikian, mereka bisa tetap berproduksi.
Untuk mendukung itu, Hanung sengaja menempatkan semua kru di satu hotel dengan pengecekan suhu setiap hari. Mereka juga wajib memakai masker dan dilarang keluyuran ke tempat lain. Kru dari Jakarta atau pemain ekstra wajib menjalani tes usap atau tes cepat.
Sementara di studio juga disiagakan petugas dari Satgas Covid 19, yang memantau kepatuhan kru. Masalah kepatuhan memang jadi tantangan tersendiri. Hanung mengaku harus bicara dan teriak untuk berkomunikasi dengan jelas.
”Kalau semua di lokasi sudah clear negatif Covid-19, kadang saya lepas. Yang agak sulit adalah menjaga jarak untuk interaksi antara sesama pemain, pemain dan bagian kostum, serta bagian kostum dan pemain ekstra,” ujar Hanung.
Dalam kondisi normal sebelum pandemi, kebiasaan berkumpul, bersantai, dan bersosialisasi sebelum proses shooting dimulai memang hal biasa. Namun, di masa pandemi, semua itu jadi sesuatu yang tabu. Tertib menjaga jarak fisik penting demi kesehatan bersama dan keberlanjutan proses shooting.
Sikap disiplin dan tegas juga diterapkannya kepada para pemain, baik utama, pendukung, atau ekstra. Apalagi sejumlah pemain sudah cukup berumur, seperti Slamet Rahardjo dan Elly D Luthan. Terkait sikap ”tangan besi” dalam menjaga protokol tadi, Gina juga mengaku tak ragu bahkan untuk mengganti pemain atau alur cerita.
Buku panduan
Amelya, yang juga Head of Creative Talent Wahana Kreator Nusantara, menyebut kerumitan terjadi lantaran perbedaan kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya Covid-19. Dari situlah sejak awal pihaknya sudah menyusun buku panduan protokol kesehatan, yang juga mengacu pada ketentuan pemerintah.
Buku pegangan itu berjudul Protokol Keamanan Kesehatan Produksi Cinta Pertama, Kedua & Ketiga Selama Masa Pandemi Covid-19. Isinya mengacu ke surat keputusan bersama dua kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengan Nomor 02/KB/2020 dan Nomor KB/1/UM.04.00/M-K/2020.
Beberapa hal diatur terperinci, mulai dari pembentukan tim khusus, yang melibatkan tenaga medis. Tim ini spesifik mengawasi penerapan protokol kesehatan selama proses shooting. Buku ini juga mengatur penetapan lokasi shooting berdasarkan ring-ring tertentu. Setiap orang punya ring tersendiri yang bisa dia masuki.
Selain itu, juga pengecekan dan tes rutin Covid-19 serta kewajiban membuat log book laporan kegiatan dan kondisi kesehatan harian kru dan pemain. Pengaturan secara rinci dan teknis juga dibuat untuk jadi pegangan para kru bertugas spesifik, seperti penata rias, bagian akomodasi, katering, hingga sopir antar jemput.
Pengaturan ketat juga dilakukan Tommy Dewo, sutradara film serial Serigala Terakhir, yang disiarkan lewat platform streaming Vidio. Shooting serial itu berlangsung mulai akhir November 2019 hingga Februari 2020. Selain menerapkan tes cepat rutin, Tommy juga membuat sistem zonasi ring di lokasi shooting.
Biaya bengkak
Penerapan protokol kesehatan dalam proses produksi film berdampak secara finansial dan waktu. Menurut produser dari Starvision, Chand Parwez Servia, penambahan biaya bisa sampai 30 persen.
Sebagai produser, kata Chand, kondisi seperti itu lumayan memberatkan. Apalagi mengingat bisnis perfilman Tanah Air saat ini belum pulih. Banyak bioskop belum dibuka. Pemikiran sama juga dilontarkan sineas senior Tanah Air, Garin Nugroho. Dia menilai kondisi sekarang sangatlah menantang.
Kondisi sama juga dialami industri film di sejumlah negara maju. Di studio-studio di Pinewood di luar London, Inggris, sejumlah set film juga mulai bergerak. Jurassic World: Dominion, The Batman, Little Mermaid, dan Fantastic Beast and Where to Find Them 3, bersiap mulai lagi.
Untuk itu, semua yang terlibat diharuskan mematuhi protokol setebal 58 halaman, yang disepakati otoritas perfilman. Ini menambah biaya sekitar 15-20 persen dari anggaran. Jika hal-hal itu tidak dipatuhi, produksi terancam berhenti lagi dan biaya semakin besar.
Ini hantu yang membayangi semua lini produksi film. Sekali kena, produksi terhenti, ratusan orang terancam nyawanya, atau paling tidak menganggur kembali.
Itu menimpa produksi film The Batman. Harian The Washington Post, 4 September 2020, memberitakan, aktor Robert Pattinson, bintang utama The Batman, dilaporkan positif terjangkit virus korona. Produksi film di London yang baru berjalan tiga hari setelah enam bulan mandek, terpaksa berhenti lagi.
Seberapa ketat protokol kesehatan yang diterapkan kini menjadi perhatian utama. Sutradara Richard Clark, seperti dikutip The Guardian, menjadikan tes sebagai kunci. Setiap pagi, 70-an kru dicek suhu badannya. Aktor-aktor utama musim kedua serial fiksi sains War of the World, yang tayang di Fox, menjalani tes setiap pagi. Konsultan Covid-19 siaga penuh di lokasi.
Set disemprot tiap malam, begitu juga kostum. Properti disimpan di tas terkunci dan hanya dipegang aktor terkait. Tidak ada truk katering untuk makan. Makanan disiapkan dalam kemasan tersendiri. Tidak ada obrolan selama makan.
Di tengah pandemi seperti ini, tidak ada cara mudah untuk memproduksi film. Jika ingin selamat, harus taat protokol. Jadi, pilihannya hanya dua, disiplin atau mati.