Penyebab kebakaran yang melumpuhkan gedung utama Kejaksaan Agung masih ditelusuri penegak hukum. Namun, kejadian itu memberikan pengalaman berharga bagi para petugas pemadam kebakaran.
Ratusan petugas pemadam kebakaran bertaruh nyawa memadamkan api yang melalap Gedung Kejaksaan Agung pada Sabtu (22/8/2020). Upaya pemadaman tak mudah karena kobaran api telanjur membesar dan sumber air yang terbatas. Setelah 11 jam mereka berjibaku dengan kepulan asap dan bahaya, api akhirnya dapat dipadamkan.
Sabtu, 22 Agustus 2020, sekitar pukul 19.09. Seorang lelaki berjaket hitam hijau seragam ojek daring datang ke Stasiun Pemadam Kebakaran Sektor II Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tanpa menyebutkan identitas dan detail peristiwa, ia mengatakan, ”Pak, ada kebakaran di Kejaksaan Agung!”
Sosok lelaki itu pun sudah tidak penting bagi para petugas pemadam kebakaran yang tengah piket hari itu. Sebanyak 10 anggota Peleton B dari Stasiun Pemadam Kebakaran Sektor II Kebayoran Baru bergegas memastikan kebenaran informasi tersebut. Dalam waktu 10 menit, rombongan sampai di lokasi yang berjarak 1,7 kilometer dari markas.
Di sana, mereka menyaksikan api sudah begitu besar. Membakar hampir seluruh sisi utara gedung utama Kejaksaan Agung. Asap juga sudah terlalu banyak sehingga petugas tak bisa masuk ke dalam gedung. ”(Api itu) tegak lurus. Dari lantai enam sampai lantai bawah sudah kebakar. Jadi, yang bagian sisi utara yang awal,” kata Dedy, Kepala Peleton B dari Stasiun Pemadam Kebakaran Sektor II Kebayoran Baru, ketika ditemui di markasnya, Senin (21/9/2020).
Api itu tegak lurus. Dari lantai enam sampai lantai bawah sudah kebakar. Jadi, yang bagian sisi utara yang awal.
Api yang melumat gedung enam lantai di Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan, itu begitu cepat membesar. Belum 10 menit, persediaan air dari dua mobil pemadam kebakaran yang dibawa sudah habis untuk menyemproti lantai bawah gedung bagian utara. Mereka pun menghubungi perwira piket Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan sambil membuat rangkaian menuju sumber air di lokasi lain.
Beruntung, bantuan segera datang. Dari pantauan radio komunikasi malam itu, ada 40 mobil pemadam kebakaran beserta setidaknya 240 petugas ikut memadamkan api. Mereka berjibaku selama 11 jam hingga api benar-benar padam pada Minggu, 23 Agustus 2020, sekitar pukul 06.30.
Mudah terbakar
Kebakaran yang meluluhlantakkan gedung itu tidak saja sulit dipadamkan. Petugas pun kesulitan ketika harus mendinginkannya. ”Lebih sulit pendinginan karena suhu masih tinggi, masih ada media-media yang bisa terbakar. Itu di lemari, di rak-rak, kalau kami tidak padamkan bisa menyala kembali,” kata Agus, Kepala Peleton C dari Stasiun Pemadam Kebakaran Kebayoran Baru.
Agus dan 10 anggota timnya mulai bertugas pada Minggu (22/8/2020) pukul 08.00. Selama 24 jam, mereka mendinginkan sisi selatan gedung. Tim juga masih bisa keluar-masuk gedung yang terbakar karena belum diselidiki polisi.
Di sana, mereka melihat masih ada sisa-sisa kayu meja, kursi, dan lemari yang terbakar. Banyak pula tumpukan kertas yang membara. Bara api pada benda padat yang mudah terbakar itu bisa menyala kapan saja jika ada faktor pemicu. ”Pas malamnya itu (sekitar pukul 22.00), ada dua titik (yang menyala kembali), yaitu di lantai dasar dan lantai enam sisi utara,” ujar Agus.
Selain kertas dan kayu, sejumlah brankas juga ditemukan. Namun, isinya tidak diketahui karena pemadam kebakaran tidak berwenang membukanya. Perlengkapan kantor, seperti meja, kursi, dan kertas, juga berserakan.
Dalam gedung utama Kejagung yang terbakar terdapat beberapa ruangan, antara lain di lantai 1 ada Sasana Andrawina, ruang pertemuan yang juga difungsikan sebagai tempat penyimpanan arsip, Bank Mandiri, Bank BRI, dan ruang arsip digital. Di lantai 2, terdapat ruangan Jaksa Agung dan Wakil Jaksa Agung. Di lantai 3, ruangan Jaksa Agung Muda Intelijen dan Biro Perencanaan Jaksa Agung Muda Pembinaan. Di lantai 4, ruangan sejumlah direktur di Jaksa Agung Muda Intelijen. Di lantai 5, ruangan Jaksa Agung Muda Pembinaan beserta biro yang dinaunginya. Di lantai 6, ruangan biro kepegawaian dan aula pertemuan.
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Hari Setiyono mengatakan, saat ini gedung Kejagung yang terbakar sedang dalam proses pembersihan. Para pejabat dan pegawai yang ruang kerjanya turut terbakar pindah sementara di Gedung Diklat Kejaksaan Agung di Ragunan, Jakarta Selatan. Dalam kebakaran itu, pihak Kejagung memastikan tidak ada bekas perkara korupsi yang terbakar. Data yang terbakar sebagian terkait kepegawaian dan ada salinan digitalnya.
Bukan yang pertama
Kebakaran di gedung utama Kejaksaan Agung itu juga bukan pertama kali terjadi. Kompas mencatat, kebakaran pernah terjadi pada sayap kanan bangunan pada 9 Januari 1979, hanya berselang dua tahun setelah gedung selesai dibangun. Api menghanguskan lantai II, III, IV, dan sebagian lantai V yang berisi ruang rapat serta kantor bidang Intelijen, Operasi, dan Biro Perencanaan (Kompas, 10/1/1979).
Ketika itu, kebakaran disebabkan korsleting listrik. Pemadaman oleh petugas dengan 29 mobil pemadam kebakaran berlangsung selama 2,5 jam.
Penyebab kebakaran yang melumpuhkan gedung utama Kejaksaan Agung itu kini masih ditelusuri penegak hukum. Namun, kejadian tersebut memberikan pengalaman berharga bagi para petugas pemadam kebakaran.
Menurut Dedy, selama 30 tahun berkarier di wilayah Jakarta Selatan, ribuan kebakaran telah dipadamkan. Akan tetapi, ini merupakan pengalaman bekerja dengan api terbesar dan durasi pemadaman terlama yang pernah ia tangani.